Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Bela Kedaulatan Game Indonesia

Kompas.com - 13/11/2020, 08:47 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

DALAM sengit berperang dagang melawan China, India mengambil keputusan mencekal game-game produk China.

Satu di antara alasan cekal cukup mengejutkan yaitu tuduhan bahwa pemerintah China menggunakan game produk China yang memang digemari masyarakat India sebagai mata-mata alam maya untuk menghimpun data jutaan warga India yang mengonsumsi game bikinan dan/atau milik China.

Tidak jelas apakah tuduhan India terhadap game China juga berlaku untuk Indonesia di mana masyarakatnya juga penggemar berat game China.

Devisa

Tanpa melibatkan diri ke polemik mata-mata alam maya, tidak ada salahnya kita menyimak fakta bahwa setiap kali mengonsumsi produk game China sang konsumen wajib membayar fee atau royalty atau apa pun istilah pokoknya UUD (ujung-ujungnya duwit).

Melalui perjalanan saluran cukup panjang dan rumit akhirnya duwit tersebut masuk ke kas pemilik perusahaan game. Berarti pengguna game China di Indonesia menyerahkan devisa Indonesia ke China.

Sesuatu kondisi yang wajar dipertahankan eksistensinya secara gigih oleh para warga Indonesia yang menjadi agen produk game China yang dijual di Indonesia sebagai sumber nafkah sang warga Indonesia yang menjadi agen produk game China.

Wajar jika warga Indonesia gigih mempertahankan sumber nafkahnya masing-masing seperti dahulu ada warga Nusantara menjadi mitra-kerja VOC mengeruk rempah-rempah dan lain-lain komoditas kemahakaryaan bumi Nusantara untuk diperjual-belikan di persada Eropa.

Kebanggan nasional

Jelas bahwa mengonsumsi produk game China yang sedang sibuk dipromosikan sebagai e-sport oleh China merupakan hak asasi setiap insan Indonesia.

Namun di samping hak asasi, seharusnya setiap insan Indonesia juga memiliki kewajiban asasi. Satu di antara kewajiban asasi setiap insan Indonesia di samping menjunjung tinggi Pancasila adalah membela kedaulatan ekonomi sebagai bagian dari kebudayaan dan peradaban Indonesia.

Kewajiban asasi setiap insan Indonesia menggelorakan semangat kebanggaan nasional demi senantiasa bahkan niscaya mengutamakan mahakarya peradaban bangsa Indonesia sendiri ketimbang bangsa asing. Lebih mengutamakan produk bangsa Indonesia sendiri ketimbang produk bangsa asing.

Maka, seyogianya masyarakat Indonesia lebih mengutamakan produk game Indonesia ketimbang produk game asing.

Jangan bilang tidak ada produk game buatan putra-putri Indonesia!

Fakta sudah membuktikan bahwa game asli buatan putra-putri Indonesia bernama Lokapala tidak kalah seru ketimbang produk game China atau bangsa apa pun juga!

Bahkan terbukti kini Lokapala sudah digemari jutaan e-sportler bukan cuma warga Indonesia namun juga warga asing.

Seharusnya kompetisi e-sport yang diselenggarakan di Indonesia menggunakan game asli Indonesia.

Jika mau pasti kita mampu membuktikan bahwa bangsa Indonesia bukan hanya mampu berperan sebagai konsumen namun juga produsen.

Jika mau pasti mampu. Jika tidak mampu berarti tidak mau.

Mari kita bersatupadu menggelorakan Semangat Kebanggaan Nasional bangsa Indonesia. MERDEKA!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 13-14 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 13-14 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] UKT dan Uang Pangkal yang Semakin Beratkan Mahasiswa | Kronologi Kecelakaan Bus Subang

[POPULER TREN] UKT dan Uang Pangkal yang Semakin Beratkan Mahasiswa | Kronologi Kecelakaan Bus Subang

Tren
7 Gejala Stroke Ringan yang Sering Diabaikan dan Cara Mencegahnya

7 Gejala Stroke Ringan yang Sering Diabaikan dan Cara Mencegahnya

Tren
Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana, Izin Kendaraan Mati, Pengusaha Harus Dipolisikan

Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana, Izin Kendaraan Mati, Pengusaha Harus Dipolisikan

Tren
8 Tanda Batu Ginjal dan Cara Mencegahnya

8 Tanda Batu Ginjal dan Cara Mencegahnya

Tren
400 Produk Makanan India Ditandai Mengandung Kontaminasi Berbahaya

400 Produk Makanan India Ditandai Mengandung Kontaminasi Berbahaya

Tren
Kecelakaan Maut Rombongan SMK di Subang dan Urgensi Penerapan Sabuk Pengaman bagi Penumpang Bus

Kecelakaan Maut Rombongan SMK di Subang dan Urgensi Penerapan Sabuk Pengaman bagi Penumpang Bus

Tren
'Whistleblower' Israel Ungkap Kondisi Tahanan Palestina, Sering Alami Penyiksaan Ekstrem

"Whistleblower" Israel Ungkap Kondisi Tahanan Palestina, Sering Alami Penyiksaan Ekstrem

Tren
9 Negara Tolak Palestina Jadi Anggota PBB, Ada Argentina-Papua Nugini

9 Negara Tolak Palestina Jadi Anggota PBB, Ada Argentina-Papua Nugini

Tren
Vasektomi Gratis dan Dapat Uang Imbalan, Ini Penjelasan BKKBN

Vasektomi Gratis dan Dapat Uang Imbalan, Ini Penjelasan BKKBN

Tren
Pendaftaran CPNS 2024 Diundur hingga Juni 2024, Ini Alasan Kemenpan-RB

Pendaftaran CPNS 2024 Diundur hingga Juni 2024, Ini Alasan Kemenpan-RB

Tren
Profil Jajang Paliama, Mantan Pemain Timnas yang Meninggal karena Kecelakaan

Profil Jajang Paliama, Mantan Pemain Timnas yang Meninggal karena Kecelakaan

Tren
Dampak Badai Magnet Ekstrem di Indonesia, Sampai Kapan Terjadi?

Dampak Badai Magnet Ekstrem di Indonesia, Sampai Kapan Terjadi?

Tren
Dampak Badai Matahari 2024, Ada Aurora dan Gangguan Sinyal Kecil

Dampak Badai Matahari 2024, Ada Aurora dan Gangguan Sinyal Kecil

Tren
Penelitian Ungkap Lari Bisa Menyembuhkan Patah Hati, Berapa Durasinya?

Penelitian Ungkap Lari Bisa Menyembuhkan Patah Hati, Berapa Durasinya?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com