Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Klaim Kalung Antivirus Corona, Jangan Sampai Kewaspadaan Masyarakat Menurun

Kompas.com - 06/07/2020, 12:09 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dosen Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor, Dr. Berry Juliandi, mengatakan, permasalahan utama dalam kontroversi kalung antivirus corona produksi Kementerian Pertanian adalah soal komunikasi kepada publik soal kalung itu.

Menurut dia, istilah kalung antivirus corona yang digunakan Kementan berpotensi menurunkan kewaspadaan masyarakat terhadap bahaya penularan virus corona jenis baru. 

"Permasalahan utama dalam kasus kalung antivirus produksi Kementan adalah dalam komunikasi kepada publik bahwa kalung ini disebut sebagai kalung antivirus corona. Hal ini dapat menurunkan kewaspadaan masyarakat yang menganggap bahwa dengan memakai kalung ini saja, maka mereka dapat sembuh atau tidak tertular dari virus SARS-CoV-2," kata Berry, saat dihubungi Kompas.com, Senin (5/7/2020) pagi.

Seperti diketahui, beberapa hari terakhir, kalung antivirus corona yang akan diproduksi massal oleh Kementerian Pertanian menjadi perbincangan publik.

Di media sosial Twitter, kalung dengan senyawa eucalyptol yang berasal dari tumbuhan eucalyptus itu dikritik.

Baca juga: Kontroversi Kalung Antivirus Corona: Jangan Asal Klaim karena Butuh Riset Panjang

Berry, yang juga Sekretaris Umum Akademi Ilmuwan Muda Indonesia, menyebutkan, klaim kalung antivirus yang disampaikan Kementan tak diikuti uji klinis pada manusia. Hal ini dinilainya kurang tepat.

Penelitian yang dilakukan hanya meggunakan virus corona jenis lain dan bukan virus corona penyebab Covid-19.

"Hal ini, walau pun kemudian dikoreksi oleh peneliti Kementan bahwa ini bukan obat tapi jamu, akan sangat berbahaya bagi masyarakat," kata Berry.

Keterangan Kementan yang tak menyeluruh dianggap berbahaya jika masyarakat menyerap informasi itu hanya terbatas soal produk itu, menggunakannya, dan merasa dirinya sudah kebal dari virus tanpa harus mengikuti protokol kesehatan yang lain. 

"Semestinya sejak awal dikomunikasikan tahapan penelitian dan hasilnya apa saja yang sudah dilakukan sehingga masyarakat dapat menilai apakah penelitian sudah dilakukan dengan benar," ujar Berry.

Baca juga: Kontroversi Kalung Antivirus Corona, Cukuplah Disebut Kalung Kayu Putih...

Ia menyarankan, dalam mengomunikasikan produk ini kepada publik, Kementan menggunakan istilah yang tepat dan tidak dengan mudah melakukan klaim. 

"Lalu menggunakan terminologi yang sesuai dengan tahapan yang baru dicapai dan dengan data yang ada.  Misalnya, jika belum ada uji klinis maka jangan menyebutkan ini sebagai obat tapi lebih tepat kalau disebut sebagai suplemen atau jamu. Maka masyarakat tidak akan salah kaprah," jelas Berry.

Sebelumnya, seperti diberitakan Kompas.com, 4 Juli 2020, Kepala Badan Litbang Pertanian, Fadjry Djufry menyebutkan, kandungan eucalyptus pada produk Kementan mampu mengikat protein Mpro yang bisa menghambat proses replikasi virus.

"Manfaat tersebut dapat terjadi karena 1,8 cineol dari eucalyptus disebut eucalyptol dapat berinteraksi dengan transient receptor potential ion chanel yang terletak di saluran pernapasan,” kata Fadjry.

Menanggapi berbagai respons yang muncul atas rencana produksi kalung ini, Fadjry mengatakan, hal itu tergantung pada persepsi masing-masing.

Namun, ia menekankan, meski nantinya menggunakan kalung antivirus ini, masyarakat diharapkan tetap patuh terhadap protokol kesehatan pencegahan Covid-19.

“Tetap harus pakai masker dan menjalankan protokoler Covid-19,” kata Fadjry.

Baca juga: [POPULER TREN] Tagihan Listrik Naik | Kata Kementan tentang Kalung Antivirus Corona

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Manfaat Eucalyptus yang Diklaim Bisa jadi Antivirus Corona

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Gempa M 5,0 Guncang Pacitan, Tidak Berpotensi Tsunami

Gempa M 5,0 Guncang Pacitan, Tidak Berpotensi Tsunami

Tren
6 Cara Intermittent Fasting, Metode Diet Isa Bajaj yang Berhasil Turun Berat Badan 12 Kg

6 Cara Intermittent Fasting, Metode Diet Isa Bajaj yang Berhasil Turun Berat Badan 12 Kg

Tren
Sidang SYL: Beli Kado dan Renovasi Rumah Pribadi dari Uang Kementan

Sidang SYL: Beli Kado dan Renovasi Rumah Pribadi dari Uang Kementan

Tren
Rincian Formasi CPNS Sekolah Kedinasan 2024, STAN Terbanyak

Rincian Formasi CPNS Sekolah Kedinasan 2024, STAN Terbanyak

Tren
Pertandingan Indonesia Vs Guinea Disiarkan di RCTI, Kick Off 20.00 WIB

Pertandingan Indonesia Vs Guinea Disiarkan di RCTI, Kick Off 20.00 WIB

Tren
Berawal dari Cabut Gigi, Perempuan Ini Alami Infeksi Mulut hingga Meninggal Dunia

Berawal dari Cabut Gigi, Perempuan Ini Alami Infeksi Mulut hingga Meninggal Dunia

Tren
Ramai soal Kepribadian Kucing Ditentukan oleh Warna Bulunya, Pakar: Tidak Selalu Kucing 'Oren' Barbar

Ramai soal Kepribadian Kucing Ditentukan oleh Warna Bulunya, Pakar: Tidak Selalu Kucing "Oren" Barbar

Tren
8 Suplemen untuk Meningkatkan Kekebalan Tubuh

8 Suplemen untuk Meningkatkan Kekebalan Tubuh

Tren
Profil Sadiq Khan, Anak Imigran Pakistan yang Sukses Jadi Wali Kota London Tiga Periode

Profil Sadiq Khan, Anak Imigran Pakistan yang Sukses Jadi Wali Kota London Tiga Periode

Tren
Bukan Cuma Olahraga, Lakukan 3 Gerakan Ini untuk Jaga Kesehatan

Bukan Cuma Olahraga, Lakukan 3 Gerakan Ini untuk Jaga Kesehatan

Tren
Apa yang Akan Terjadi pada Tubuh Saat Minum Kopi Sebelum Makan?

Apa yang Akan Terjadi pada Tubuh Saat Minum Kopi Sebelum Makan?

Tren
Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 7-8 Mei 2024

Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 7-8 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN]  Ikan Tinggi Albumin, Cegah Sakit Ginjal dan Hati | Pemain Malaysia Disiram Air Keras

[POPULER TREN] Ikan Tinggi Albumin, Cegah Sakit Ginjal dan Hati | Pemain Malaysia Disiram Air Keras

Tren
PBB Kecam Israel Buntut Pemberedelan Al Jazeera, Ancam Kebebasan Pers

PBB Kecam Israel Buntut Pemberedelan Al Jazeera, Ancam Kebebasan Pers

Tren
Waspada, Modus Penipuan Keberangkatan Haji dengan Visa Non-Haji

Waspada, Modus Penipuan Keberangkatan Haji dengan Visa Non-Haji

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com