Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Desakan WHO, Penyebaran Virus Corona, dan Tingginya Kasus Covid-19 di AS...

Kompas.com - 11/07/2020, 14:05 WIB
Mela Arnani,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mendesak negara-negara yang bergulat dengan coronavirus untuk meningkatkan langkah-langkah pengendalian.

WHO mengatakan bahwa masih mungkin untuk mengendalikan virus, karena beberapa negara menekan pembatasan baru pada warganya.

Melansir CNA (11/7/2020), dengan jumlah kasus di seluruh dunia mencapai lebih dari dua kali lipat dalam enam minggu terakhir, Uzbekistan kembali melakukan penguncian pada Jumat (10/7/2020).

Baca juga: Indonesia Disebut Masuk Fase Berbahaya, Kapan Pandemi Akan Berakhir?

Sementara itu, Hong Kong mengungkapkan bahwa sekolah akan ditutup mulai Senin (13/7/2020), setelah kota itu mencatat pertumbuhan eksponensial dalam infeksi yang ditularkan secara lokal.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus meminta negara-negara untuk mengadopsi pendekatan agresif, menyoroti Italia, Spanyol, Korea Selatan dan daerah kumuh terbesar India untuk menunjukkan bahwa mungkin menghentikan penyebaran virus, tidak peduli seberapa buruk wabahnya.

Komentar badan kesehatan itu muncul ketika Presiden AS Donald Trump terpaksa membatalkan rapat umum pemilihan umum di New Hampshire, dengan alasan badai yang mendekat.

Trump telah mendorong untuk mengadakan pertemuan besar terhadap saran kesehatan ketika ahli epidemiologi memperingatkan bahaya yang ditimbulkan oleh virus yang bergerak di udara dalam ruangan yang penuh dan terbatas.

 Baca juga: Kilas Balik Pernyataan WHO soal Penyebaran Virus Corona di Udara: Dulu Dibantah, Kini Diakui

Membalikkan pandemi

2 ASN Positif Covid-19, Puluhan Pegawai di Kantor Capil dan Sekprov Sulbar di Rapid TesKOMPAS.COM/JUNAEDI 2 ASN Positif Covid-19, Puluhan Pegawai di Kantor Capil dan Sekprov Sulbar di Rapid Tes

Pada kunjungan ke Florida pada Jumat lalu, Trump menyerang Beijing atas pandemi yang terjadi.

"Hubungan (dengan) China sangat rusak. Mereka bisa menghentikan wabah. Mereka tidak menghentikannya," kata dia seperti dilansir dari CNA.

Virus ini telah menewaskan sedikitnya 556.140 orang di seluruh dunia sejak teridentifikasi di China, Desember lalu.

Lebih dari 12,3 juta kasus telah terkonfirmasi di 196 negara dan teritori. Tak dipungkiri, wabah ini memicu kerusakan ekonomi secara besar-besaran.

Baca juga: Virus Corona Menular Lewat Droplet dan Airborne, Apa Bedanya?

Amerika Serikat, negara yang paling parah dilanda penyakit itu, melaporkan hampir 64.000 kasus baru pada Jumat (10/7/2020) dan jumlah kematian sekarang hanya di bawah 134.000.

Brasil, yang terparah kedua, melampaui 70.000 kematian dan melaporkan 45.000 infeksi baru.

"Di semua lapisan masyarakat, kita semua diuji hingga batasnya," ujar Tedros pada konferensi pers virtual di Jenewa.

Tedros menilai, dari negara-negara di mana ada pertumbuhan eksponensial, ke tempat-tempat yang melonggarkan pembatasan, sekarang mulai melihat kasus meningkat.

"Hanya tindakan agresif yang dikombinasikan dengan persatuan nasional dan solidaritas global yang dapat membalikkan pandemi ini," katanya.

Baca juga: Obesitas dan Tingginya Angka Kematian akibat Virus Corona di AS...

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Timeline Wabah Virus Corona

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kata Media Asing soal Indonesia Vs Guinea, Ada yang Soroti Kartu Merah Shin Tae-yong

Kata Media Asing soal Indonesia Vs Guinea, Ada yang Soroti Kartu Merah Shin Tae-yong

Tren
Manfaat Buah dan Sayur Berdasar Warnanya, Merah Bisa Cegah Kolesterol Tinggi

Manfaat Buah dan Sayur Berdasar Warnanya, Merah Bisa Cegah Kolesterol Tinggi

Tren
16 Negara yang Lolos Berlaga di Sepak Bola Olimpiade Paris 2024, Termasuk Guinea

16 Negara yang Lolos Berlaga di Sepak Bola Olimpiade Paris 2024, Termasuk Guinea

Tren
Duduk Perkara Rektor Unri Polisikan Mahasiswa yang Protes UKT, Berakhir Cabut Laporan

Duduk Perkara Rektor Unri Polisikan Mahasiswa yang Protes UKT, Berakhir Cabut Laporan

Tren
Jarang Diketahui, Ini 9 Manfaat Jalan Kaki Tanpa Alas Kaki di Pagi Hari

Jarang Diketahui, Ini 9 Manfaat Jalan Kaki Tanpa Alas Kaki di Pagi Hari

Tren
Muncul Fenomena ASI Bubuk, IDAI Buka Suara

Muncul Fenomena ASI Bubuk, IDAI Buka Suara

Tren
Ramai soal ASI Bubuk, Amankah Dikonsumsi Bayi?

Ramai soal ASI Bubuk, Amankah Dikonsumsi Bayi?

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang 10-11 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang 10-11 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Pertandingan Indonesia Vs Guinea | Wacana Pembongkaran Separator Ring Road Yogyakarta

[POPULER TREN] Pertandingan Indonesia Vs Guinea | Wacana Pembongkaran Separator Ring Road Yogyakarta

Tren
Situs Panganku.org Beralih Fungsi Jadi Judi Online, Kemenkes dan Kemenkominfo Buka Suara

Situs Panganku.org Beralih Fungsi Jadi Judi Online, Kemenkes dan Kemenkominfo Buka Suara

Tren
Kapan Pengumuman Hasil Tes Online 1 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Kapan Pengumuman Hasil Tes Online 1 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Tren
Ramai soal Surat Edaran Berisi Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik, Ini Kata DLH

Ramai soal Surat Edaran Berisi Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik, Ini Kata DLH

Tren
Saat Penyambut Tamu Acara Met Gala Dipecat karena Lebih Menonjol dari Kylie Jenner...

Saat Penyambut Tamu Acara Met Gala Dipecat karena Lebih Menonjol dari Kylie Jenner...

Tren
Kronologi dan Motif Ibu Racuni Anak Tiri di Rokan Hilir, Riau

Kronologi dan Motif Ibu Racuni Anak Tiri di Rokan Hilir, Riau

Tren
Rumah Sakit di Rafah Kehabisan Bahan Bakar, WHO: Penutupan Perbatasan Halangi Bantuan

Rumah Sakit di Rafah Kehabisan Bahan Bakar, WHO: Penutupan Perbatasan Halangi Bantuan

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com