Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai soal Baju Hijau Dilarang Pergi ke Laut Selatan, Simak Alasan Logisnya...

Kompas.com - 17/08/2020, 09:30 WIB
Nur Rohmi Aida,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

“Sepertinya memang cukup masuk akal apabila menghindari penggunaan baju berwarna biru, selama efek warna dari cahaya yang dipantulkan area laut tersebut biru. Tentu jika pada area laut tersebut sedimen/organisme-nya memberi efek warna lain, tidak mengapa menggunakan baju warna biru,” ujar dia.

Ia menyebut, warna biru itupun juga cenderung spesifik, sehingga jika pakaian berwarna biru akan tetapi memiliki kontras yang cukup visibel dengan warna laut hal itu tidak masalah karena menurutnya mata manusia dianugerahi kemampuan yang relatif sangat baik dalam mengenali kontras warna.

Baca juga: Mengintip Makna dan Fungsi Lampu Warna-warni di Runway Bandara...

Kontras warna

Kemudian terkait imbauan untuk tidak mengenakan pakaian berwarna hijau menurutnya juga masuk akal apabila area laut terkait cenderung berwarna hijau.

“Cukup masuk akal, kalau area laut terkait berwarna hijau tentunya,” katanya lagi.

Menurutnya, warna hijau laut biasa terjadi karena adanya ganggang yang mengandung klorofil yang hidup di permukaan dan bagian dalam laut yang dekat dengan permukaan.

Klorofil memiliki kemampuan unik untuk menyerap hampir semua warna biru dan merah, sehingga yang dominan dipersepsikan mata manusia utamanya adalah hijau dengan distribusi spektrum pantulan hijau yang relatif sempit rentangnya

Baca juga: Sejak Kapan Nelayan Asing Marak Curi Ikan di Laut Indonesia?

Ia menambahkan, ganggang yang mengandung klorofil memantulkan warna hijau hanya saat musim tertentu (musim semi atau panas).

Saat musim lain efek warna yang dipantulkan juga bisa berbeda.

“Intinya, selama kontras warna baju dengan warna area laut terkait cukup berbeda, maka saya pikir tidak masalah,” imbuh Husin.

Sementara itu, mengutip dari Antara (13/6/2019), peneliti Madya Bidang Oseanografi Terapan Pusat Riset Kelautan Kementerian Kelautan dan Perikanan Widodo Pranowo menyampaikan, alasan logis tidak boleh memakai baju berwarna hijau saat wisata di pantai adalah agar lebih mudah dicari saat terseret arus atau tenggelam.

Widodo menuturkan baju berwarna hijau akan menyatu bersama dengan warna air laut sehingga akan lebih sulit dicari.

Baca juga: Laut Lampung Menyala Biru di Malam Hari dan Berbusa di Siang Hari, Ada Apa?

Ia menyampaikan salah satu tips untuk berwisata di pantai adalah mengenakan baju warna cerah seperti jingga atau merah muda.

Tips yang lain adalah agar wisatawan mengenali area RIP Current (arus air yang mengalir kuat ke arah laut dari sekitar pantai) dan sebaiknya jika berdiri menghadap laut.

Lokasi Rip Curent sendiri yang sebaiknya dihindari adalah lokasi permukaan laut yang tenang, akan tetapi diapit gelombang pecah di kanan kirinya.

Baca juga: Mengapa Menyalakan Mesin Mobil di Kapal Laut Berbahaya?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

5 Fakta Kasus Mobil Mewah Pakai Pelat Dinas Palsu DPR, Seret Pengacara Berinisial HI

5 Fakta Kasus Mobil Mewah Pakai Pelat Dinas Palsu DPR, Seret Pengacara Berinisial HI

Tren
Beli Elpiji Wajib Pakai KTP, Pertamina: Masyarakat yang Belum Daftar Masih Dilayani

Beli Elpiji Wajib Pakai KTP, Pertamina: Masyarakat yang Belum Daftar Masih Dilayani

Tren
Kata PBB, Uni Eropa, Hamas, dan Israel soal Usulan Gencatan Senjata di Gaza

Kata PBB, Uni Eropa, Hamas, dan Israel soal Usulan Gencatan Senjata di Gaza

Tren
Beda Kemenag dan MUI soal Ucapan Salam Lintas Agama

Beda Kemenag dan MUI soal Ucapan Salam Lintas Agama

Tren
Orang dengan Gangguan Kesehatan Ini Sebaiknya Tidak Minum Air Kelapa Muda

Orang dengan Gangguan Kesehatan Ini Sebaiknya Tidak Minum Air Kelapa Muda

Tren
BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 2-3 Juni 2024

BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 2-3 Juni 2024

Tren
[POPULER TREN] Harga BBM Pertamina per 1 Juni 2024, Asal-usul Kata Duit

[POPULER TREN] Harga BBM Pertamina per 1 Juni 2024, Asal-usul Kata Duit

Tren
Bagaimana Cahaya di Tubuh Kunang-kunang Dihasilkan? Berikut Penjelasan Ilmiahnya

Bagaimana Cahaya di Tubuh Kunang-kunang Dihasilkan? Berikut Penjelasan Ilmiahnya

Tren
Moeldoko Sebut Tapera Tak Akan Senasib dengan Asabri, Apa Antisipasinya Agar Tak Dikorupsi?

Moeldoko Sebut Tapera Tak Akan Senasib dengan Asabri, Apa Antisipasinya Agar Tak Dikorupsi?

Tren
Tips Mengobati Luka Emosional, Berikut 6 Hal yang Bisa Anda Lakukan

Tips Mengobati Luka Emosional, Berikut 6 Hal yang Bisa Anda Lakukan

Tren
Profil Francisco Rivera, Pemain Terbaik Liga 1 Musim 2023/2024

Profil Francisco Rivera, Pemain Terbaik Liga 1 Musim 2023/2024

Tren
Benarkah Pakai Sampo Mengandung SLS dan SLES Bikin Rambut Rontok? Ini Kata Dokter

Benarkah Pakai Sampo Mengandung SLS dan SLES Bikin Rambut Rontok? Ini Kata Dokter

Tren
Dinilai Muluskan Jalan Kaesang, Ini Sosok Penggugat Batas Usia Calon Kepala Daerah

Dinilai Muluskan Jalan Kaesang, Ini Sosok Penggugat Batas Usia Calon Kepala Daerah

Tren
Apa Itu Skala Waktu Greenwich Mean Time (GMT)? Berikut Sejarahnya

Apa Itu Skala Waktu Greenwich Mean Time (GMT)? Berikut Sejarahnya

Tren
Gunung Semeru Hari Ini Erupsi 8 Kali, Tinggi Letusan 400 Meter

Gunung Semeru Hari Ini Erupsi 8 Kali, Tinggi Letusan 400 Meter

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com