Kepala Laboratorium Seismotektonik Jurusan Geofisika dan Meteorologi ITB, Dr Nanang T Puspito menjelaskan jika selama 100 tahun itu Irian yang rawan gempa itu tidak timbul tsunami, artinya selama kurun waktu itu keretakan akibat gempa hanya terjadi di dalam kerak bumi, tidak pernah sampai ke muka dasar laut.
"Dengan demikian, baru kali ini retakan sampai ke muka dasar laut, sehingga terjadi tsunami," katanya.
Pada tsunami Biak, pusat gempa amplitudo yang dihasilkan hanya setinggi 1-2 meter. Namun, karena gempa ini terjadi di laut dalam, maka terjadi pembesaran amplitudo.
Baca juga: Rumus 20-20-20 saat Peringatan Dini Tsunami, Seberapa Efektif?
Semakin dalam laut, jarak yang ditempuh gelombang semakin panjang sehingga amplitudo juga semakin besar.
Lokasi gempa sendiri, menurut Nanang memang terletak di Zona Seismotektonik Irian Jaya bagian utara yang cukup kompleks.
Di zona tersebut, imbuhnya ada dua aktivitas tektonik yang dominan yaitu aktivitas Sesar Sorong dan aktivitas Subduksi.
Sesar Sorong terletak memanjang arah timur-barat dari sebelah selatan Pulau Biak sampai ke sebelah utara Pulau Buru.
Aktivitas sesar Sorong menyebabkan terjadinya gempa-gempa dangkal (kedalaman pusat gempa kurang dari 60 km) dengan jenis pensesaran sesar geser ke arah kiri.
Baca juga: Penjelasan soal Potensi Gempa Megathrust dan Perlunya Mengakhiri Kepanikan...