Logunov menambahkan, para peneliti menemukan bahwa antibodi yang spesifik untuk vektor pada suntikan, yang dapat menghasilkan reaksi anti-vektor dan merusak kerja suntikan itu sendiri, berkurang paling cepat 56 hari setelah vaksinasi.
Kesimpulan didasarkan pada uji coba vaksin melawan Ebola yang dikembangkan sebelumnya oleh Gamaleya Institute menggunakan pendekatan yang sama seperti suntikan Sputnik V.
Kekebalan vektor bukanlah masalah baru, tapi telah mendapat sorotan karena perusahaan termasuk Johnson & Johnson mengantisipasi vaksinasi Covid-19 reguler, seperti suntikan influenza tahunan, mungkin diperlukan untuk memerangi varian baru virus corona.
Sebagai informasi, suntikan vaksin Covid-19 Sputnik V menggunakan vektor virus yang dimodifikasi menjadi tidak berbahaya, untuk membawa informasi genetik yang membantu tubuh membangun kekebalan terhadap infeksi di masa mendatang.
Baca juga: Saat Johnson & Johnson dan Eli Lilly Hentikan Uji Coba Obat Antibodi dan Vaksin Covid-19...
Infografik: Cara Cek Sertifikat
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.