Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkaca dari Munculnya Klaster-klaster Keluarga, Apa Sebab dan Bagaimana Cara Mencegahnya?

Kompas.com - 06/09/2020, 16:05 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

Langkah pencegahan

Dicky mengatakan, untuk mencegah penularan klaster keluarga semakin meluas, pemerintah daerah juga pemerintah pusat, menurutnya harus menuntaskan tracing, dan diikuti dengan isolasi.

"Bila ini tidak tuntas, maka kita tidak bisa lagi mencegah penularan yang lebih besar. Untuk mencegah terjadinya klaster keluarga, tidak ada cara lain selain memperkuat testing di masyarakat," kata Dicky.

Dicky menilai, tidak ada cara lain untuk mencegah meluasnya klaster keluarga, selain memperkuat testing dan menuntaskan tracing.

"Hanya saja, kalau tidak terkendali juga, misalnya setelah melakukan testing. Berarti ada yang salah dengan program testing-nya, maka perlu dilakukan evaluasi," ujar Dicky.

Baca juga: Libur Panjang dan Cara Meminimalkan Risiko Penularan Covid-19...

Dicky menilai, secara umum, Indonesia belum menjalankan strategi testing sesuai dengan standar yang telah ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

"Satu tes per 1.000 orang per minggu, itu mayoritas wilayah di Indonesia masih jauh dari standar itu. Jadi, wajar bila kemudian terjadi klaster keluarga," kata Dicky.

Pembatasan sosial bersakala mikro

Petugas Satpol PP mendata warga yang melanggar aturan protokol kesehatan COVID-19 selama masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi di kawasan Juanda, Jakarta, Jumat (21/8/2020). ANTARA FOTO/ADITYA PRADANA PUTRA Petugas Satpol PP mendata warga yang melanggar aturan protokol kesehatan COVID-19 selama masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi di kawasan Juanda, Jakarta, Jumat (21/8/2020).

Sementara itu, seperti diberitakan Kompas.com (28/8/2020) kasus positif Covid-19 di Kota Bogor selama dua pekan (14-27 Agustus) menunjukkan lonjakan yang cukup tajam.

Hal tersebut diketahui dari mitigasi infeksi dan tracing Pemkot Bogor.

“Kami menyimpulkan bahwa tes usap (swab) masif dan tracing yang kita gencar lakukan itu menyebabkan lonjakan positif," kata Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto.

Baca juga: Selain Dwayne Johnson, Siapa Saja Atlet Dunia yang Terinfeksi Covid-19?

"Dari data swab seluruh kasus positif, 49 persen itu berasal dari penelusuran atau tracing orang yang positif. Kemudian orang yang memiliki gejala yang ingin di swab 24 persen. Swab masif di tempat umum, tempat bekerja, kantor, pasar dan lain-lain 18 persen, dan 7 persen hasil screening warga dari luar kota," sambungnya.

Pemkot Bogor memutuskan untuk memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Mikro (PSBM) dan Komunitas selama dua minggu, mulai Sabtu (29/8/2020) hingga Jumat (11/9/2020).

Keputusan itu diambil setelah Kota Bogor ditetapkan sebagai zona merah atau risiko tinggi penyebaran virus SARS-Cov-2 atau virus corona tipe dua oleh Satuan Tugas Penanganan Covid-19.

Baca juga: Ramai Tagar Indonesia Terserah, Apakah Tenaga Medis Menyerah?

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Pandemi Covid-19. Arti Zona Merah, Oranye, Kuning, dan Hijau

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com