Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Happy Hypoxia, Kadar Oksigen Rendah yang Bisa Menyerang Pasien Covid-19

Kompas.com - 12/08/2020, 19:49 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Jihad Akbar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah unggahan bersisikan informasi mengenai kondisi pasien positif Covid-19 dengan kadar oksigen rendah ramai dibicarakan di media sosial.

Awalnya, akun Twitter @edralynn mengunggah foto rontgen paru-paru pasien positif virus corona beserta keterangan medis mengenai foto tersebut.

Berikut narasi unggahan tersebut:

“Nggak kemana-mana dok, cuma nongkrong sama temen2nya aja.”

“Nggak ada batuk pilek dok, cuma tiba2 sesak aja.”

Pasien sadar, RR 50, spo2 40% tanpa support O2, bagging mentok di 70%.

Masih mau bilang ngga “semenyeramkan” itu?" tulis @edralynn.

Baca juga: Sejumlah Pasien Covid-19 Alami Happy Hypoxia, Apa Itu?

Akun tersebut kemudian menjelaskan kondisi pasien dalam cuitan selanjutnya. Berikut isi cuitannya: 

Sejujurnya ya baru kali ini aku nemuin pasien dengan kadar oksigen 40% dalam tubuh & pasiennya MASIH SADAR. Logikanya, kalo udah tinggal segitu, organ2 vital seperti otak udah nggak akan dapet oksigen dan pasien ngga sadar. Ini yang dinamakan happy hypoxia syndrome. Khas covid.

Cuitan tersebut diunggah pada Selasa (11/8/2020). Hingga Rabu (12/8/2020) pukul 17.55 WIB, cuitan dari @edralynn di-retweet 12,7 ribu warganet dan mendapatkan 14 ribu likes.

Lalu, apa itu happy hypoxia syndrome?

Dokter spesialis paru sekaligus Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Agus Dwi Susanto, membenarkan kondisi happy hypoxia syndrome bisa ditemukan pada pasien positif Covid-19.

"Kita ketahui bahwa Covid-19 ini, organ yang paling sering terkena kan paru. Meskipun saat ini juga banyak manifestasinya di luar paru, tapi organ yang paling sering terkena komplikasi adalah paru," kata Agus saat dihubungi Kompas.com, Selasa (12/8/2020).

Ia menjelaskan hypoxia syndrome merupakan kondisi seseorang dengan kadar oksigen rendah dalam tubuh. Normalnya, kadar oksigen di dalam tubuh seseorang adalah di atas 94 persen.

Baca juga: Ini Efek Samping Calon Vaksin Covid-19 yang Diuji Coba di Bandung

Hypoxia syndrome, kata dia, diawali dengan peradangan paru-paru atau pneumonia yang membuat perputaran oksigen terganggu.

"Darah yang kurang oleh oksigen ini kan nantinya akan masuk ke jantung dan didistribusikan ke seluruh tubuh, akibatnya jaringan-jaringan dan organ tubuh yang lain ikut mengalami kekurangan oksigen, yang disebut sebagai hypoxia," kata Agus.

Terlihat normal

Sementara itu, terkait happy hypoxia syndrome, Agus mengungkapkan kondisi tersebut terjadi ketika seseorang yang mengalami hypoxia syndrome tetapi terlihat seperti orang normal.

Agus mengaku menemukan kondisi happy hypoxia syndrome di beberapa pasien Covid-19 yang dirawatnya.

Namun, ia belum bisa mendetailkan, berapa persentase pasien Covid-19 yang terkena happy hypoxia syndrome. Sebab, belum ada penelitian terkait hal tersebut.

"Pengalaman saya sebagai dokter paru yang juga merawat pasien Covid-19, ternyata memang kasus-kasus pasien dengan happy hypoxia itu memang terjadi," kata Agus.

Dia mengakui kondisi pasien happy hypoxia sydrome yang terlihat normal masih menjadi tanda tanya di dunia medis.

"Itu masih menjadi tanda tanya para ahli-ahli di dunia. Kenapa pasien oksigennya sudah rendah, kok cenderung tampak biasa-biasa saja," kata Agus.

Baca juga: Inilah Nama Vaksin Virus Corona yang Diciptakan Rusia, Sputnik V

Bahaya tak segera ditangani

Akan tetapi, meski terlihat biasa saja, seorang pasien Covid-19 yang mengalami happy hypoxia syndrome bisa terancam nyawanya jika tak segera ditangani.

