"Apalagi jika orangtuanya tidak melek gizi, dikira justru yang disumbangkan itu makanan-makanan kemasan 'sehat' yang dibagi-bagi dan sedihnya jika Dinkes terkait ikut endorse," ujar Tan.
Selain pangan instan, Tan juga mengatakan, saat kondisi bencana tidak perlu ada sumbangan berupa produk susu.
Semua donasi berupa pengganti ASI, botol dan dot harus diawasi dan mendapat persetujuan dinas kesehatan setempat.
Pemberian produk pengganti ASI yang kurang tepat, retan menimbulkan risiko kontaminasi, diare, bahkan kematian.
Baca juga: BPBD Tetapkan Status Tanggap Darurat Bencana Tanah Bergerak di Sukabumi
Tan menyebutkan, ada lima hal yang perlu diperhatikan terkait pemenuhan gizi saat bencana. Kelima hal tersebut adalah:
Selain itu, perlu diperhatikan mencari alternatif untuk mengganti makanan instan menjadi makanan yang lebih kaya gizi.
Makanan kaya manfaat yang dapat dikonsumsi dalam kondisi bencana, antara lain rebusan ubi-ubian, singkong, talas, dan pisang kepok.
Adapun untuk buah-buahan sebaiknya mengonsumsi buah yang belum dikupas, seperti jeruk, salak, dan manggis.
Camilan penuh gizi lainnya dapat berupa lepet kacang merah, lepet kacang tolo, telur pindang, atau roti sumbu (kukusan singkong ditaburi abon).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.