Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selandia Baru Terbaik Tangani Covid-19, seperti Apa Penanganan di Sana?

Kompas.com - 29/01/2021, 14:42 WIB
Rosy Dewi Arianti Saptoyo,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

Melarang perjalanan internasional

Selandia baru menerapkan pelarangan perjalanan internasional sejak pertengahan Maret 2020. Arden dengan tegas menutup perbatasan Selandia Baru, sampai seluruh masyarakatnya menerima vaksinasi dan terlindungi.

"Selandia Baru hanya akan benar-benar kembali normal ketika ada tingkat normalitas tertentu di belahan dunia lainnya juga,” ujar Arden, melansir The Guardian, Selasa (26/1/2021).

Untuk perjalanan internasional, beberapa warga negara asing mendapatkan pengecualian untuk masuk kembali ke Selandia Baru.

Pengecualian itu hanya jika mereka memiliki keahlian khusus yang tidak dapat ditemukan secara lokal, anggota keluarga, atau memiliki pasangan dari warga negara Selandia Baru.

Komunikasi yang efektif

Berbeda dengan negara-negara yang mendeklarasikan 'perang melawan Covid-19', pemerintah Selandia Baru memberi pesan pada negaranya untuk 'bersatu'.

Melansir BBC, dalam komunikasi publiknya, Ardern telah berulang kali menyebut "lima juta tim kami", sebagai bentuk pujian atas kerja keras 5 juta warga Selandia Baru.

"Karena dia telah mengkomunikasikan dengan jelas arah kami dalam menghadapi peningkatan jumlah kasus, ketika Jacinda Ardern mengatakan kami akan lockdown, orang-orang mengerti mengapa," kata Sarah Robson, jurnalis senior di Radio New Zealand, dilansir dari BBC, 20 April 2020.

Pelacakan dan kepatuhan publik

Selain pembatasan kegiatan yang ketat, Selandia baru juga menerapkan pelacakan kontak (contact tracing).

Ketika kasus pertama Covid-19 terkonfrmasi di Selandia Baru, pemerintahnya melakukan 10.000 tes sehari.

Pelacakan kontak berguna untuk mengetahui siapa saja yang berinteraksi dekat dengan penderita Covid-19, kemudian meminta mereka untuk isolasi.

Kepatuhan warga Selandia Baru juga berperan besar dalam keberhasilan penanganan Covid-19.

"Mereka benar-benar melibatkan pikiran dan hati penduduk untuk melakukan hal yang tidak terpikirkan, mengatakan 'pulang dan tinggal di sana selama bagian terbaik dari enam minggu'," kata epidemiolog ternama dari Selandia Baru, Michael Baker, dilansir dari BBC, 9 Juli 2020.

Baca juga: Mengenal Tato Maori yang Dimiliki Menlu Selandia Baru

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com