Dua faktor lain yang menyebabkan lemahnaya wawasan kebangsaan anak, menurut Kak Seto, adalah kurikulum pendidikan dan lemahnya keteladanan dari para tokoh bangsa atau politisi saat ini.
Baca juga: Peringati Hari Pahlawan, Kemendikbud Ajak Millenial Buat Perubahan
Kak Seto menuturkan harus ada contoh keteladanan agar mengedepankan cara berpolitik yang santun. Pasalnya, hal itu akan diserap anak dalam kehidupan sehari-harinya.
"Kadang-kadang ada unsur rasdikalisme, fanatisme, itu yang membuat nasionalismenya lumpuh. Akhirnya anak-anak menyukai sesuatu yang aman-aman saja, termasuk selebritis dan artis-artis dari luar," tutur dia.
Untuk itu, ia berharap agar pemerintah masuk ke dunia yang digemari anak agar bisa menanamkan wawasan kebangsaan.
"(Pemerintah) harus masuk ke dunia anak dan remaja yang saat ini memang sedang in di kalangan mereka, tapi isinya harus tetap dikontrol. Bangsa lain kan bisa juga melalui itu," kata Kak Seto.
"Jadi dunia maya diisi dengan wawasan kebangsaan, bagaimana jasa-jasa para pahlawan. Akhirnya ada kebanggaan kalau Indonesia itu hebat banget," lanjutnya.
Baca juga: Hari Pahlawan 2020, Ini Profil Enam Tokoh Pahlawan Nasional Baru
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.