Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Itu Vaksin Nusantara?

Kompas.com - 18/02/2021, 15:39 WIB
Retia Kartika Dewi,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Vaksin Nusantara menarik perhatian publik. Vaksin Nusantara merupakan vaksin Covid-19 yang kini tengah dikembangkan dan diuji di Indonesia.

Pengembangan Vaksin Nusantara ini dilakukan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), RSUP Dr. Kariadi Semarang, dan Universitas Diponegoro (Undip).

Vaksin Nusantara telah selesai menjalani uji tahap 1 dan akan memasuki uji klinis tahap 2.

Apa itu Vaksin Nusantara dan apa yang perlu kita ketahui?

Proses pembuatan

Diberitakan Kompas.com, Rabu (17/2/2021), Tim Peneliti Vaksin Nusantara FK Undip/RSUP Dr. Kariadi, Yetty Movieta Nency, mengatakan, pembuatan Vaksin Nusantara melalui sejumlah tahap,

Pertama, pengambilan darah dari tubuh seorang subjek atau pasien.

Selanjutnya, darah tersebut akan dibawa ke laboratorium untuk dipisahkan antara sel darah putih dengan sel dendritik atau sel pertahanan (bagian dari sel darah putih).

Ssel ini mampu mengenali virus penyebab Covid-19, SARS-CoV-2.

Kedua, setelah sel berhasil dikenalkan dengan virus corona, maka sel dendritik akan kembali diambil untuk disuntikkan ke dalam tubuh pasien yang sama dalam bentuk vaksin.

Proses pengambilan darah, pemeriksaan di laboratorium, hingga menjadi vaksin yang siap disuntikkan membutuhkan waktu sekitar satu minggu.

Harapannya, vaksin ini memilki kekebalan atau antibodi yang baik dalam melawan virus corona.

Baca juga: Uji Klinis Vaksin Nusantara Tahap 1 Dilaporkan Tingkatkan Antibodi

Berbasis sel dendritik

Vaksin Nusantara diklaim sebagai vaksin pertama di dunia yang menggunakan pendekatan sel dendritik.

Yetty mengatakan, pendekatan ini membuat vaksin ini tidak memiliki kandungan virus corona yang sudah dilemahkan dan ikut disuntikkan ke dalam tubuh pasien.

Sel dendritik dalam Vaksin Nusantara merupakan komponen dari sel darah putih yang dimiliki setiap orang lalu dipaparkan dengan antigen protein S dari virus penyebab Covid-19, yakni SARS-CoV-2.

Selanjutnya, sel dendritik yang telah mengenal antigen ini akan diinjeksikan ke dalam tubuh kembali.

Ketika diinjeksikan ke tubuh pasien, sel dendritik yang sebelumnya sudah menjalani masa inkubasi dan diperkenalkan dengan rekombinan antigen SARS-CoV-2, akan memicu sel-sel imun lain.

Sel-sel imun ini akan membentuk sistem kekebalan memori terhadap SARS-CoV-2.

Cara kerja vaksin

Cara kerja Vaksin Nusantara termasuk rumit. Vaksin lainnya, seperti vaksin Sinovac, Pfizer, AstraZeneca, mengandalkan sel dendritik yang sudah ada di dalam tubuh manusia.

Sementara, Vaksin Nusantara mengeluarkan sel dendritik dari dalam tubuh, lalu memasukkannya kembali.

Cara mengeluarkan sel dendritik ini dengan mengambil darah orang yang akan divaksin.

Setelah diambil darahnya, relawan diperbolehkan pulang agar ahli dapat menumbuhkan sel dendritik di laboratorium.

Di dalam darah ada berbagai macam sel, seperti sel darah merah, sel darah putih, termasuk sel prekursor dendritik.

Selanjutnya, sel darah merah dipisahkan, dan sel darah putih dihilangkan dengan tujuan menumbuhkan sel prekursor dendritik di cawan laboratorium.

Pada sel prekursor tersebut akan diberikan senyawa khusus agar bisa tumbuh menjadi sel dendritik.

Diketahui, masa inkubasi membutuhkan waktu sektar 2-3 hari.

Saat masa ini, sel diberikan antigen. Antigen ini tidak disuntikkan ke pasien, tetapi diberikan langsung ke sel dendritik di laboratorium.

Setelah sel dendritik beranjak dewasa dan sudah terpapar antigen, sel tersebut disuntikkan kembali ke relawan yang sama. 

Biaya pengiriman rendah

Biaya pengiriman Vaksin Nusantara diklaim rendah karena tidak membutuhkan alat penyimpanan dengan suhu -80 derajat Celsius dan sebagainya.

Yetty mengungkapkan, pengadaan cooler box sebenarnya membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Apalagi, jika vaksin dipindahkan ke tempat lain dan harus diatur kembali suhunya.

Selain itu, bahan baku pengolahan Vaksin Nusantara cukup mudah dan bisa dikirim ke beberapa fasilitas kesehatan.

Harga

Harga satu Vaksin Nusantara disebut sekitar 10 dollar AS atau sekitar Rp 144.000.

Harga ini tidak selisih jauh dengan harga vaksin pada umumnya.

Efek samping

Kompas.com, 17 Februari 2021, memberitakan, berdasarkan laporan dari 27 subjek yang menerima vaksin, diklaim tidak ada yang mengalami efek samping dengan tingkat sedang atau berat.

Yetty mengungkapkan, efek samping vaksin ini dalam uji tahap 1 semuanya tergolong ringan.

Ada 2 kelompok dari efek samping Vaksin Nusantara yakni sistemik dan lokal.

Efek samping sistemik yakini adanya keluhan berupan nyeri otot, nyeri sendi, lemas, mual, demam, dan menggigil yang dilaporkan oleh 20 subjek. Tujuh orang lainnya tidak mengalami efek samping seperti yang disebutkan.

Sementara, efek samping lokal yakni berupa nyeri lokal, kemerahan, pembengkakan, penebalan, serta gagal pada titik suntik.

Adapun efek samping ini disampaikan oleh 8 subjek, sedangkan 19 subjek lain tidak mengalaminya.

(Sumber: Kompas.com/Luthfia Ayu Azanella, Riska Farasonalia, Rendika Ferri Kurniawan | Editor: Rizal Setyo Nugroho, Khairina, Rendika Ferri Kurniawan, Gloria Setyvani Putri)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Tren
Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Tren
Saya Bukan Otak

Saya Bukan Otak

Tren
Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Tren
Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Tren
8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

Tren
Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Tren
Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Tren
7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

Tren
Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU 'Self Service', Bagaimana Solusinya?

Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU "Self Service", Bagaimana Solusinya?

Tren
Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Tren
Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Tren
6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

Tren
BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

Tren
7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com