Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melihat Perekonomian China, yang Disebut Berhasil Pulih dari Dampak Pandemi Covid-19

Kompas.com - 19/10/2020, 16:05 WIB
Vina Fadhrotul Mukaromah,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - China disebut menjadi negara dengan ekonomi besar pertama yang pulih dari dampak pandemi setelah berhasil mengendalikan kasus-kasus Covid-19 di wilayahnya.

Negara ini menunjukkan pemulihan kondisi ekonomi dapat terjadi setelah pandemi virus corona di wilayahnya dikendalikan. 

Melansir The Guardian, Senin (19/10/2020), berdasarkan data dari pemerintah, ekonomi China tumbuh sebesar 4,9 persen antara Juli dan September. 

Kondisi tersebut menunjukkan berbaliknya keadaan dengan drastis dari kuartal pertama tahun ini di mana ekonomi China mengalami penyusutan sebesar 6,8 persen.

Seperti diketahui, banyak negara, terutama dengan ekonomi besar, berusaha untuk cepat kembali bangkit setelah terdampak buruk oleh pandemi virus corona.

Namun, China menjadi negara pertama yang melaporkan pertumbuhan yang secara signifikan hingga melewati capaian di waktu yang sama tahun lalu. 

Posisi China diperkirakan akan tetap lebih unggul dibandingkan negara-negara lain dalam beberapa bulan ke depan.

Pasalnya, negara-negara dengan ekonomi besar seperti Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Eropa masih menghadapi gelombang kasus-kasus baru virus corona.

Baca juga: Sukses Tangani Covid-19, Pertumbuhan Ekonomi China Melonjak 4,9 Persen pada Kuartal III 2020

Kondisi ekonomi China

Pada Minggu (18/10/2020), Gubernur Bank Sentral China Yi Gang mengatakan, diprediksi akan terjadi pertumbuhan tahunan kurang lebih 2 persen.

"Ekonomi China tetap bertahan dengan pontesi besarnya. Pemulihan terus diantisipasi, yang akan bermanfaat bagi pemulihan global," kata dia.

China sendiri diperkirakan menjadi negara G20 satu-satunya yang mengalami pertumbuhan ekonomi tahun ini.

Menurut Dana Moneter Internasional (IMF), ekonomi global diperkirakan mengalami kontraksi sebesar 4,4 persen, penurunan paling tajam sejak Great Depression.

Sementara, data pada hari Senin (19/10/2020) menunjukkan bahwa produksi industri China di bulan September meningkat 6,9 persen dibanding waktu yang sama di tahun sebelumnya.

Selain itu, penjualan ritel naik 3,3 persen dan penjualan mobil juga meningkat 12,8 persen. 

Pengeluaran konsumen juga mengalami peningkatan kembali, ditunjukkan dengan bangkitnya aktivitas pariwisata selama hari libur umum satu minggu di bulan Oktober atau yang disebut Golden Week.

Melansir New York Times, Senin (19/10/2020), pemulihan ekonomi China ini juga bergantung pada investasi besar di jalan tol, kereta berkecepatan tinggi, dan infrastruktur lain.

Baca juga: Update Corona di Dunia 14 Oktober: China Akan Berikan Vaksin Covid-19 pada Para Siswa

Risiko

Petugas laboratorium memperlihatkan model virus Covid-19 di Quality Control Laboratory Sinovac Biotech, Beijing, China. Gambar diambil pada 29 April 2020.AFP/NICOLAS ASFOURI Petugas laboratorium memperlihatkan model virus Covid-19 di Quality Control Laboratory Sinovac Biotech, Beijing, China. Gambar diambil pada 29 April 2020.
Akan tetapi, pulihnya perekonomian China juga membawa sejumlah risiko, terutama dengan peningkatan utang secara keseluruhan tahun ini.

Jumlahnya setara dengan 15-25 persen dari keseluruhan output ekonomi. 

Sebagian besar utang tambahan adalah pinjaman dari pemerintah daerah dan badan usaha milik negara untuk membayar infrastruktur baru, atau hipotek yang diambil rumah tangga dan perusahaan untuk membayar apartemen atau gedung baru. 

Pemerintah pun memahami risiko akumulasi utang yang cepat ini. 

Akan tetapi, menekan kredit akan merusak aktivitas real estate, sektor yang mewakili hingga seperempat ekonomi China. 

Risiko lain pada pemulihan ekonomi China adalah ketergantungannya pada ekspor, yang masih mewakili lebih dari 17 persen ekonomi China.

Baca juga: Deteksi 12 Kasus Covid-19 Infeksi Lokal, China Tes 9 Juta Warga dalam 5 Hari

Strategi baru

Untuk mengantisipasi masalah-masalah ini, Pemerintah China tengah mengupayakan sebuah strategi baru yang disebut sebagai dual circulation economy

Konsep ini pertama kali diusulkan oleh Pemimpin China Xi Jinping pada Mei 2020, yang bertujuan untuk menurunkan ketergantungan negara pada pasar luar negeri dan teknologi, serta mendorong konsumsi domestik serta kemajuan teknologi.

"Kami tengah membentuk pola pengembangan baru dengan siklus ekonomi domestik yang menjadi pokoknya. Ekonomi kita berada di periode kritis dalam transformasi," kata dia.

Meski demikian, ada tantangan tersendiri yang harus dihadapi untuk menjalankan strategi tersebut.

"Kami telah melihat banyaknya saran untuk meningkatkan konsumsi, tetapi yang terpenting adalah memperkaya orang terlebih dahulu," kata Mantan Kepala Ekonom Biro Statistik Nasional yang kini menjadi peneliti kebijakan di kabinet, Yao Jingyuan seperti dikutip New York Times, Senin (19/10/2020).

Pengamat mengatakan, kekuatan pemulihan ekonomi China masih tidak pasti dengan adanya potensi kehilangan pekerjaan, ketidakmerataan pertumbuhan di negara, peningkatan utang perusahaan maupun rumah tangga, dan lainnya.

Baca juga: 1 Miliar Dosis Vaksin Corona Akan Diproduksi China Tahun 2021

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com