Pada saat itu, mereka mencari anak muda dengan penyakit Covid-19 yang parah untuk menyelidiki apakah pasien ini mungkin memiliki kelemahan mendasar dalam sistem kekebalan mereka yang membuat mereka sangat rentan terhadap virus.
Penelitian mereka dilakukan dengan memindai genom pasien, khususnya satu set gen yang terlibat dalam kekebalan interferon terhadap influenza.
Pada orang sehat, molekul interferon berperan sebagai sistem keamanan tubuh.
Baca juga: Malaysia Laporkan Lonjakan Kasus Covid-19, Dipicu oleh Pemilu Sabah
Mutasi genetik
Mereka mendeteksi virus dan bakteri yang menyerang dan membunyikan alarm, yang membawa pembela kekebalan lainnya ke tempat kejadian.
Tim Casanova sebelumnya telah menemukan mutasi genetik yang menghambat produksi dan fungsi interferon.
Orang dengan mutasi ini lebih rentan terhadap patogen tertentu, termasuk yang menyebabkan influenza.
Baca juga: Strain Virus Corona Disebut Mengalami Mutasi di Indonesia
Saat menemukan mutasi serupa pada pasien Covid-19, tim berpikir, dapat membantu dokter mengidentifikasi pasien yang berisiko mengembangkan bentuk penyakit yang parah. Itu juga bisa menunjukkan arah baru untuk pengobatan.
Kemudian pada Maret, tim Casanova merekrut 500 pasien dengan Covid-19 parah di seluruh dunia dalam penelitian mereka.
Pada Agustus, mereka memiliki lebih dari 1.500 orang dan sekarang mereka memiliki lebih dari 3.000.
Baca juga: Saat Anak Bosan Belajar di Rumah, Apa yang Harus Dilakukan Orangtua?
Saat para peneliti mulai menganalisis sampel pasien, mereka mulai mengungkap mutasi berbahaya pada orangtua dan muda.
Tim peneliti menemukan bahwa 23 dari 659 pasien yang diteliti membawa kesalahan pada gen yang terlibat dalam memproduksi interferon antivirus.
Menurut dugaan para peneliti, tanpa pelengkap penuh dari pembela antivirus ini, pasien Covid-19 tidak akan dapat menangkis virus. Pikiran itu memicu ide baru.
Baca juga: 130 Dokter Meninggal akibat Covid-19, Dokter Umum Paling Banyak
Kemungkinan pasien lain dengan Covid-19 parah juga kekurangan interferon, tetapi karena alasan yang berbeda.
Mungkin beberapa tubuh pasien merusak molekul ini sendiri. Seperti pada gangguan autoimun seperti diabetes tipe 1 dan rheumatoid arthritis, beberapa pasien mungkin membuat antibodi yang menargetkan tubuh.