Penyakit-penyakit itu, di antaranya, jantung, hipertensi, diabetes, asma, kolesterol tinggi, asam urat tinggi, dan penyakit berat lainnya.
Tonang mengatakan, penyakit-penyakit tersebut adalah penyakit jangka panjang yang tidak serta merta sembuh setelah diobati.
"Penyakit seperti itu kan jangka panjang, bukan seperti saat sakit gigi, sekali diobati kan selesai. Kalau penyakit jantung, asma, gula, dan lainnya tadi kan pengobatannya terus," papar dia.
"Itu yang disebut komorbid. Orang seperti itu, bila terinfeksi Covid-19, maka lebih berisiko mengalami pemburukan daripada yang tidak ada komorbidnya," kata Tonang, yang juga Juru Bicara Satgas Covid-19 RS UNS.
Saat ditanya soal seseorang yang semula tidak mengalami penyakit atau gejala apa pun lalu tiba-tiba memburuk, Tonang tidak bisa menjawab secara pasti apa penyebabnya.
Kondisi ini terjadi pada sejumlah pasien, seperti happy hypoxia. Pasien yang terlihat baik-baik saja tiba-tiba kondisinya memburuk dan mengalami sesak napas.
Hal itu dimungkinkan karena banyak faktor yang perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.
Baca juga: Kematian Covid-19 Tak Hanya karena Komorbid, Otopsi Tunjukkan Kerusakan Paru
Belum ada obat untuk Covid-19. Lalu, apa yang membuat pasien bisa sembuh dari Covid-19?
Tonang mengatakan, imunitas tubuh menjadi faktor penting untuk melawan keberadaan virus yang masuk ke sel tubuh.
Imunitas berperan dalam hal ketika virus belum mati dan menahan agar virus tersebut tidak mampu "berbuat banyak".
"Nah, virus itu sebetulnya punya jangka waktu tertentu untuk bertahan sebelum dia mati," ujar Tonang.
Untuk virus corona, lanjut Tonang, memiliki masa hidup selama 14 hari dan akan memuncak pada hari kelima.
Hal inilah yang membuat beberapa orang mengalami penyembuhan yang cepat setelah positif Covid-19.
Mereka yang sembuh dari paparan virus corona karena masa hidup virus di dalam tubuh telah berakhir.
"Kalau ada yang ketahuan terkena virus lalu kok negatif nya cepat, itu sebetulnya ketahuannya sudah terlambat atau virusnya sudah mau bersih," jelas dia.