KOMPAS.com - Peneliti mengingatkan keberadaan kadal terbesar di dunia, komodo, tak lepas dari dampak perubahan iklim.
Komodo bisa punah jika tidak ada tindakan signifikan untuk mencegah hal tersebut terjadi.
Seperti dikutip dari Phys.org, Sabtu (19/9/2020) studi internasional yang dipimpin Universitas Adelaide dan Universitas Deakin serta bekerja sama dengan Taman Nasional Komodo dan Biro Pusat Konservasi Sumber Daya Alam Sunda Kecil menemukan fakta bahwa dampak pemanasan global dan kenaikan permukaan laut mengancam komodo.
Baca juga: Langka, Tiga Bayi Komodo di AS Lahir Tanpa Melibatkan Perkawinan
"Perubahan iklim kemungkinan besar akan menyebabkan penurunan tajam habitat komodo yang akan mengurangi populasi mereka dalam hitungan dekade," ungkap Alice Jones, peneliti dari Universitas Adelaide.
Komodo (Varanus komodoensis) merupakan spesies kadal paling ikonik di dunia yang telah ada di bumi selama lebih dari satu juta tahun.
Namun saat ini jumlahnya terus berkurang dan diperkirakan hanya ada 4.000 komodo saja yang bertahan hidup di alam liar.
Komodo endemik di lima pulau yakni Komodo, Rinca, Nusa Kode, Gili Motong, dan Flores.
"Strategi konservasi saat ini tak cukup untuk menghindari penurunan spesies dalam menghadapi perubahan iklim. Ini karena perubahan iklim akan menambah efek negatif dari populasi terisolasi yang jumlahnya sudah kecil," papar Jones.
Dalam studinya, peneliti menggunakan hasil data yang didapat dari hasil kerja lapangan selama bertahun-tahun mengenai status ekologi dan konservasi komodo.
Berdasarkan model, peneliti pun memprediksi jika kepunahan lokal terjadi di tiga dari lima habitat komodo saat ini.
Sementara di dua pulau besar yang dilindungi tidak terlalu rentan terhadap perubahan iklim.
Kendati demikian, bukan berarti itu akan menjadi jaminan bagi kelangsungan hidup spesies tersebut.
Dengan menggunakan data serta mengaplikasikannya dalam model konservasi, peneliti pun mampu memahami dampak perubahan iklim pada keanekaragaman hayati yang luar biasa namun sangat rentan di Indonesia.
Baca juga: Labuan Bajo dan Pulau Komodo, Siap Dipasang Alat Deteksi Bencana
Lebih lanjut, peneliti menyebet intervensi membangun cagar alam baru di daerah yang bisa mempertahankan habitat di masa depan bisa mengurangi efek perubahan iklim pada komodo.
Skenario lain yang mungkin bisa dipertimbangkan adalah memindahkan hewan di lokasi di mana komodo tak akan ditemukan selama beberapa dekade.
Itu mengapa memiliki wawasan tentang dampak perubahan iklim di masa depan dapat memberikan kemungkinan baru untuk bekerja sama dengan lembaga konservasi dan masyarakat lokal.
Dengan begitu ada solusi yang akan ditemukan untuk mengatasi perubahan iklim dan ancaman lain terhadap komodo dan habitatnya.
"Penelitian kami menunjukkan bahwa tanpa mengambil tindakan segera untuk mengurangi perubahan iklim maka akan makin banyak pula spesies seperti komodo yang berada diambang kepunahan," tambah Damien Fordham dari Universitas Adelaide.
Studi dipublikasikan dalam jurnal Ecology and Evolution.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.