Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, ada yang perlu diluruskan terkait informasi ini.
KOMPAS.com - Beredar informasi di media sosial mengenai lonjakan jumlah kasus bunuh diri di Amerika Serikat hingga 200 persen sejak lockdown diterapkan.
Klain itu tidak berdasar.
American Association of Suicidology (AAS) menegaskan bahwa pihaknya tidak memiliki data yang menunjukkan bagaimana pandemi mempengaruhi tingkat bunuh diri di Amerika Serikat (AS). Sebab, butuh waktu cukup lama untuk mengindentifikasi jumlah kasus bunuh diri.
Sementara, sebuah riset mengenai kecenderungan bunuh diri selama pandemi Covid-19 yang terbit pada 12 November 2020 menyatakan, pada negara-negara berpenghasilan tinggi tidak ada peningkatan angka bunuh diri pada awal pandemi.
Salah satu lokasi penelitian yakni Massachusetts di Amerika Serikat.
Akun Facebook Mickel Thompson pada 13 November 2020 melayangkan status berisi lonjakan angka bunuh diri sebesar 200 persen sejak karantina wilayah (lockdown) diterapkan. Statusnya juga berisi nomor telepon hotline tertentu di Amerika Serikat (AS).
Setiap orang yang menemukan pesan itu diminta untuk menyalin dan mengedarkannya lagi ke. Berikut isi lengkap statusnya dalam bahasa Indonesia:
"Angka bunuh diri naik 200% sejak lockdown. Bisakah dua orang teman menyalin dan mengirimkan ulang pesan ini? Kami berusaha menunjukkan bahwa seseorang selalu mendengarkan. Hubungi 1-800-273-8255 (USA HOTLINE) Hanya dua. Dua saja."
Selain akun tersebut, sejumlah akun lain mengedarkan pesan serupa, antara lain Ildo Darosa dan Jake Lindmeier.
Karantina wilayah di AS karena pandemi virus corona berlaku sejak Maret 2020, termasuk di California, Michigan, dan New York. Dalam kampanye calon presiden AS, petahana Donald Trump pernah berkomentar soal dampak lockdown terhadap bunuh diri dan masalah mental lainnya.
"Orang-orang kehilangan pekerjaan, bunuh diri, depresi, alkohol, narkoba pada tingkat yang belum pernah dilihat orang sebelumnya," kata Trump dilansir New York Times, 23 Oktober 2020.
American Association of Suicidology (AAS) mengatakan tingkat kematian nasional karena bunuh diri belum melampaui tingkat kematian terkait Covid-19 saat ini. AAS ialah organisasi nirlaba di AS yang mengadvokasi pencegahan bunuh diri.
"Faktanya, data dari sejumlah lokasi menunjukkan bahwa angka (kematian karena bunuh diri) telah menurun selama pandemi," tulis AAS dalam siaran pers, 2 November 2020.
Bunuh diri menjadi masalah serius di AS, menduduki peringkat ke-10 penyebab kematian utama. Pada 2018 saja, AS kehilangan lebih dari 48.000 orang karena bunuh diri.
"Sementara tingkat bunuh diri meningkat dalam beberapa dekade terakhir, tingkat bunuh diri yang lebih tinggi pada tahun 2020 daripada untuk Covid-19 tidak masuk akal dan segala logis tidak akurat," kata pakar statistik bunuh diri dan Profesor Emeritus Psikologi di Indiana University South Bend John McIntosh dalam siaran pers.
Menurutnya, tingkat Covid-19 saat ini hanya dilampaui oleh penyakit jantung dan kanker.
Data AAS menunjukkan jumlah bunuh diri pada 2018 sebanyak 48.344 kasus, sebanyak 50,5% dari jumlah itu menggunakan senjata api.