Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

100 Dokter Meninggal akibat Corona, Epidemiolog Nilai Kerugian Besar Bagi Indonesia

Kompas.com - 31/08/2020, 15:03 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Jihad Akbar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Situasi pandemi Covid-19 di Indonesia terus memburuk. Jumlah kasus konfirmasi positif terus bertambah banyak, meski tes yang dilakukan terhitung rendah.

Di sisi lain, korban meninggal dunia juga mengalami peningkatan.

Namun, tidak hanya masyarakat umum, perjuangan melawan virus corona juga membuat dokter berguguran.

Humas Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI), dr Halik Malik, mengonfirmasi saat ini 100 dokter meninggal karena terpapar virus corona dalam usaha penanganan pandemi.

"Betul, Ketua Umum IDI juga sudah memberikan ucapan khusus untuk 100 sejawat yang gugur," kata Halik saat dihubungi Kompas.com, Senin (31/8/2020).

Halik mengungkapkan, terkait meninggalnya para dokter karena paparan Covid-19, Satgas Covid-19 PB IDI telah membentuk tim khusus.

Tim tersebut bertugas untuk mengaudit dan menginvestigasi persoalan dokter yang terpapar virus corona dan dokter yang meninggal dunia karena Covid-19.

Baca juga: IDI Berduka, 100 Dokter Meninggal akibat Corona

Kerugian besar bagi Indonesia

Menanggapi persoalan tersebut, epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan terus bertambahnya dokter yang meninggal dunia akibat Covid-19 adalah kerugian besar bagi Indonesia.

Dia mengungkapkan, berdasarkan data Bank Dunia, jumlah dokter di Indonesia terendah kedua di Asia Tenggara, yaitu sebesar 0,4 dokter per 1.000 penduduk.

"Artinya, Indonesia hanya memiliki 4 dokter yang melayani 10.000 penduduknya. Sehingga, kehilangan 100 dokter sama dengan 250.000 penduduk tidak punya dokter," kata Dicky saat dihubungi Kompas.com, Senin (31/8/2020).

Baca juga: 100 Dokter Meninggal Selama 6 Bulan Pandemi Covid-19, Ini Nama-namanya

Selain itu, kehilangan ini juga merugikan Indonesia dalam hal investasi sumber daya manusia (SDM) di bidang kesehatan.

"Padahal kita sedang berperang maraton melawan Covid-19. Kehilangan tenaga medis adalah salah satu sinyal serius, yakni betapa masih lemahnya kita dalam program pengendalian pandemi," ungkap Dicky.

Penanganan pandemi belum optimal

Dicky mengatakan, intervensi testing, tracing, dan isolate yang rendah menyebabkan penyebaran Covid-19 tidak terkendali dan berakibat pada tingginya klaster rumah sakit.

Hal tersebut bisa dilihat pada wilayah-wilayah yang memiliki cakupan testing rendah, namun positive rate-nya tinggi, seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Sumatera Utara.

"Itu berimplikasi pada banyak hal, salah satunya adalah membuat tenaga kesehatan menjadi semakin rawan. Karena klaster terbesar dalam pandemi Covid-19 ini adalah rumah sakit, atau layanan kesehatan

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com