Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Trending #SaveKomodo, Ini Sederet Fakta Seputar Komodo

Kompas.com - 26/10/2020, 12:30 WIB
Mela Arnani,
Jihad Akbar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah foto truk pembawa material berhadap-hadapan dengan seekor komodo di Pulau Rinca, yang masuk dalam kawasan Taman Nasional Komodo, ramai diperbincangkan warganet.

Di media sosial Twitter, hashtag #savekomodo masuk dalam daftar terpopuler di Indonesia pada Senin (26/10/2020).

Melansir situs resmi whc.unesco.org, Taman Nasional Komodo masuk dalam daftar warisan dunia atau World Herritage Site Unesco yang memiiliki outstanding universal value (OUV).

Pulau yang ada di Taman Nasional Komodo dihuni sekitar 5.700 kadal raksasa, dengan nama latin Varanus komodoensis, yang tidak ada di tempat lain di dunia.

Taman Nasional Komodo masuk di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), terletak antara Pulau Sumbawa dan Flores yang terdiri dari tiga pulau besar, Pulau Rinca, Pulau Komodo, dan Pulau Padar.

Baca juga: Pemerintah Buka Suara Soal Polemik Foto Komodo Hadang Truk Proyek

Ekosistem darat dan lautnya menjadi kawasan prioritas konservasi global, yang mencakup area seluas 219.322 hektar.

Selain menjadi rumah bagi komodo, Taman Nasional Komodo juga dihuni spesies terestrial terkenal lainnya seperti unggas semak berkaki oranye, tikus endemik, dan rusa timor.

Berikut fakta-fakta seputar komodo melansir Unesco dan National Geographic:

1. Kadal terbesar

Komodo mempunyai perilaku yang terbilang agresif. Spesies kadal terbesar ini panjangnya rata-rata mencapai 2-3 meter.

Komodo merupakan representasi terakhir dari populasi peninggalan kadal besar yang pernah hidup di seluruh Indonesia dan Australia.

Komodo yang ada di Taman Nasional Komodo menjadi kadal terbesar dan terberat di dunia, dengan boboot lebih dari 300 kilogram.

Baca juga: Kecewa dengan Proyek Jurassic Park Pulau Rinca, Melanie Subono: Maafkan Kami Komodo

2. Rentang hidup dan karakteristik

Reptil karnivora ini dapat bertahan hidup hingga 30 tahun.

Komodo berkepala panjang dan moncong yang bulat, kulit bersisik, kaki membungkuk, dan ekor berotot besar.

Komodo yang telah berkembang biak selama jutaan tahun ini dapat berjalan hingga tujuh mil per hari.

Baca juga: Mengenal Proyek Jurassic Park di TN Komodo yang Jadi Polemik

3. Reproduksi

Setahun sekali, saat reptil ini siap kawin, komodo betina akan mengeluarkan bau dari kotorannya untuk diikuti komodo jantan.

Komodo betina hamil akan bertelur sekitar 30 buah, yang kemudian dikubur di tanah sampai menetas delapan bulan kemudian.

Sementara itu, komodo jantan terkadang bergulat satu sama lain untuk mendapatkan hak kawin.

Namun, saat tak ada jantan, komodo betina memiliki cara lain untuk bereproduksi.

Komodo betina mempunyai kromosom kelamin jantan dan betina, sehingga komodo betina dapat bereproduksi secara aseksual dalam proses yang disebut partenogenesis.

Baca juga: Perubahan Iklim Ancam Kehidupan Komodo, Ini Faktanya


4. Berburu

Sebagai predator yang dominan, komodo hampir memakan apa pun, termasuk bangkai rusa, babi, bahkan kerbau besar.

Saat berburu, komodo mengandalkan kamuflase dan kesabarannya menunggu mangsa melintas.

Komodo mempunyai cakar yang tajam, otot leher yang sangat kuat, dan gigi bergerigi mirip hiu.

Selain itu, komodo mempunyai kelenjar sarat dengan racun yang dapat menurunkan tekanan darah.

Racun membuat pendarahan hebat, mencegah pembekuan darah, dan menyebabkan syok mangsanya.

Seekor komodo dapat makan sebanyak 80 persen dari berat tubuhnya dalam sekali makan.

Baca juga: Panduan Cara Daftar Online ke Labuan Bajo dan TN Komodo

5. Ancaman populasi

Meski reproduksi aseksual memungkinkan komodo betina berkembang biak, hal ini tetap mempunyai kelemahan yang signifikan.

Proses reproduksi partenogenesis hanya menghasilkan keturunan laki-laki.

Selain itu, manusia juga menjadi ancaman bagi kelangsungan hidup komodo, dengan orang-orang merusak habitat komodo dengan tujuan lain.

Turis yang datang dengan menawarkan makanan dan menganggu proses kawin komodo.

Baca juga: Wisatawan ke Pulau Komodo Dibatasi, Maksimal 50.000 Orang per Tahun

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com