Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Cara Sukses Vietnam Melandaikan Kurva Gelombang Kedua Virus Corona

Kompas.com - 27/09/2020, 15:30 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

Sumber ABC News

KOMPAS.com - Vietnam disebut-sebut menjadi salah satu negara yang berhasil mengendalikan penularan virus corona. Bahkan untuk kedua kalinya.

Lebih dulu dibandingkankan Indonesia, Vietnam melaporkan kasus pertama virus corona di awal bulan Januari. Namun Vietnam baru melaporkan korban pertama yang meninggal karena Covid-19 di akhir Juli. 

Gelombang pertama Covid-19 di Vietnam berakhir di pertengahan April dan kasus infeksi terus melandai sampai muncul gelombang kedua di pekan ketiga Juli. 

Namun mereka kembali dapat mengendalikannya di akhir Agustus. 

 

Saat ini dilaporkan lebih dari dua pekan Vietnam tidak mencatatkan penambahan kasus baru Covid-19 melalui transmisi komunitas.

Bahkan, kota Da Nang di Vietnam, yang sempat melaporkan lebih dari 550 kasus pada akhir Juli lalu, kini telah melonggarkan hampir semua pembatasan yang diberlakukan pada aktivitas masyarakat.

Baca juga: Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi, RI Diminta Tiru Vietnam

Dilasir dari ABC News, hingga hari ini, negara berpopulasi 95 juta jiwa itu hanya mencatat total kasus positif Covid-19 sebanyak 1.068 kasus, atau hampir sama dengan negara bagian Queensland, Australia.

Di sisi lain, negara Asia Tenggara itu melaporkan, hanya 35 orang yang meninggal dunia akibat Covid-19, lebih rendah dari angka kematian di negara bagian New South Wales, Australia.

Grafik kasus harian infeksi virus corona di Vietnam. Mereka sukses mengendalikan serangan gelombang keduascreenshoot Grafik kasus harian infeksi virus corona di Vietnam. Mereka sukses mengendalikan serangan gelombang kedua

Bagaimana Vietnam bisa melakukannya?

Sejak awal pandemi, Pemerintah Vietnam bergerak cepat dan tegas untuk menghadapi ancaman virus corona, SARS-CoV-2.

Setelah kasus pertama terdeteksi pada Januari lalu, penerbangan dari dan ke Wuhan dihentikan. Pada akhir Maret, Vietnam hampir menutup total semua perbatasan negara.

Langkah tersebut diikuti dengan tes masif, pelacakan kontak agresif, dan sosialisasi kesehatan masyarakat secara luas.

Pada pertengahan Maret, masker wajib dikenakan oleh semua orang yang berada di tempat umum. Tidak seperti di belahan dunia lain, hanya ada sedikit penolakan terhadap kewajiban memakai masker.

"Vietnam sangat terbiasa dengan penyakit menular ... telah banyak wabah penyakit menular selama 20 tahun terakhir," kata Guy Thwaites, direktur Unit Penelitian Klinis Universitas Oxford yang berbasis di Kota Ho Chi Minh, kepada ABC.

Baca juga: Vietnam Dianggap Berhasil Tangani Gelombang Kedua Covid-19, Apa yang Bisa Dipelajari?

Pemerintah Vietnam juga memberlakukan lockdown ketat pada 1-22 April lalu.

"Setiap warga adalah seorang tentara, setiap rumah, dusun, daerah pemukiman adalah benteng dalam memerangi pandemi," kata Perdana Menteri Nguyen Xuan Phuc.

Ratusan ribu orang, bahkan mereka yang masih diduga posisitf Covid-19, diperintahkan menjalani karantina di rumah sakit, fasilitas negara, dan di rumah.

Menurut jajak pendapat yang dilakukan oleh lembaga survei asal Inggris YouGov, sebanyak 97 persen warga Vietnam dilaporkan menyetujui langkah Pemerintah mereka dalam menangani pandemi Covid-19.

Klaster Da Nang

Vietnam melaporkan kematian pertama akibat Covid-19 pada 31 Juli lalu. Korban adalah seorang pria berusia 70 tahun di kota Da Nang.

Kematian itu hanya selang enam hari, sejak kota itu melaporkan adanya klaster penularan baru di rumah sakit setempat.

Sementara itu, kasus-kasus terus bertambah hingga melewati angka 550, sekitar separuh dari total kasus yang dilaporkan Vietnam sejak masa awal pandemi.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sekitar 98 persen kasus memiliki kaitan dengan rumah sakit besar di kota Da Nang, atau terlacak memiliki riwayat perjalanan ke kota itu.

Pemerintah kemudian memberlakukan penguncian wilayah di Da Nang, dengan pembatasan ketat untuk akses keluar dan masuk kota.

