Masa tugas satgas ini seharusnya berakhir pada 30 September lalu, tetapi diperpanjang hingga 31 Desember karena masih ada 13 orang kelompok teroris MIT pimpinan Ali Kalora yang masuk dalam DPO (daftar pencarian orang).
Baca juga: Jusuf Kalla Kecam Aksi Teror di Sigi, Minta Polisi Tumpas Tuntas Terorisme
Selain itu, Anam menyebutkan, ada faktor lain yang membuat terorisme masih tumbuh subur di wilayah itu, yakni sumber-sumber untuk melakukan perekrutan anggota baru kelompok teroris masih sangat terbuka.
"Salah satunya adalah soal rasa keadilan dan lain sebagainya yang ada di sana," kata Anam.
Oleh karena itu, melawan terorisme khususnya di Poso, menurut dia, tidak cukup dengan tindakan-tindakan koersif atau kekerasan.
Upaya juga harus dilakukan dengan tindakan-tindakan menjawab rasa keadilan dan berbagai hal yang ada dalam dinamika masyarakat di sana.
"Sehingga, di samping tindakan tegas, juga tindakan pencegahan," kata Anam.
Anam mengatakan, perlu langkah-langkah komprehensif, disertai dukungan dan evaluasi dari berbagai pihak yang berwenang, untuk mengetahui penyebab terorisme masih tumbuh subur dan mampu melancarkan aksinya di wilayah itu.
Anam berharap, aksi kekerasan berbasis terorisme ini segera bisa ditangani secara maksimal sesuai prinsip hukum dan HAM.
Dari peristiwa Sigi ini, dia berharap ada kesadaran yang meningkat di antara semua pihak yang berwenang untuk terus memberikan perlindungan kepada masyarakat secara maksimal.
"Khususnya dalam momen-momen tertentu yang biasanya digunakan oleh mereka (kelompok teroris) untuk melakukan kekerasan," kata Anam.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.