Guswanto menjelaskan fenomena waterspout terbentuk dari sistem awan comulonimbus (CB).
Akan tetapi ia menerangkan, tidak semua awan CB dapat menimbulkan fenomena waterspout ataupun puting beliung tersebut.
Hal ini menurutnya tergantung dari kondisi labilitas atmosfer.
Baca juga: Yang Harus Diwaspadai Saat Musim Pancaroba, Angin Kencang hingga Puting Beliung
“Keberadaan awan CB juga dapat mengindikasikan adanya potensi hujan lebat yang dapat disertai kilat atau petir dan angin kencang dan pada kondisi tertentu dapat menimbulkan potensi puting beliung atau waterspout,” kata dia.
Ia melanjutkan terdapat sejumlah karakteristik fenomena waterspout yang terjadi yakni:
Baca juga: Puluhan Warga di Banten Tersambar Petir, Mengapa Hal Itu Bisa Terjadi?
Dihubungi terpisah, prakiraan cuaca BMKG, Nanda Alfuadi menjelaskan, waterspout dengan puting beliung merupakan kejadian yang sama. Hanya saja waterspout terjadi di atas permukaan air.
Saat disinggung terkait kemungkinan fenomena waterspout naik ke daratan, menurutnya bisa saja terjadi.
“Sangat memungkinkan jika lokasi daratan berdekatan dengan lokasi pembentukan waterspout,” ujar Nanda saat dihubungi Kompas.com, Kamis (21/1/2021)
Baca juga: Kapan Musim Kemarau 2020 Berakhir dan Musim Penghujan di Indonesia Dimulai?