"Seperti kita menggosok ujung-ujung tubuh yang edaran darah yang terjauh, supaya darah beredar yang bawa oksigen untuk menghasilkan energi/kalori panas. Tindakan bagi yang terkena gejala sengat beku," papar dia.
Namun, Adi menyebut hal ini adalah ranah medis.
Pada intinya, orang-orang bisa mendeteksi hipotermia dari gejala awal seperti kedinginan, merasa lemas, dan hilangnya keseimbangan.
Akan tetapi, gejala hipotermia ini sulit untuk didiagnosis oleh mereka yang awam.
Salah satu kekeliruan yang masih banyak terjadi di Indonesia menurutnya adalah banyaknya orang yang menganggap enteng gunung di wilayah tropis.
Misalnya, banyak yang tidak memperhatikan jenis pakaian yang digunakan.
"Pendaki bisa meremehkan gunung tropis, padahal di ketinggian 2.000 meter ke atas bisa terbentuk iklim musim dingin," ungkap Adi.
Selain itu, menurut dia, banyak juga yang tak memberikan perhatian serius pada gangguan kesehatan yang mungkin dialami saat mendaki.
"Apalagi kalau bukan di gunung salju, di mana kita mudah mengasumsi ketidaksehatan karena cuaca dingin," ucapnya.
Padahal, bisa saja hal itu adalah hipotermia yang salah satu cirinya memang mengalami kedinginan.
Baca juga: Puncak Gunung Piramid di Mata Pendaki: Saya Harus Ngesot karena Sangat Sulit
Adi mengatakan, ada banyak keahlian dan ilmu yang harus dikuasai oleh seseorang sebelum akhirnya ia bisa mendaki gunung.
Jadi, tidak sembarang orang bisa melakukan kegiatan alam ini karena ada risiko keselamatan yang akan dipertaruhkan.
Alasannya, gunung adalah alam terbuka yang kondisinya bisa berubah setiap waktu dan di luar kendali manusia.
Pendaki juga perlu mengetahui medan dan cuaca yang berbeda saat ia mendaki, dibandingkan jika berada di dataran rendah.
"Mendaki gunung itu kompetensi yang dibentuk dari pengetahuan geologi geomorfologi- disebut juga ilmu medan, iklim dan cuaca, risk management, keterampilan, teknik hidup di alam, safety di keterjalan dan penyeberangan sungai, P3K, manajemen, dan attitude," jelas Adi.
Jika semua itu belum dikuasai, ia menyarankan agar memahami kode etik pencinta alam, yakni bertanggung jawab terhadap sesama, budaya, dan lingkungan.
"Jadi kalau belum ada kompetensi ini silakan gabung klub pendaki yang menseminasi kompetensi ini. Bisa juga meminta orang dengan kompetensi mountain leader atau pemandu gunung untuk mengantar/menemani," kata Adi.
Baca juga: Bukit Savana Rinjani Ditutup Sementara Gara-gara Aksi Pendaki Dugem
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.