Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BMKG: Tingkatkan Literasi, Jangan Mudah Kaget Setiap Ada Informasi Potensi Bencana

Kompas.com - 27/09/2020, 15:55 WIB
Retia Kartika Dewi,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dalam beberapa hari terakhir, informasi tentang potensi gempa berkekuatan besar dan tsunami dengan ketinggian gelombang mencapai 20 meter ramai diperbincangkan.

Informasi ini muncul setelah tim peneliti Institut Teknologi Bandung merilis hasil studinya.

Hal ini sebenarnya bukan sesuatu yang baru. Potensi bencana sehingga perlu meningkatkan kewaspadaan sudah kerap disampaikan.

Kekhawatiran publik juga turut dituangkan di media sosial. 

"Barusan denger di berita, kalo selatan pulau Jawa bakal ada tsunami? Malah katanya sampe 20m lg, yaallah serem," tulis akun Twitter @vantaenoona dalam twitnya.

"Jawa katanya diprediksi akan terjadi tsunami enggak sih?? Jatim sama Jabar...... Tsunaminya setinggi 20 meter.... Aku tinggal di Jatim," demikian @nana_lea07 menuliskan.

Tingkatkan literasi, jangan mudah panik

Menanggapi respons publik, Kepala Bidang Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Daryono, mengatakan, kepanikan, kecemasan, dan kesalahpahaman dalam informasi ini harus diakhiri.

Ia mengimbau masyarakat agar terus meningkatkan literasi ketika merespons sebuah informasi, termasuk soal potensi bencana.  

"Kami berharap masyarakat terus meningkatkan literasi, selanjutnya tidak mudah 'kagetan' setiap ada informasi potensi bencana," kata Daryono, dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Minggu (27/9/2020).

Baca juga: Ramai soal Gempa Megathrust, Jangan Panik, Ini yang Perlu Kita Pahami

Selain itu, Daryono mengimbau kepada masyarakat agar tidak mudah terpancing dengan judul berita yang bombastis dalam memberitakan potensi bencana.

Dengan banyaknya informasi dan mudah diakses, kata dia, maka pembaca harus selektif dan jeli dalam memilih dan memilah informasi. 

"Mari bersama kita akhiri kepanikan ini dan kini saatnya bersama-sama menata mitigasi," ujar Daryono.

Pahami dan maknai dengan tepat

Daryono menjelaskan, zona megathrust sebenarnya istilah untuk menyebutkan sumber gempa tumbukan lempeng di kedalaman dangkal.

Dalam hal ini, lempeng samudera yang menghunjam ke bawah lempeng benua membentuk medan tegangan (stress) pada bidang kontak antar lempeng yang kemudian dapat bergeser secara tiba-tiba memicu gempa.

Menurut dia, informasi mengenai gempa megathrust masih sering dimaknai dengan kurang tepat.

"Masih banyak yang belum tepat dalam memahaminya. Gempa megathrust dipahami sebagai sesuatu yang baru dan segera akan terjadi dalam waktu dekat, berkekuatan sangat besar, dan menimbulkan kerusakan dan tsunami dahsyat. Pemahaman seperti ini tentu saja kurang tepat," ujar Daryono.

Oleh karena itu, ia kembali mengimbau masyarakat untuk tidak cemas dan panik berlebihan merespons informasi potensi gempa megathrust.

Baca juga: Kajian Tsunami Megathrust Sukabumi, Ahli Sebut Perlu Mitigasi Dini

Pembuatan model potensi bencana

Mengenai potensi gempa tersebut, ia mengugkapkan, para ahli menciptakan model potensi bencana dengan tujuan sebagai acuan upaya mitigasi.

Tetapi, sebagian masyarakat memahaminya kurang tepat, seolah bencana akan terjadi dalam waktu dekat.

"Ini masalah sains komunikasi yang masih terus saja terjadi, karena hingga saat ini masih ada gap atau jurang pemisah antara kalangan para ahli dengan konsep ilmiahnya dan masyarakat yang memiliki latar belakang dan tingkat pengetahuan yang sangat beragam," ujar Daryono.

Menurut dia, hal semacam ini masih akan terus berulang, dan harus diperbaiki serta diakhiri.

Namun, ia mengakui, kepanikan masyarakat terjadi karena informasi potensi gempa megathrust sudah sering terjadi, dan terus berulang sejak pasca peristiwa tsunami Aceh 2004.

Kegaduhan dan kerisauan akibat potensi gempa megathrust dan tsunami selalu muncul ketika para ahli mengemukakan pandangan mengenai potensi gempa dan tsunami.

Baca juga: Penjelasan soal Potensi Gempa Megathrust dan Perlunya Mengakhiri Kepanikan... 

USGS (DIOLAH), LAKSONO HARI W Gempa di Indonesia pada 1968-September 2018

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Pj Gubernur Jabar Perketat Pelaksanaan Study Tour, Simak Aturannya

Pj Gubernur Jabar Perketat Pelaksanaan Study Tour, Simak Aturannya

Tren
Kasus Perempuan yang Meninggal usai Cabut Gigi Berlanjut, Suami Akan Laporkan Klinik ke Polisi

Kasus Perempuan yang Meninggal usai Cabut Gigi Berlanjut, Suami Akan Laporkan Klinik ke Polisi

Tren
Daftar 19 Operasi yang Ditanggung BPJS Kesehatan 2024

Daftar 19 Operasi yang Ditanggung BPJS Kesehatan 2024

Tren
Jasa Raharja Beri Santunan untuk Korban Kecelakaan Maut di Subang, Ini Besarannya

Jasa Raharja Beri Santunan untuk Korban Kecelakaan Maut di Subang, Ini Besarannya

Tren
Media Asing Soroti Penampilan Perdana Timnas Sepak Bola Putri Indonesia di Piala Asia U17 2024

Media Asing Soroti Penampilan Perdana Timnas Sepak Bola Putri Indonesia di Piala Asia U17 2024

Tren
Seorang Bocah Berusia 7 Tahun Meninggal Setelah Keracunan Mi Instan di India

Seorang Bocah Berusia 7 Tahun Meninggal Setelah Keracunan Mi Instan di India

Tren
Apa Itu KRIS? Pengganti Kelas BPJS Kesehatan per 30 Juni 2025

Apa Itu KRIS? Pengganti Kelas BPJS Kesehatan per 30 Juni 2025

Tren
Kata Media Asing soal Kecelakaan di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Kata Media Asing soal Kecelakaan di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Tren
Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Tren
Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Tren
DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

Tren
Duduk Perkara Komika Gerallio Dilaporkan Polisi atas Konten yang Diduga Lecehkan Bahasa Isyarat

Duduk Perkara Komika Gerallio Dilaporkan Polisi atas Konten yang Diduga Lecehkan Bahasa Isyarat

Tren
Arab Saudi Bangun Kolam Renang Terpanjang di Dunia, Digantung 36 Meter di Atas Laut

Arab Saudi Bangun Kolam Renang Terpanjang di Dunia, Digantung 36 Meter di Atas Laut

Tren
Penjelasan Pertamina soal Pegawai SPBU Diduga Intip Toilet Wanita

Penjelasan Pertamina soal Pegawai SPBU Diduga Intip Toilet Wanita

Tren
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus Diganti KRIS Maksimal 30 Juni 2025, Berapa Iurannya?

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus Diganti KRIS Maksimal 30 Juni 2025, Berapa Iurannya?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com