Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ilmuwan Yakin Vaksin Corona Pfizer Akan Mengakhiri Pandemi Covid-19

Kompas.com - 14/11/2020, 14:05 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Vaksin virus corona yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi Pfizer dan BioNTech diklaim 90 persen efektif mencegah gejala virus corona Covid-19.

Dikutip dari The Guardian, Kamis (12/11/2020), pihak Pfizer dan BioNTech menyebut kandidat vaksin yang mereka kembangkan telah melampaui ekspektasi pada uji klinis fase 3.

Melihat hasil uji tahap 3 ini, ilmuwan di balik vaksin ini meyakini bahwa kandidat vaksin yang mereka buat dapat melawan virus dan mengakhiri pandemi yang sudah melanda dunia sejak awal 2020.

"Jika pertanyaannya adalah apakah kita dapat menghentikan pandemi ini dengan vaksin ini, maka jawaban saya adalah 'ya'," kata Kepala Eksekutif BioNTech Ugur Sahin. 

Baca juga: Saat Vaksin Corona Pfizer Disebut 90 Persen Efektif untuk Covid-19

Menghalangi virus

Sahin menjelaskan, bakal vaksin yang mereka kembangkan disebut dapat menghalangi virus corona mendapat akses masuk ke sel-sel manusia.

Bahkan, apabila virus tetap menemukan jalan masuk, sel-T akan memusnahkannya.

"Kami telah melatih sistem kekebalan dengan sangat baik untuk menyempurnakan dua gerakan pertahanan ini. Kami sekarang tahu bahwa virus tidak dapat mempertahankan dirinya sendiri dari mekanisme ini," kata Sahin.

Hasil uji coba saat ini membuktikan bahwa vaksin BioNTech/Pfizer sepertinya bisa mencegah terjadinya penularan, sehingga tidak hanya menghentikan efek lebih lanjut si virus pada orang yang terinfeksi.

Disebutkan dalam uji coba fase 3, vaksin yang telah disuntikkan pada 43.538 relawan menunjukkan hasil yang menggembirakan.

Pfizer dan BioNTech mengungkapkan di antara sejumlah peserta uji coba tersebut, hanya 94 relawan yang terindentifikasi terpapar virus SARS-CoV-2 setelah mendapat suntikan dosis kedua vaksin atau plasebo, seperti dikutip Nature, Selasa (10/11/2020).

Baca juga: 6 Tanya-Jawab soal Vaksin Corona Buatan Pfizer dan BioNTech

Akan tetapi, efektivitas calon vaksin ini pada orang tanpa gejala (OTG) belum dapat dipastikan, karena kurangnya data dari uji coba yang dilangsungkan.

Sahin mengatakan, setidaknya dibutuhkan waktu hingga satu tahun untuk mengetahui apakah vaksin yang mereka kembangkan juga dapat menghentikan infeksi pada OTG.

Tentang vaksin 

Ugur Sahin dan istrinya Özlem Türeci adalah dua ilmuwan Jerman keturunan Turki yang ada di balik sukses Biontech yang siap luncurkan vaksin corona pertama di dunia. Stefan F. Sammer via DW Ugur Sahin dan istrinya Özlem Türeci adalah dua ilmuwan Jerman keturunan Turki yang ada di balik sukses Biontech yang siap luncurkan vaksin corona pertama di dunia.

BioNTech dan Pfizer mengembangkan vaksin yang diberi nama BNT162 dengan metode mRNA, sehingga hanya membutuhkan kode genetik virus.

Metode ini disebut-sebut bisa mempersingkat proses produksi hingga sampai 3 bulan.

Berbeda dengan pengembangan vaksin konvensional yang mengambil informasi genetik dari virus dan membudidayakannya dalam sel manusia.

Proses pengembangan calon vaksin BioNTech/Pfizer ini pun hanya memakan waktu 10 bulan, tidak mencapai 1 tahun.

"Jadi tidak ada waktu tunggu. Bayangkan Anda ingin pergi dari satu ujung London ke ujung berikutnya dan ada kemacetan lalu lintas di mana-mana. Anda akan membutuhkan setengah hari. Untuk proyek kami, jalanannya kosong,” ujar dia.

Baca juga: Pasar Saham Global Melonjak Menyusul Update Vaksin Corona Pfizer

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com