Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Solo Disebut Zona Hitam, Ini Catatan Penanganan Virus Corona di Surakarta

Kompas.com - 13/07/2020, 16:48 WIB
Vina Fadhrotul Mukaromah,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pada Minggu (12/7/2020), jumlah kasus positif Covid-19 di Solo, Jawa Tengah, bertambah sebanyak 18 orang.

Dengan demikian, jumlah pasien positif virus corona yang telah dikonfirmasi di Solo adalah sebanyak 63 orang hingga Minggu kemarin.

Adapun rinciannya adalah 37 sembuh, 22 rawat inap, dan 4 orang meninggal dunia.

Penambahan kasus harian sebagai 18 kasus merupakan catatan tertinggi sejak pertama kali Solo mengonfirmasi temuan kasus positif pada awal Maret lalu.

Dengan tambahan kasus ini, Ketua Pelaksana Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Solo, Ahyani, menyebut bahwa Solo sudah masuk zona hitam.

Baca juga: Solo Zona Hitam Covid-19, Wali Kota: Biar Masyarakat Lebih Waspada

Apa yang dimaksud zona hitam?

Juru Bicara Gugus Tugas Covid-19 UNS Solo Tonang Dwi Ardyanto menyebut bahwa sebenarnya zona hitam tidak termasuk dalam istilah leveling pada konsep di Gugus Tugas Covid-19.

"Sebenarnya, kita tidak mengenal kata-kata area zona hitam. Kita cuma mengenal leveling-nya sejak dari hijau, lalu kuning, kemudian oranye, dan terakhir merah," kata Tonang mengawali penjelasannya kepada Kompas.com, Senin (13/7/2020) siang.

Adapun arti dari warna-warna tersebut adalah sebagai berikut:

  • Hijau: Tidak ada kasus positif
  • Kuning: Ada kasus tetapi penyebaran masih terkendali
  • Oranye: Penyebarannya tinggi dan memiliki potensi untuk tidak terkendali
  • Merah: Penambahan kasus banyak dan penyebarannya berisiko tidak terkendali

Lalu, mengapa Solo disebut sudah zona hitam?

Menurut Tonang, penyebutan zona hitam kemungkinan untuk menekankan kepada masyarakat agar tetap waspada.

"Barangkali penyebutan zona hitam tersebut adalah untuk menekankan lonjakan yang terjadi. Namun, kita berharap leveling-nya tetap sesuai dengan sebelumnya, yaitu maksimal di zona merah," kata dia.

Tonang mengakui bahwa 18 kasus baru yang dilaporkan kemarin menunjukkan peningkatan yang sangat tajam.

"Kemudian, di Solo juga terlihat ada beberapa potensi yang harus diwaspadai dan dapat mengarah ke terjadinya ledakan kasus karena di beberapa titik memang terjadi aktivitas yang cukup tinggi seperti pasar dan tempat umum lainnya," lanjut dia.

Baca juga: Tambah 18 Kasus Positif Covid-19, Solo Masuk Zona Hitam

Catatan penanganan Covid-19 di Solo

Ruangan isolasi khusus yang disiapkan RSUD Dr Moewardi Surakarta untuk menangani pasien yang terindikasi virus Corona, Senin (27/1/2020).KOMPAS.com/LABIB ZAMANI Ruangan isolasi khusus yang disiapkan RSUD Dr Moewardi Surakarta untuk menangani pasien yang terindikasi virus Corona, Senin (27/1/2020).
Menurut Tonang, hingga sekitar sepekan yang lalu, kondisi kasus atau pandemi Covid-19 masih relatif terkendali.

"Kasusnya saat itu tambah 1-2, terhitung sedikit. Itulah kenapa kemudian ketika kemarin muncul jumlah kasus harian yang tinggi, Solo disebut sebagai zona hitam," ujar dia.

Mengenai situasi penanganan Covid-19 di Solo, Tonang menilai, situasinya sudah lebih baik karena ada peningkatan kapasitas pemeriksaan PCR.

"Kalau kapasitas pemeriksaan itu cukup, maka akan memberikan hasil yang benar-benar menggambarkan kondisi terkini," kata dia.

Setelah diperoleh data yang lengkap, langkah atau kebijakan yang diambil pun akan tepat.

Selanjutnya, menyadarkan masyarakat tentang kondisi adaptasi kebiasaan baru ini yang tidak dapat dijalankan secara serta-merta, tetapi memiliki syarat-syarat.

"Kedua, sambil berproses meningkatkan kapasitas pemeriksaan PCR, kita harus menyadarkan masyarakat bahwa masa adaptasi kebiasaan baru ini ada syaratnya," lanjut Tonang.

Adapun salah satu syaratnya adalah memastikan kepatuhan pada protokol kesehatan, baik yang sifatnya pribadi (cuci tangan, menggunakan masker, jaga jarak) maupun komunitas (menghindari kerumunan, mempersingkat waktu rapat/pertemuan, ventilasi di ruangan yang dipakai bersama).

"Dua hal ini yang harus dipegang betul agar kita bisa masuk ke dalam masa adaptasi kebiasaan baru ini," kata Tonang.

Baca juga: Anggota DPRD Jateng Asal Solo Meninggal Dunia, Terkonfirmasi Positif Covid-19

Belum siap 

Meski demikian, Tonang mengakui berdasarkan data-data ada, terlihat belum siapnya masuk ke masa adaptasi kebiasaan baru.

"Namun karena berbagai pertimbangan seperti ekonomi dan pertimbangan lainnya yang harus kita sadari, maka kita ambil jalan untuk masuk ke masa ini dengan sadar bahwa kita sebenarnya belum siap," ujar Tonang.

"Karena tidak bisa menghindar, mari kita masuk tetapi harus mematuhi protokol kesehatan dengan betul," lanjut dia.

Selain itu, Tonang menyebut perlunya memperhatikan kapasitas proses pelayanan kesehatan, baik dalam hal ketersediaan RS untuk mampu melayani pasien atau tracing (pelacakan).

"Ini makanya ada tes, lacak, dan isolasi. Jadi, ada rasio antara tes, lacak, dan isolasi," kata Tonang.

Artinya, rasio antara jumlah orang yang dicek dan yang terkonfirmasi positif, dibandingkan dengan hasil tracing orang di sekitarnya dan yang diisolasi.

Langkah mengatasi penyebaran pandemi

Dengan kondisi seperti ini, Tonang mengatakan, perlu diperhatikan dengan serius langkah untuk mengatasi penyebaran virus corona ini.

"Kalau tidak dilaksanakan, memang akan susah untuk mengatasinya," ujar dia.

Menurut Tonang, ada tiga aspek yang perlu disadari dan diperhatikan untuk mengatasi pandemi ini, yaitu sebagai berikut:

  1. Bagaimana seluruh komponen menjaga disiplin dan mematuhi protokol kesehatan
  2. Kesadaran diri bahwa kondisi pandemi belum benar-benar usai
  3. Perhatian serius pemerintah antara tes, lacak, dan isolasi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com