Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Negara-negara Didesak Lebih Kuat Hentikan Informasi Berbahaya

Kompas.com - 25/09/2020, 07:15 WIB
Gloria Natalia Dolorosa

Penulis

KOMPAS.com - Negara-negara diminta mendukung penyebaran informasi yang akurat dan memerangi penyebaran misinformasi dan disinformasi.

Informasi yang akurat ini dalam arti informasi berdasarkan ilmu pengetahuan dan bukti.

Hal ini dibahas dalam webinar di sela-sela sidang umum PBB ke-75. Di dalamnya duduk WHO, PBB, UNICEF, UNAIDS, UNDP, UNESCO, International Telecommunication (ITU), inisiatif UN Global Pulse, dan IFRC. Terlibat juga pemerintah Indonesia, Thailand, dan Uruguay.

Media dan media sosial, peneliti, ahli teknologi, pemimpin masyarakat sipil, dan influencer diminta untuk berkolaborasi dengan sistem PBB dan negara anggota PBB dalam menyebarkan informasi akurat serta mencegah penyebaran misinformasi dan disinformasi.

WHO dan mitranya juga mendesak negara-negara untuk terlibat dan mendengarkan komunitas mereka saat negara itu mengembangkan rencana aksi nasional. Negara juga diminta memberdayakan komunitas untuk membangun kepercayaan dan ketahanan terhadap informasi palsu.

Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, mengatakan segera setelah virus menyebar di dunia, pesan yang tidak akurat dan bahkan berbahaya menyebar liar di media sosial, membuat orang bingung, tersesat, dan keliru.

"Inisiatif kami yang disebut terverifikasi adalah memerangi informasi yang salah dengan kebenaran," kata Guterres dalam siaran pers yang diterbitkan WHO, Rabu (23/9/2020).

Menurutnya, inisiatif tersebut bekerja dengan mitra media, individu, influencer, dan platform media sosial untuk menyebarkan konten yang mempromosikan sains, menawarkan solusi, dan menginsipirasi solidaritas.

"Ini menjadi sangat penting karena kami berupaya membangun kepercayaan publik terhadap keamanan dan kemanjuran vaksin Covid-19 di masa mendatang. Kami membutuhkan 'vaksin rakyat' yang terjangkau dan tersedia untuk semua," ujar Guterres.

Director-General WHO, Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan misinformasi dan disinformasi membahayakan kesehatan dan nyawa serta merusak kepercayaan pada sains, dalam institusi dan dalam sistem kesehatan.

“Untuk melawan pandemi, kami butuh kepercayaan dan solidaritas. Ketika ada ketidakpercayaan, solidaritas jauh berkurang. Informasi palsu menghalangi respons terhadap pandemi. Jadi, kita harus bekerja sama untuk melawannya dan mempromosikan saran kesehatan publik berbasiskan sains," katanya.

Memerangi Infodemik

Seruan WHO ini dilatarbelakangi adanya kebutuhan mendesak dalam mengelola infodemik di saat pandemi Covid-19. Pandemi ini menciptakan ketidakpastian dan kecemasan.

Covid-19 adalah pandemi pertama dalam sejarah ketika teknologi dan media sosial digunakan dalam skala besar untuk membuat orang tetap aman, terinformasi, produktif dan terhubung.

Namun, di saat yang sama, infodemik timbul dan merusak respons global serta membahayakan langkah-langkah pengendalian pandemi.

Infodemik adalah informasi yang melimpah, baik online maupun offline.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Ramai soal ASI Bubuk, Amankah Dikonsumsi Bayi?

Ramai soal ASI Bubuk, Amankah Dikonsumsi Bayi?

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang 10-11 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang 10-11 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Pertandingan Indonesia Vs Guinea | Wacana Pembongkaran Separator Ring Road Yogyakarta

[POPULER TREN] Pertandingan Indonesia Vs Guinea | Wacana Pembongkaran Separator Ring Road Yogyakarta

Tren
Situs Panganku.org Beralih Fungsi Jadi Judi Online, Kemenkes dan Kemenkominfo Buka Suara

Situs Panganku.org Beralih Fungsi Jadi Judi Online, Kemenkes dan Kemenkominfo Buka Suara

Tren
Kapan Pengumuman Hasil Tes Online 1 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Kapan Pengumuman Hasil Tes Online 1 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Tren
Ramai soal Surat Edaran Berisi Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik, Ini Kata DLH

Ramai soal Surat Edaran Berisi Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik, Ini Kata DLH

Tren
Saat Penyambut Tamu Acara Met Gala Dipecat karena Lebih Menonjol dari Kylie Jenner...

Saat Penyambut Tamu Acara Met Gala Dipecat karena Lebih Menonjol dari Kylie Jenner...

Tren
Kronologi dan Motif Ibu Racuni Anak Tiri di Rokan Hilir, Riau

Kronologi dan Motif Ibu Racuni Anak Tiri di Rokan Hilir, Riau

Tren
Rumah Sakit di Rafah Kehabisan Bahan Bakar, WHO: Penutupan Perbatasan Halangi Bantuan

Rumah Sakit di Rafah Kehabisan Bahan Bakar, WHO: Penutupan Perbatasan Halangi Bantuan

Tren
Cerita Rombongan Siswa SD 'Study Tour' Pakai Pesawat Garuda, Hasil Nabung 5 Tahun

Cerita Rombongan Siswa SD "Study Tour" Pakai Pesawat Garuda, Hasil Nabung 5 Tahun

Tren
Viral, Video Kucing Menggonggong Disebut karena 'Salah Asuhan', Ini Kata Ahli

Viral, Video Kucing Menggonggong Disebut karena "Salah Asuhan", Ini Kata Ahli

Tren
Seekor Kuda Terjebak di Atap Rumah Saat Banjir Melanda Brasil

Seekor Kuda Terjebak di Atap Rumah Saat Banjir Melanda Brasil

Tren
Link Live Streaming Indonesia vs Guinea U23 Kick Off Pukul 20.00 WIB

Link Live Streaming Indonesia vs Guinea U23 Kick Off Pukul 20.00 WIB

Tren
Prediksi Susunan Pemain Indonesia dan Guinea di Babak Play-off Olimpiade Paris

Prediksi Susunan Pemain Indonesia dan Guinea di Babak Play-off Olimpiade Paris

Tren
Alasan Semua Kereta Harus Berhenti di Stasiun Cipeundeuy, Bukan untuk Menaikturunkan Penumpang

Alasan Semua Kereta Harus Berhenti di Stasiun Cipeundeuy, Bukan untuk Menaikturunkan Penumpang

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com