Sebab, Agus mengatakan, tubuh manusia memiliki batas toleransi terkait jumlah oksigen.

"Jadi mungkin di awal-awal pasien itu akan kelihatan biasa-biasa saja, tapi kalau dia terjadi happy hipoksia dalam waktu lama dan tidak diberikan terapi oksigen, maka dia akan tiba-tiba terjadi, istilahnya kematian mendadak," kata Agus.

Oleh karena itu, dia menjelaskan tidak semua pasien Covid-19 tanpa gejala diperbolehkan isolasi mandiri. 

Pasien harus memeriksakan diri, karena dikhawatirkan terkena happy hypoxia syndrome.

"Hal ini harus dipahami masyarakat, tidak semua yang tidak bergejala itu boleh isolasi mandiri. Karena ada kondisi ketika tidak ada gejala, ternyata paru-parunya ada pneumonia, saturasi oksigennya rendah, karena ada yang namanya happy hypoxia," kata Agus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

3 Bek Absen Melawan Guinea, Ini Kata Pelatih Indonesia Shin Tae-yong

3 Bek Absen Melawan Guinea, Ini Kata Pelatih Indonesia Shin Tae-yong

Tren
Alasan Israel Tolak Proposal Gencatan Senjata yang Disetujui Hamas

Alasan Israel Tolak Proposal Gencatan Senjata yang Disetujui Hamas

Tren
Pendaftaran Komcad 2024, Jadwal, Syaratnya, dan Gajinya

Pendaftaran Komcad 2024, Jadwal, Syaratnya, dan Gajinya

Tren
Studi Baru Ungkap Penyebab Letusan Dahsyat Gunung Tonga pada 2022

Studi Baru Ungkap Penyebab Letusan Dahsyat Gunung Tonga pada 2022

Tren
Mengenal 7 Stadion yang Jadi Tempat Pertandingan Sepak Bola Olimpiade Paris 2024

Mengenal 7 Stadion yang Jadi Tempat Pertandingan Sepak Bola Olimpiade Paris 2024

Tren
Mengenal Alexinomia, Fobia Memanggil Nama Orang Lain, Apa Penyebabnya?

Mengenal Alexinomia, Fobia Memanggil Nama Orang Lain, Apa Penyebabnya?

Tren
Sunat Perempuan Dilarang WHO karena Berbahaya, Bagaimana jika Telanjur Dilakukan?

Sunat Perempuan Dilarang WHO karena Berbahaya, Bagaimana jika Telanjur Dilakukan?

Tren
UU Desa: Jabatan Kades Bisa 16 Tahun, Dapat Tunjangan Anak dan Pensiun

UU Desa: Jabatan Kades Bisa 16 Tahun, Dapat Tunjangan Anak dan Pensiun

Tren
Harga Kopi di Vietnam Melambung Tinggi gara-gara Petani Lebih Pilih Tanam Durian

Harga Kopi di Vietnam Melambung Tinggi gara-gara Petani Lebih Pilih Tanam Durian

Tren
Kasus Mutilasi di Ciamis dan Tanggung Jawab Bersama Menangani Orang dengan Gangguan Mental

Kasus Mutilasi di Ciamis dan Tanggung Jawab Bersama Menangani Orang dengan Gangguan Mental

Tren
Potensi Manfaat Tanaman Serai untuk Mengatasi Kecemasan Berlebih

Potensi Manfaat Tanaman Serai untuk Mengatasi Kecemasan Berlebih

Tren
Terkait Penerima KIP Kuliah yang Bergaya Hedon, UB: Ada Evaluasi Ulang Tiga Tahap

Terkait Penerima KIP Kuliah yang Bergaya Hedon, UB: Ada Evaluasi Ulang Tiga Tahap

Tren
Catat, Ini 5 Jenis Kendaraan yang Dibatasi Beli Pertalite di Batam Mulai Agustus

Catat, Ini 5 Jenis Kendaraan yang Dibatasi Beli Pertalite di Batam Mulai Agustus

Tren
Wacana Pembongkaran Separator di Ring Road Yogyakarta, Begini Kata Ahli UGM

Wacana Pembongkaran Separator di Ring Road Yogyakarta, Begini Kata Ahli UGM

Tren
BMKG: Wilayah yang Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang 9-10 Mei 2024

BMKG: Wilayah yang Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang 9-10 Mei 2024

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com