KOMPAS.com - Pandemi virus corona yang terjadi di Indonesia turut merenggut nyawa para petugas kesehatan.
Sejak kasus pertama Covid-19 secara resmi diumumkan di Tanah Air pada Maret tahun lalu, sejauh ini terdapat 647 petugas medis dan kesehatan yang wafat akibat terinfeksi Covid-19.
Data tersebut berdasarkan rangkuman Tim Mitigasi IDI dari Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Ikatan Bidan Indonesia (IBI), Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Medik Indonesia (PATELKI), dan Ikatan Apoteker Indonesia (IAI).
Baca juga: Simak 3 Gejala Baru Covid-19, dari Anosmia hingga Parosmia
Petugas medis dan kesehatan yang meninggal dunia terdiri dari 289 dokter (16 guru besar) dan 27 dokter gigi (3 guru besar), 221 perawat, 84 bidan, 11 apoteker, 15 tenaga laboratorium medik.
Sementara dokter yang wafat terdiri dari 161 dokter umum (4 guru besar), 123 dokter spesialis (12 guru besar), dan 5 residen yang berasal dari 26 IDI Wilayah (provinsi) dan 116 IDI Cabang (Kota/Kabupaten).
Baca juga: Pasien BPJS Disebutkan Diminta Bayar Obat Rp 229 Juta, Bagaimana Aturan Kemenkes?
Berikut rincian data berdasarkan provinsi:
Serta, terdapat 1 dokter yang masih dalam konfirmasi verifikasi.
Baca juga: [HOAKS] Dokter di Palembang Meninggal Dunia gara-gara Vaksin Covid-19
Menurut informasi dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI), berdasarkan perbandingan statistik testing dan populasi, kematian tenaga medis dan kesehatan di Indonesia merupakan yang tertinggi di Asia dan masuk dalam tiga besar di seluruh dunia.
Tim Mitigasi PB IDI Dr Adib Khumaidi mengatakan, meski program vaksinasi sudah mulai dilakukan di hampir seluruh wilayah di Indonesia, hal ini hanya merupakan salah satu upaya pencegahan (preventif).
Ia menegaskan, pencegahan tidak akan berjalan maksimal apabila masyarakat tetap abai dalam menjalankan protokol kesehatan seperti memakai masker, mencuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer, menjaga jarak, membatasi mobilitas, dan menghindari kerumunan.
Baca juga: WHO Rencanakan Persetujuan Beberapa Vaksin Covid-19, Apa Saja?
Pemerintah pusat dan pemerintah daerah juga diminta untuk meningkatkan strategi testing secara serentak bagi seluruh lapisan masyarakat, sehingga dapat menentukan diagnosis dini dan tindakan segera bagi yang terkonfirmasi positif terpapar virus.
Menurut Adib, saat ini situasi penularan Covid-19 sudah tidak terkendali, terutama dikarenakan aktivitas mobilitas masyarakat semakin meningkat.
Ia menuturkan, testing, screening (penyaringan), tracing (penelusuran) dan evaluasi penyembuhan sangat diperlukan.
"Saat ini angka testing di Indonesia masih baru mencapai kurang dari 5 persen dari total populasi penduduk Indonesia," kata dia.
Sehingga, pemerintah setempat dan pengelola fasilitas kesehatan diimbau memberikan tes rutin untuk mengetahui status kondisi kesehatan terkini para pekerja medis dan kesehatan yang bertugas menangani pasien.
Baca juga: Pemerintah Gratiskan Vaksin Covid-19, Mengapa Diberikan Lewat Suntikan?
Terkait dengan perubahan cuaca dan maraknya bencana alam di Indonesia, Wakil Ketua Perhimpunan Dokter Emergensi Indonesia dr Mahesa Paranadipa Maikel memperingatkan perlunya antisipasi kondisi penumpukan pengungsi dari korban bencana alam.
Pihaknya meminta adanya keseriusan seluruh pihak dalam penanganan korban bencana alam dalam situasi pandemi dengan selalu memperhatikan protokol kesehatan.
"Hal ini untuk meminimalisir adanya penularan Covid terjadi di klaster pengungsian korban bencana alam," tuturnya.
Baca juga: Mengenal Apa Itu Pandemic Fatigue, Alasan Masyarakat Abaikan Protokol Kesehatan
Ia menjelaskan, protokol kesehatan di lokasi pengungsian bencana yang perlu diperhatikan oleh para pemangku kebijakan dan para relawan penanggulangan bencana serta masyarakat korban bencana antara lain:
"Sementara jika ada pengungsi yang didapati terkonfirmasi Covid-19 melalui PCR, maka harus segera dilakukan tracing (penelusuran) agar tidak terjadi penularan yang besar di klaster pengungsian dan penanganan pengungsi bisa berjalan dengan baik," imbuhnya.
Baca juga: Banjir di Indonesia, Benarkah karena Curah Hujan dan Cuaca Ekstrem?