Sabtu, 8 Agustus 2020 penulis diminta oleh sebuah organisasi komunitas Aparat Sipil Negara (ASN) bernama ASNation menjadi narasumber dengan tema “Menulis di Media Bagi ASN”.
Pikir penulis tentu ada banyak sekali praktisi yang bisa diundang, namun takdir tidak bisa mengelak. Karena pada dasarnya semua niat baik harus disambut dengan antusias.
Sejak awal disodori tema tersebut penulis memandang ASN adalah salah satu agen perubah (agen of change) kunci dalam mendorong tumbuhnya literasi yang memadai di masyarakat. Bukan tanpa sebab, karena di sanalah sejumlah data, informasi hingga kebijakan dirumuskan dan dilaksanakan.
Tentu akan sangat baik jika seluruh ‘embarkasi pesan’ tersebut ditulis para ASN sebagai bagian dari cara mengisi ruang publik dengan konten yang positif dan terpercaya. Mengingat kita selama ini sangat kepayahan dalam meng-counter sejumlah disinformasi, misinformasi, dan kabar sesat (hoaks).
Atas dasar itu maka sejak awal penulis berikhtiar melakukan korespondensi dengan media, tempat selama ini sering mendaratkan gagasan.
Syahdan, mereka menyambut dengan sangat baik dan mendorong kolaborasi yang lebih optimal. Termasuk kompas.com yang selama ini sudah sangat banyak memberikan ruang bagi banyak pihak dengan latar belakang yang beragam.
Sejatinya rontok stigma yang berkembang di awam bahwa menulis terkait adalah persoalan genetik semata, bakat terpendam dan takdir keprofesian. Buktinya semua orang bisa dan mampu asal mau, termasuk rekan-rekan ASN.
Dalam Artikel berjudul Why Government Workers Are Harder to Motivate, Robert Lavigna mengawali tulisan dengan lead yang berbentuk komparasi. Bukan rahasia lagi bahwa mengelola di sektor publik berbeda dengan mengelola di dunia bisnis.
Seringkali lingkungan di mana para pemegang jabatan manajerial di pemerintahan dalam kerja rutinias operasional dianggap sering mempersulit keberhasilan. Pada akhirnya menimbulkan kritik publik terhadap kerja pemerintah dan aparatur sipil negara (ASN) yang dianggap birokratis dan rumit.
Tentu saja gambaran ini secara faktual melukai moral dan kerja para birokrat. Kasus stereotipe seperti ini sejatinya terjadi dibanyak profesi, tidak sekedar ASN.
Dengan menulis para ASN telah menjelaskan sejumlah persoalan secara proporsional dan berbasis indikator yang jelas (Writing to gain attention or notoriety), hingga akan mencuri perhatian (caper) dan sudah pasti akan menghilangkan bawa perasaan (baper).
Salah satu pendekatan untuk mengurangi situasi ini adalah dengan menunjukkan kepada pegawai publik (public servant) atau ASN bahwa lembaga mereka bekerja untuk mendidik publik tentang apa dilakukan dan bagaimana hal itu pada akhirnya memengaruhi kesejahteraan publik.
Di antarnya dapat dilakukan melalui siaran pers, forum publik, situs web, media sosial, dan bahkan sosialisasi ke sekolah.
Para pemegang kebijakan juga dapat membuat ASN sadar tentang seberapa besar kekuatan yang mereka miliki untuk mengubah opini publik.
Para ASN sesungguhnya bisa sangat berperan dalam mempengaruhi opini publik, di antaranya dengan menulis di media (writing to provoke change). Menulis tentang apa yang terjadi pada diri mereka (self), di sekitar mereka (others), dan tentang pekerjaan mereka sehari-hari serta beragam tantangan yang dihadapi.