Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahli Tekankan Virus Corona Bukan Hasil Lab, Bagaimana Cara Mereka Mengetahui?

Kompas.com - 19/07/2020, 20:20 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Virus corona masih menjadi momok bersama di seluruh dunia. Sejak pertama kali disebut menyebar di Wuhan, China pada Desember silam, masih ada sejumlah pihak yang menilai virus SARS-CoV-2 tersebut merupakan alat konspirasi pihak tertentu untuk mendapatkan keuntungan.

Salah satu teori konspirasi yang sempat menjadi sorotan datang dari seorang ilmuwan bernama dr Judy Mikovits (62).

Diberitakan Kompas.com (15/5/2020), nama Judi Mikovits ramai diperbincangkan setelah yang bersangkutan mengunggah video bernuansa film dokumenter berjudul 'Plandemic' di YouTube, awal Mei 2020 silam.

Dalam video berdurasi 26 tersebut, Judi menegaskan bahwa pandemi corona merupakan sesuatu yang dibuat perusahaan farmasi besar.

Bahkan dia menuduh WHO hingga Bill Gates sebagai dalang penyebaran Covid-19.

Baca juga: Memprediksi Kapan Pandemi Covid-19 di Indonesia Akan Berakhir...

Lantas bagaimana sebenarnya para ahli bisa meyakini virus ini bukan buatan manusia di laboratorium?

Tidak ada jejak rekayasa yang terdeteksi

Melansir CGTN, Sabtu (18/7/2020), dosen parasit dan mikrobiologi medis dari University of Westminter, Polly Hayes, menjelaskan hal ini melalui sebuah artikel salah satu website Inggris, The Conversation awal pekan ini.

Ia menyebut tidak ada tanda-tanda manipulasi genetik dari material virus ini.

Hayes menggarisbawahi, jika memang virus ini merupakan hasil laboratorium, akan terdapat tanda-tanda manipulasi yang ditunjukkan pada informasi genom virus.

Misalnya tidak adanya unsur urutan virus yang dihapus. Penghapusan unsur ini dimaksudkan untuk mendapat virus baru dengan unsur genetik sebagaimana dimau. Namun hal ini tidak ditemukan.

Baca juga: Tanggapan IDI soal Tudingan Kasus Corona merupakan Proyek Memperkaya Dokter

Sebaliknya, urutan genetik dar virus bernama lain SARS-CoV-2 ini telah dipublikasikan oleh para ilmuwan di seluruh dunia dan sejauh ini tidak ada bukti yang membenarkan isu konspirasi itu.

Hayes menggarisbawahi, sangat sulit bahkan tidak mungkin ada teknik yang bisa digunakan untuk menutupi penghapusan unsur atau merekayasa genetika virus ini.

Jika rekayasa dilakukan, pasti akan ada jejak yang ditinggalkan, misalnya potongan kode DNA yang dapat teridentifikasi.

Baca juga: WHO Tegaskan Vaksin Covid-19 Tak Akan Tersedia Sebelum Akhir 2021

Evolusi dari virus corona sebelumnya

Sebagaimana diketahui virus penyebab Covid-19 ini bukanlah virus corona satu-satunya yang ada di muka bumi. Sebelumnya sudah ada juga virus sejenis yang menyebabkan penyakit pernapasan seperti SARS dan MERS.

Hayes menjelaskan genom dari SARS-CoV-2 mirip dengan coronavirus lainnya yang berasal dari kelelawar. Mereka memiliki genom keseluruhan yang serupa.

Jika ada perbedaan, perbedaan itu menunjukkan pola alami yang khas sebagaimana evolusi virus corona sebelumnya.

Baca juga: Ramai soal Penolakan Jenazah Covid-19, Dokter: Pasien Meninggal, Virus Pun Mati

Berbeda dengan virus di lab Wuhan

Sejumlah laporan menyebut virus corona ini mungkin berasal dari virus kelelawar RaTG13 yang ditemukan di laboratorium di Wuhan.

Virus corona baru disebut mirip dengan virus di Wuhan karena keduanya memiliki 96 kemiripan dari sisi genomnya.

Namun, evolusi yang terjadi pada virus corona baru ini secara signifikan berbeda dengan virus yang yang dimaksud.

Hayes pun memastikan RaGT13 bukanlah asal mula dari SARS-CoV-2.

Baca juga: Aktivitas Indoor Disebut Lebih Berpotensi Tularkan Covid-19, Apa yang Harus Dilakukan?

Kemiripan dengan virus corona lain

Hal lain yang teramati oleh ahli adalah adanya kemiripan SARS-CoV-2 dengan virus-virus corona sebelumnya.

Semua virus corona diketahui berasal dari hewan.

SARS-CoV-2 adalah virus corona ke-7 yang diketahui menyerang manusia. Ketujuh virus ini berasal dari hewan, seperti kelelawar, tikus, atau hewan peliharaan.

Sementara untuk 60 persen penyakit menular yang diketahui, 75 persen di antaranya berasal dari hewan.

Mengapa ada virus corona baru dan baru lagi, karena adanya percampuran atau rekombinasi genom berbeda di alam. Itu adalah mekanisme lumrah yang diketahui menyebabkan timbulnya satu jenis virus turunan baru.

Dan mekanisme ini terbukti ada dalam proses terciptanya SARS-CoV-2.

Baca juga: Virus Corona Menular Lewat Droplet dan Airborne, Apa Bedanya?

SARS-CoV-2 kemungkinan besar berasal dari kelelawar

Hayes menyebutkan fakta bahwa SARS-CoV-2 kemungkinan besar berevolusi dari varian virus dari kelelawar yang tidak dapat bertahan untuk jangka waktu lama.

Hanya saja virus ini mengalami evolusi kemampuan dan bisa menyerang sel manusia melalui reseptor ACE2, sehingga membuatnya mampu bertahan lebih lama dan bahkan berkembang.

Sejauh ini, kelelawar diketahui menjadi sumber dari virus-virus yang menyebabkan Ebola, rabies, infeksi virus Nipah dan Hendra, penyakit virus Marburg, dan strain virus Influenza A.

Ada virus yang berasal dari hewan dan menular pada manusia, namun itu tidak lah membahayakan. Yang berbahaya adalah ketika virus dari hewan itu bisa masuk ke manusia, dan manusia menularkannya ke manusia lain.

Semua indikator ini membuktikan bahwa sesungguhnya SARS-CoV-2 mereka telah berevolusi secara alami dan bukan merupakan buatan atau rekayasa laboratorium.

Baca juga: Virus Corona, SARS, dan MERS, Manakah yang Paling Berbahaya?

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Timeline Wabah Virus Corona

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com