Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pemerintah Gratiskan Vaksin Covid-19, Mengapa Diberikan Lewat Suntikan?

KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) resmi mengumumkan bahwa pemerintah akan menggratiskan seluruh vaksin Covid-19.

Keputusan vaksin gratis tersebut diambil setelah para pemangku kepentingan menerima banyak masukan dari masyarakat dan mengkalkulasi ulang keuangan negara.

Selain vaksin gratis, Presiden Jokowi juga kembali menegaskan bahwa ia akan menjadi orang pertama yang disuntik vaksin Covid-19.

Apresiasi digratiskannya pemberian vaksin Covid-19 tersebut salah satunya datang dari pemilik akun Twitter @Adityasp__.

Dia mengucapkan terima kasih kepada Presiden Jokowi lantaran pemerintah sudah memberikan vaksin Covid-19 secara gratis.

Namun, dirinya merasa keberatan jika pemberian vaksin tersebut dilakukan dengan cara penyuntikan.

"Pak @jokowi, makasih vaksin gratisnya. cuma maaf, bukan saya nggak bersyukur, dan bukannya saya nggak seneng, cuma kalo boleh, bisa nggak kasih vaksinnya jangan disuntik? yang diisep-isep aja ada, nggak, pak?," tulis akun Twitter @Adityasp__.

Lantas, mengapa vaksin harus diberikan melalui suntikan?


Tiga metode pemberian vaksin

Ahli Patologi Klinis sekaligus Wakil Direktur RS UNS Tonang Dwi Ardyanto menjelaskan, sebenarnya pemberian vaksin tidak semuanya melalui suntikan.

Menurutnya, ada beberapa cara pemberian vaksin selain melalui suntikan.

"Memang ada yang melalui suntikan, ada yang ditelan, ada yang melalui hidung, disemprotkan di hidung, ada juga yang melalui kulit, jadi disuntikkan ke dalam kulit, bukan ke dalam otot," kata Tonang saat dihubungi Kompas.com, Kamis (17/12/2020).

Hanya saja, lanjut Tonang, pemberian vaksin yang banyak dilakukan saat ini adalah dengan menggunakan tiga metode.

Di antaranya, yakni dengan disuntikkan, disemprotkan ke hidung, dan melalui oral dengan cara ditelan.

"Yang disemprotkan ke hidung pun sudah mulai jarang. Saat ini yang banyak digunakan adalah disuntik dan yang melalui oral," kata Tonang.

"Jadi sebenarnya pemberian vaksin itu tidak harus disuntik. Tergantung target penyakit dan sifatnya masing-masing," sambungnya.


Mengapa vaksin Covid-19 harus disuntik?

Tonang menjelaskan, dalam penelitian vaksin Covid-19, suntikan dianggap paling efektif.

Namun, tidak menutup kemungkinan jika penelitian terus berjalan, pemberian vaksin Covid-19 dapat melalui beberapa metode.

"Banyak dicoba melalui suntikan dan dinilai paling efektif lewat suntikan. Karena penelitian untuk Covid-19 ini kan waktunya mendesak dan segera, makanya tidak banyak dicoba pemberian vaksin dengan cara yang macam-macam. Kalau waktunya itu longgar, baru bisa itu dicoba pemberian vaksin melalui jalur lain," kata Tonang.

Menurut Tonang, poin utama dari ini semua adalah vaksin mana yang dinilai efektif sehingga dapat memicu kekebalan tubuh.

Sementara untuk metode pemberian vaksin, hal itu tidak perlu terlalu dipermasalahkan lantaran juga bagian dari perkembangan ilmiah.

"Jadi itu sekali lagi bukan suatu yang harus dipermasalahkan. Sekedar perkembangan ilmiah saja, bagaimana mencari jalur yang memberi hasil paling efektif kalau diberikan, itu digunakan," imbuh dia.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/12/17/190500665/pemerintah-gratiskan-vaksin-covid-19-mengapa-diberikan-lewat-suntikan-

Terkini Lainnya

Apa yang Terjadi pada Tubuh Saat Minum Teh Setelah Makan?

Apa yang Terjadi pada Tubuh Saat Minum Teh Setelah Makan?

Tren
Daftar Nama 11 Korban Meninggal Dunia Kecelakaan Bus di Subang

Daftar Nama 11 Korban Meninggal Dunia Kecelakaan Bus di Subang

Tren
Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik Warga, Begini Solusinya

Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik Warga, Begini Solusinya

Tren
Kapan Waktu Terbaik Minum Vitamin?

Kapan Waktu Terbaik Minum Vitamin?

Tren
Daftar Negara yang Mendukung Palestina Jadi Anggota PBB, Ada 9 yang Menolak

Daftar Negara yang Mendukung Palestina Jadi Anggota PBB, Ada 9 yang Menolak

Tren
Mengenal Como 1907, Klub Milik Orang Indonesia yang Sukses Promosi ke Serie A Italia

Mengenal Como 1907, Klub Milik Orang Indonesia yang Sukses Promosi ke Serie A Italia

Tren
Melihat Lokasi Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Jalur Rawan dan Mitos Tanjakan Emen

Melihat Lokasi Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Jalur Rawan dan Mitos Tanjakan Emen

Tren
Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Tren
Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni 'Atlantis yang Hilang' di Lepas Pantai Australia

Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni "Atlantis yang Hilang" di Lepas Pantai Australia

Tren
4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

Tren
Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Tren
Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Tren
8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

Tren
2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke