Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pesan untuk Para Pendaki: Pahami Kompetensi Ini Sebelum Naik Gunung

Kompas.com - 11/08/2020, 09:05 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Beberapa waktu lalu, meninggalnya seorang pendaki di Gunung Lawu, diduga karena mengalami Paradoxical Undressing Syndrome, menjadi perhatian publik. 

Setelah ia ditemukan meninggal dunia. Bereda video yang merekam keadaan pendaki tersebut.

Dalam narasi video yang beredar di media sosial itu, disebutkan rombongan pendaki asal Ungaran tidak sengaja bertemu dengan korban dalam kondisi sendirian dan tak mengenakan baju. Ia melepas pakaian yang dikenakannya untuk membawa ranting-ranting pohon cantigi.

Secara fisik, korban terlihat kedinginan, karena menggigil dan menggosok-gosokkan tangannya.

Namun, mereka yang melihatnya mengaku heran mengapa ia justru melepas bajunya untuk membungkus kayu.

Saat itu, di lokasi yang berbeda, rekan pendakian korban masih mencari keberadaan korban yang terpisah sejak dini hari, namun tidak juga ditemukan.

Tidak menyadari keganjilan yang terjadi, rombongan pendaki asal Ungaran itu lalu  melanjutkan perjalanannya setelah beberapa saat mengobrol dengan korban.

Hingga akhirnya, jasad korban ditemukan oleh rombongan yang sama sudah tergeletak dengan kondisi sama seperti saat ditemui sebelumnya, tanpa mengenakan baju.

Baca juga: Para Pendaki, Kenali Gejala Paradoxical Undressing

Pahami kondisi saat mendaki

Menurut pendaki, yang juga anggota senior dari Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Indonesia (Mapala UI), Adi Seno,  kejadian yang menimpa pendaki di Gunung Lawu itu merupakan hipotermia.

"Fenomena yang di Lawu beberapa kali terjadi, karena hipotermia yakni penurunan suhu inti tubuh di mana ada gejalanya malah sensasi panas, ini dari literatur medis. Mirip ketika terkena sengatan beku (frost bite), ada rasa seperti terbakar atau saat pegang es, biang es kesannya pana," jelas Adi saat dihubungi, akhir Juli lalu.

Menurut Adi, untuk menangani pendaki yang terserang hipotermia kuncinya hanya satu, memberinya energi panas.

Hal itu bisa dilakukan di antaranya dengan memintanya masuk ke dalam tenda agar terlindung dan mengurangi terkena udara dingin.

Atau, masuk ke dalam kantong tidur yang cenderung lebih hangat.

"Nah kalau sudah kena "jendelanya" pendek. Penanganan juga sulit. Harus terlindung  dengan cara masuk tenda dan pakai sleeping bag, dapat sumber panas misalnya dari asupan makan, minum panas, kontak dengan radiasi panas-api, sumber lain seperti panas tubuh, yang ini kerap disalahartikan dan dimanipulasi," papar Adi.

Baca juga: Detik-detik Mobil yang Angkut 17 Pendaki Asal Jakarta Tabrak Tebing di Karanganyar

Ilustrasi pendaki bersama kuli angkut pixabay.com/vikaskhare1 Ilustrasi pendaki bersama kuli angkut

Cara lain yang bisa dilakukan adalah dengan mengosok-gosokkan bagian ujung tubuh, seperti telapak tangan dan kaki.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Beli Elpiji Wajib Pakai KTP, Pertamina: Masyarakat yang Belum Daftar Masih Dilayani

Beli Elpiji Wajib Pakai KTP, Pertamina: Masyarakat yang Belum Daftar Masih Dilayani

Tren
Kata PBB, Uni Eropa, Hamas, dan Israel soal Usulan Gencatan Senjata di Gaza

Kata PBB, Uni Eropa, Hamas, dan Israel soal Usulan Gencatan Senjata di Gaza

Tren
Beda Kemenag dan MUI soal Ucapan Salam Lintas Agama

Beda Kemenag dan MUI soal Ucapan Salam Lintas Agama

Tren
Orang dengan Gangguan Kesehatan Ini Sebaiknya Tidak Minum Air Kelapa Muda

Orang dengan Gangguan Kesehatan Ini Sebaiknya Tidak Minum Air Kelapa Muda

Tren
BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 2-3 Juni 2024

BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 2-3 Juni 2024

Tren
[POPULER TREN] Harga BBM Pertamina per 1 Juni 2024, Asal-usul Kata Duit

[POPULER TREN] Harga BBM Pertamina per 1 Juni 2024, Asal-usul Kata Duit

Tren
Bagaimana Cahaya di Tubuh Kunang-kunang Dihasilkan? Berikut Penjelasan Ilmiahnya

Bagaimana Cahaya di Tubuh Kunang-kunang Dihasilkan? Berikut Penjelasan Ilmiahnya

Tren
Moeldoko Sebut Tapera Tak Akan Senasib dengan Asabri, Apa Antisipasinya Agar Tak Dikorupsi?

Moeldoko Sebut Tapera Tak Akan Senasib dengan Asabri, Apa Antisipasinya Agar Tak Dikorupsi?

Tren
Tips Mengobati Luka Emosional, Berikut 6 Hal yang Bisa Anda Lakukan

Tips Mengobati Luka Emosional, Berikut 6 Hal yang Bisa Anda Lakukan

Tren
Profil Francisco Rivera, Pemain Terbaik Liga 1 Musim 2023/2024

Profil Francisco Rivera, Pemain Terbaik Liga 1 Musim 2023/2024

Tren
Benarkah Pakai Sampo Mengandung SLS dan SLES Bikin Rambut Rontok? Ini Kata Dokter

Benarkah Pakai Sampo Mengandung SLS dan SLES Bikin Rambut Rontok? Ini Kata Dokter

Tren
Dinilai Muluskan Jalan Kaesang, Ini Sosok Penggugat Batas Usia Calon Kepala Daerah

Dinilai Muluskan Jalan Kaesang, Ini Sosok Penggugat Batas Usia Calon Kepala Daerah

Tren
Apa Itu Skala Waktu Greenwich Mean Time (GMT)? Berikut Sejarahnya

Apa Itu Skala Waktu Greenwich Mean Time (GMT)? Berikut Sejarahnya

Tren
Gunung Semeru Hari Ini Erupsi 8 Kali, Tinggi Letusan 400 Meter

Gunung Semeru Hari Ini Erupsi 8 Kali, Tinggi Letusan 400 Meter

Tren
KAI Ancam Pelaku Pelemparan Batu ke Kereta, Bisa Dipidana Penjara Seumur Hidup

KAI Ancam Pelaku Pelemparan Batu ke Kereta, Bisa Dipidana Penjara Seumur Hidup

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com