Aksi demonstrasi tersebut berbuntut panjang hingga akhirnya membuat Pakistan Timur memisahkan diri dan mendeklarasikan wilayahnya menjadi Bangladesh.
Inisiatif Hari Bahasa Ibu Internasional lahir dari seorang warga Bangladesh yang berkirim surat kepada Sekjen PBB Kofi Annan.
Dia meminta PBB melakukan tindakan penyelamatan terhadap bahasa-bahasa di dunia.
Harapannya adalah untuk mempertahankan dan mengembangkan bahasa ibu atau bahasa pertama, dan melindungi warisan berharga dari bahasa dunia.
Baca juga: PBB dan Kontroversi soal Ganja...
Pengakuan Unesco datang pada 1999 dan memproklamasikannya sebagai hari untuk mengamati dan merayakan bahasa asli di seluruh dunia.
Melansir laman UN atau Perserikatan Bangsa-Bangsa, Hari Bahasa Ibu Internasional dicanangkan oleh Konferensi Umum Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) pada 17 November 1999.
Sidang Umum PBB menyambut baik proklamasi hari itu dalam resolusi 2002.
Pada 16 Mei 2007, Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam resolusinya A/RES/61/266 menyerukan kepada negara-negara anggota untuk mempromosikan pelestarian dan perlindungan semua bahasa yang digunakan oleh masyarakat di dunia.
Dengan resolusi yang sama, Sidang Umum memproklamasikan 2008 sebagai Tahun Bahasa Internasional. Hari Bahasa Ibu Internasional diperingati sejak 2000.
Baca juga: Benarkah Mapel Bahasa Arab dan PAI Dihapus dari Kurikulum? Berikut Penjelasan Kemenag
Halo, #SahabatBahasa dan #SahabatDikbud.
Tahukah kalian bahwa tanggal 21 Februari diperingati sebagai Hari Bahasa Ibu Internasional?
Hal itu telah ditetapkan oleh UNESCO sejak 17 November 1999. pic.twitter.com/Hm15WHvJt3
— Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (@BadanBahasa) February 16, 2021
Baca juga: Topan Hagibis Melanda Jepang, Ternyata Namanya dari Bahasa Tagalog Filipina