"Pemerintah melakukan semua yang pernah mereka lakukan, namun kini mereka melakukannya dalam skala lebih luas dan lebih cepat," kata Thwaites.

Baca juga: Alfred Riedl dan Cinta Warga Vietnam: 80 Orang Antre Sumbangkan Ginjal

Perbanyak testing

Serupa dengan tes skala besar di Wuhan, metode pool testing juga digunakan di Da Nang. Melalui metode itu, sampel dari lima sampai enam orang bisa diperiksa bersamaan.

Kemudian, jika muncul hasil positif, semua sampel akan dites kembali secara individual.

"Satu rumah tangga menjadi satu sampel. Dengan cara itu mereka dapat menguji setara dengan sekitar 100.000 orang melalui sekitar 20.000 tes. Ini memungkinkan mereka untuk menghemat banyak waktu dan uang," kata Thwaites.

Berkat langkah sigap dan tepat, penerbangan ke kota itu bisa dibuka kembali pada awal September. Selang beberapa hari kemudian, orang-orang sudah bisa berlibur di pantai, setelah aturan penutupan pantai dicabut.

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Pencegahan Penularan Virus Corona

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Manfaat Daun Gatal Papua, Diklaim Ampuh Atasi Pegal dan Lelah

Manfaat Daun Gatal Papua, Diklaim Ampuh Atasi Pegal dan Lelah

Tren
Prakiraan Cuaca BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, Petir, dan Kilat 26-27 April 2024

Prakiraan Cuaca BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, Petir, dan Kilat 26-27 April 2024

Tren
[POPULER TREN] Jalan Kaki untuk Menurunkan Berat Badan | Kenaikan UKT Unsoed

[POPULER TREN] Jalan Kaki untuk Menurunkan Berat Badan | Kenaikan UKT Unsoed

Tren
Profil Shaun Evans, Wasit Indonesia vs Korsel Piala Asia U23 2024

Profil Shaun Evans, Wasit Indonesia vs Korsel Piala Asia U23 2024

Tren
Kenya Diterjang Banjir Bandang, KBRI Pastikan Kondisi WNI Aman

Kenya Diterjang Banjir Bandang, KBRI Pastikan Kondisi WNI Aman

Tren
Jadwal Festival Lampion Waisak Borobudur 2024, Tukar Tiket Mulai Mei

Jadwal Festival Lampion Waisak Borobudur 2024, Tukar Tiket Mulai Mei

Tren
Penelitian Menemukan Bagaimana Kucing Menghasilkan Suara Dengkuran Uniknya

Penelitian Menemukan Bagaimana Kucing Menghasilkan Suara Dengkuran Uniknya

Tren
Daftar Pelatih Timnas Indonesia dari Masa ke Masa, Shin Tae-yong Paling Lama

Daftar Pelatih Timnas Indonesia dari Masa ke Masa, Shin Tae-yong Paling Lama

Tren
Belum Terjual, Mobil Mario Dandy Dilelang mulai Rp 809 Juta, Simak Cara Belinya

Belum Terjual, Mobil Mario Dandy Dilelang mulai Rp 809 Juta, Simak Cara Belinya

Tren
Indonesia Vs Korea Selatan di Piala Asia U23, Shin Tae-yong dan Pratama Arhan Akan Hadapi Rekannya

Indonesia Vs Korea Selatan di Piala Asia U23, Shin Tae-yong dan Pratama Arhan Akan Hadapi Rekannya

Tren
Jadwal dan Live Streaming Indonesia Vs Korea Selatan di Piala Asia U23, Kick Off 00.30 WIB

Jadwal dan Live Streaming Indonesia Vs Korea Selatan di Piala Asia U23, Kick Off 00.30 WIB

Tren
Kronologi Perampok Sebar Uang Curian Rp 250 Juta untuk Mengecoh Kejaran Warga di Jambi

Kronologi Perampok Sebar Uang Curian Rp 250 Juta untuk Mengecoh Kejaran Warga di Jambi

Tren
20 Negara Penduduk Terbanyak di Dunia 2024, Indonesia Nomor Berapa?

20 Negara Penduduk Terbanyak di Dunia 2024, Indonesia Nomor Berapa?

Tren
Ilmuwan Akhirnya Tahu Apa Isi Bulan, Disebut Mirip dengan Bumi

Ilmuwan Akhirnya Tahu Apa Isi Bulan, Disebut Mirip dengan Bumi

Tren
14 Kepala Daerah Penerima Satyalancana dari Jokowi, Ada Bobby tapi Gibran Batal Hadir

14 Kepala Daerah Penerima Satyalancana dari Jokowi, Ada Bobby tapi Gibran Batal Hadir

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com