KOMPAS.com - Viral di media sosial Twitter mengenai pembajakan akun WhatsApp bermodus kode one-time password (OTP).
Pengalaman tersebut dicuitkan oleh akun Twitter @MrOngDedy yang menceritakan pembaJakan akun Whatsap temannya oleh peretas bermodal kode OTP.
Peretas bahkan masih bisa mengambil alih akun Whatsapp tersebut, meski pemilik telah melaporkan kejadian ini kepada pusat bantuan di Whatsapp.
Hingga Senin (15/3/2021) pukul 15.15 WIB, utas yang dibuat akun @MrOngDedy tersebut telah disukai lebih dari 69 ribu akun, dan mendapat retweet dari 30 ribu akun lebih.
Hack WA sekarang makin canggih. Gue baru bantuin temen yang WAnya dibajak semalem. Ternyata hacker/attacker bukan cuma WA ke contact2 kita untuk minta duit, tapi mereka juga bikin kita repot. How? ????
A thread. ????
— Dedy Ong (@MrOngDedy) March 14, 2021
Tak sedikit korban peretasan Whatsapp ini. Sebagian besar akun yang diretas digunakan untuk melakukan penipuan peminjaman uang ke kontak di WhatsApp korban.
Lantas, bagaimana cara terhindari dari pembajakan WhatsApp bermodus kode OTP ini? Simak selengkapnya.
Baca juga: 6 Poin soal Kebijakan Baru WhatsApp, Berlaku 15 Mei 2021
Dosen Teknik Informatika Universitas Sebelas Maret (UNS) Nurcahya Prasarana Taufik menjelaskan, peretasan Whatsapp ini sebenarnya mengarah pada bagaimana menjaga perangkat.
“Karena keamanan dari Whatsapp sendiri cukup baik,” kata Nurcahya saat dihubungi Kompas.com, Senin (15/3/2021).
Menurut dia, biasanya yang berhasil diretas karena mereka mengakali ketidaktahuan pengguna terhadap keamanan yang ada di WhatsApp.
Sebagai contoh, apabila menggunakan WhatsApp web, pengguna tak boleh meninggalkan begitu saja perangkatnya, sebab langsung terintegrasi dengan gawai.
“Kalau sudah tidak perlu lebih baik logout Whatsapp web,” ujarnya.
Baca juga: WhatsApp Ingatkan Pengguna soal Kebijakan Baru yang Berlaku 15 Mei
Nurcahya menegaskan, pengguna diminta untuk tidak merespon pesan yang meminta pin WhatsApp.
“Karena bisa jadi itu karena sedang ada orang yang berusaha masuk dan membutuhkan pin,” tuturnya.
Selain itu, masyarakat dapat lebih berhati-hati untuk tidak meninggalkan gawai sembarangan.
“Kalau mereka mengambil HP lalu memanfaatkan fitur Whatsapp web dengan scan QR code, maka mereka langsung dapat akses ke percakapan WhatsApp,” paparnya.
Baca juga: Aturan Baru WhatsApp dan Konsekuensi bagi Pengguna yang Menolaknya
Sementara itu, terdapat fitur autentikasi dua faktor di pengaturan WhatsApp.
Nurcahya menambahkan, fitur ini dapat diaktifkan sebagai salah satu langkah menjaga keamanan akun, karena nantinya pemilik akun akan diminta memasukkan PIN.
“Perlu. Kalau bisa (autentifikasi dua faktor) diaktifkan,” tuturnya.
Cara mengaktifkan fitur kode PIN pada WhatsApp cukup mudah, yakni:
Menambahkan alamat e-mail bisa jadi langkah antisipasi berikutnya yang memungkinkan pengguna memulihkan akun jika lupa kode PIN.
Baca juga: Perhatikan 3 Hal Ini agar Akun WhatsApp Tak Dibajak
Jika pengguna sadar telah diretas, pengguna dapat install ulang WhatsApp dan memasukkan kembali nomor yang digunakan untuk WA.
SMS verifikasi dari WhatsApp akan diterima pengguna, kemudian masukkan enam digit kode OTP.
Akun Whatsapp yang diretas akan langsung keluar otomatis, korban bisa mengambil kembali akun WA miliknya.
Abaikan permintaan kode SMS berisi OTP palsu. Bisa jadi, hal itu hanya modus dari penipu untuk membajak akun Whatsapp pengguna.
Bantuan lebih jauh dapat melalui email resmi Whatsapp, support@whatsapp.com. Tulis email dengan subjek permintaan bantuan maupun non aktivasi akun yang telah diretas.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.