KOMPAS.com - Kasus Covid-19 dengan varian virus corona B.1.1.7 telah terkonfirmasi di Indonesia pada 2 Maret 2021.
Sejumlah studi menyatakan, varian B.1.1.7 ini memang lebih cepat menular, tetapi tidak lebih mematikan.
Hal itu juga disampaikan Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Oscar Permadi dalam menanggapi munculnya varian B.1.1.7 di Indonesia.
"Sekali lagi virus ini bisa menular kepada siapa pun, kecepatan (penularan) mutasi ini tentu tidak menyebabkan kondisi pasien menjadi berat," kata Oscar, seperti diberitakan Kompas.com, Jumat (5/2/2021).
Menanggapi ditemukannya varian baru ini di Indonesia, Epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman mengatakan, ada yang perlu dipahami pemerintah dan masyarakat dalam mengartikan 'tidak lebih mematikan' dari sebuah virus.
"Tidak lebih mematikan dengan menambah kematian, itu dua hal yang berbeda," kata Dicky kepada Kompas.com, Senin (8/3/2021).
Baca juga: Daftar Negara yang Konfirmasi Varian Baru Virus Corona B.1.1.7
Seperti diketahui, varian virus yang pertama kali terdeteksi di Inggris ini ditetapkan sebagai VUI 202012/01 atau B.1.1.7.
Mengutip sebuah studi dari ScienceMag, organisasi yang menerbitkan jurnal kolaborasi para ilmuwan, hingga 15 Februari 2021, varian B.1.1.7 telah dilaporkan oleh 82 negara dalam kurun waktu kurang dari tiga bulan.
Dalam menghadapi varian virus yang muncul ini, Dicky mengingatkan, vaksinasi bukan satu-satunya jalan keluar dalam upaya mengatasi pandemi.
"Jangan terlalu fokus pada vaksin, karena ingat ya walaupun B.1.1.7 tidak lebih membuat parah, tidak lebih mematikan, itu beda ya," kata Dicky.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan