Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Gratiskan Vaksin Covid-19, Mengapa Diberikan Lewat Suntikan?

Kompas.com - 17/12/2020, 19:05 WIB
Dandy Bayu Bramasta,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) resmi mengumumkan bahwa pemerintah akan menggratiskan seluruh vaksin Covid-19.

Keputusan vaksin gratis tersebut diambil setelah para pemangku kepentingan menerima banyak masukan dari masyarakat dan mengkalkulasi ulang keuangan negara.

Selain vaksin gratis, Presiden Jokowi juga kembali menegaskan bahwa ia akan menjadi orang pertama yang disuntik vaksin Covid-19.

Hal ini, kata Jokowi, untuk meyakinkan masyarakat bahwa vaksin virus corona aman digunakan.Baca juga: Selain Inggris, Berikut Negara yang Telah Izinkan Penggunaan Vaksin Covid-19 Pfizer

Apresiasi digratiskannya pemberian vaksin Covid-19 tersebut salah satunya datang dari pemilik akun Twitter @Adityasp__.

Dia mengucapkan terima kasih kepada Presiden Jokowi lantaran pemerintah sudah memberikan vaksin Covid-19 secara gratis.

Namun, dirinya merasa keberatan jika pemberian vaksin tersebut dilakukan dengan cara penyuntikan.

"Pak @jokowi, makasih vaksin gratisnya. cuma maaf, bukan saya nggak bersyukur, dan bukannya saya nggak seneng, cuma kalo boleh, bisa nggak kasih vaksinnya jangan disuntik? yang diisep-isep aja ada, nggak, pak?," tulis akun Twitter @Adityasp__.

Baca juga: Mengenal Vaksin Sinovac yang Telah Tiba di Indonesia

Baca juga: 1,2 Juta Dosis Vaksin Covid-19 Tiba di Indonesia, Siapa yang Jadi Prioritas?

Lantas, mengapa vaksin harus diberikan melalui suntikan?

Tiga metode pemberian vaksin

Ahli Patologi Klinis sekaligus Wakil Direktur RS UNS Tonang Dwi Ardyanto menjelaskan, sebenarnya pemberian vaksin tidak semuanya melalui suntikan.

Menurutnya, ada beberapa cara pemberian vaksin selain melalui suntikan.

"Memang ada yang melalui suntikan, ada yang ditelan, ada yang melalui hidung, disemprotkan di hidung, ada juga yang melalui kulit, jadi disuntikkan ke dalam kulit, bukan ke dalam otot," kata Tonang saat dihubungi Kompas.com, Kamis (17/12/2020).

Baca juga: Profil AstraZeneca, Penyedia 100 Juta Vaksin Corona untuk Indonesia

Hanya saja, lanjut Tonang, pemberian vaksin yang banyak dilakukan saat ini adalah dengan menggunakan tiga metode.

Di antaranya, yakni dengan disuntikkan, disemprotkan ke hidung, dan melalui oral dengan cara ditelan.

"Yang disemprotkan ke hidung pun sudah mulai jarang. Saat ini yang banyak digunakan adalah disuntik dan yang melalui oral," kata Tonang.

"Jadi sebenarnya pemberian vaksin itu tidak harus disuntik. Tergantung target penyakit dan sifatnya masing-masing," sambungnya.

Baca juga: INFOGRAFIK: 13 Penyakit yang Berhasil Diatasi dengan Vaksin

Mengapa vaksin Covid-19 harus disuntik?

Tonang menjelaskan, dalam penelitian vaksin Covid-19, suntikan dianggap paling efektif.

Namun, tidak menutup kemungkinan jika penelitian terus berjalan, pemberian vaksin Covid-19 dapat melalui beberapa metode.

"Banyak dicoba melalui suntikan dan dinilai paling efektif lewat suntikan. Karena penelitian untuk Covid-19 ini kan waktunya mendesak dan segera, makanya tidak banyak dicoba pemberian vaksin dengan cara yang macam-macam. Kalau waktunya itu longgar, baru bisa itu dicoba pemberian vaksin melalui jalur lain," kata Tonang.

Baca juga: Ramai Tagar Indonesia Terserah, Apakah Tenaga Medis Menyerah?

Menurut Tonang, poin utama dari ini semua adalah vaksin mana yang dinilai efektif sehingga dapat memicu kekebalan tubuh.

Sementara untuk metode pemberian vaksin, hal itu tidak perlu terlalu dipermasalahkan lantaran juga bagian dari perkembangan ilmiah.

"Jadi itu sekali lagi bukan suatu yang harus dipermasalahkan. Sekedar perkembangan ilmiah saja, bagaimana mencari jalur yang memberi hasil paling efektif kalau diberikan, itu digunakan," imbuh dia.

Baca juga: Deretan Kepala Daerah yang Sedang Dirawat akibat Terinfeksi Covid-19

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Daftar Prioritas Penerima Vaksin Covid-19

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Mengenal Alexinomia, Fobia Memanggil Nama Orang Lain, Apa Penyebabnya?

Mengenal Alexinomia, Fobia Memanggil Nama Orang Lain, Apa Penyebabnya?

Tren
Sunat Perempuan Dilarang WHO karena Berbahaya, Bagaimana jika Telanjur Dilakukan?

Sunat Perempuan Dilarang WHO karena Berbahaya, Bagaimana jika Telanjur Dilakukan?

Tren
UU Desa: Jabatan Kades Bisa 16 Tahun, Dapat Tunjangan Anak dan Pensiun

UU Desa: Jabatan Kades Bisa 16 Tahun, Dapat Tunjangan Anak dan Pensiun

Tren
Harga Kopi di Vietnam Melambung Tinggi gara-gara Petani Lebih Pilih Tanam Durian

Harga Kopi di Vietnam Melambung Tinggi gara-gara Petani Lebih Pilih Tanam Durian

Tren
Kasus Mutilasi di Ciamis dan Tanggung Jawab Bersama Menangani Orang dengan Gangguan Mental

Kasus Mutilasi di Ciamis dan Tanggung Jawab Bersama Menangani Orang dengan Gangguan Mental

Tren
Potensi Manfaat Tanaman Serai untuk Mengatasi Kecemasan Berlebih

Potensi Manfaat Tanaman Serai untuk Mengatasi Kecemasan Berlebih

Tren
Terkait Penerima KIP Kuliah yang Bergaya Hedon, UB: Ada Evaluasi Ulang Tiga Tahap

Terkait Penerima KIP Kuliah yang Bergaya Hedon, UB: Ada Evaluasi Ulang Tiga Tahap

Tren
Catat, Ini 5 Jenis Kendaraan yang Dibatasi Beli Pertalite di Batam Mulai Agustus

Catat, Ini 5 Jenis Kendaraan yang Dibatasi Beli Pertalite di Batam Mulai Agustus

Tren
Wacana Pembongkaran Separator di Ring Road Yogyakarta, Begini Kata Ahli UGM

Wacana Pembongkaran Separator di Ring Road Yogyakarta, Begini Kata Ahli UGM

Tren
BMKG: Wilayah yang Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang 9-10 Mei 2024

BMKG: Wilayah yang Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang 9-10 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG: Wilayah Hujan Lebat 9 Mei 2024 | Vaksin AstraZeneca Ditarik Peredarannya

[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG: Wilayah Hujan Lebat 9 Mei 2024 | Vaksin AstraZeneca Ditarik Peredarannya

Tren
Mengulik Racunomologi

Mengulik Racunomologi

Tren
Pemain Bola Malaysia Kembali Jadi Korban Penyerangan, Mobil Diadang Saat Berangkat ke Tempat Latihan

Pemain Bola Malaysia Kembali Jadi Korban Penyerangan, Mobil Diadang Saat Berangkat ke Tempat Latihan

Tren
Cara Mengetahui Jenis Vaksin Covid-19 yang Pernah Diterima

Cara Mengetahui Jenis Vaksin Covid-19 yang Pernah Diterima

Tren
Potensi Manfaat Tanaman Serai untuk Menurunkan Kolesterol Jahat

Potensi Manfaat Tanaman Serai untuk Menurunkan Kolesterol Jahat

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com