Bantuan sosial untuk rakyat terdampak baru terbilang lumayan disalurkan. Stimulus ekonomi untuk usaha kecil, mengenah, dan besar tidak berjalan.
Mendapati tidak adanya kemajuan langkah di bidang ekonomi, Presiden mengungkapkan kejengkelan dengan mengatakan, "Jangan biarkan mereka mati baru kita bantu. Tidak ada artinya!"
Peserta rapat kabinet paripurna hening. Sejumlah besar peserta rapat yang tadinya duduk dan menatap Presiden yang berbicara sambil berdiri di podium lantas menunduk.
Kini, 10 hari telah berlalu sejak kejengekelan Presiden dikemukakan langsung kepada para beberapa pembantunya yang dirasa bekerja biasa-biasa saja, normal-normal saja, padahal situasi krisis yang tengah dihadapi.
Para pembantu di kabinet tidak memiliki perasaan yang sama bahwa tengah menghadapi situasi krisis. Menurut Presiden, satu saja yang tidak memiliki perasaan sama alias bersikap biasa-biasa saja padalah sitausinya krisis, bisa berbahaya.
Mendapati situasi yang tidak sesuai dengan harapan ini, Presiden mengemukakan akan mempertaruhkan resputasi politiknya. Akan diambil langkah-langkah politik, langkah-langkah pemerintahan, dan langkah-langkah luar biasa (extraordinary).
Langkah-langkah luar biasa yang dipakai sebagai penutup arahan sekaligus ancaman adalah pembubaran lembaga, perombakan kabinet, dan pembentukan peraturan pemerintah pengganti undang-undang (perppu) yang lebih kuat.
Saya kerap langsung mengikuti rapat kabinet paripurna saat masih tugas sebagai wartawan di Istana Kepresidenan periode 2004-2009. Menyaksikan rapat kabinet paripurna via Youtube ini saja, saya bisa membayangkan bagaimana perasaan dan mulesnya peserta rapat.
Saya bisa membayangkan bagaimana situasi setelah arahan itu disampaikan dan Presiden pergi. Tanpa banyak suara, para menteri, kepala lembaga negara dan pejabat yang memiliki otoritas pasti segera pergi dengan wajah tertunduk melihat diri sambil mencocokkan dengan kejengkelan Presiden.
Kejengkelan Presiden yang disampaikan adalah upaya mendekatkan jarak antara harapan dengan kenyataan.
Kali ini, Presiden hendak mengubah kenyataan dengan membangunkan para pembantunya yang "bekerja sambil tetap tidur" karena tidak bersikap sesuai situasi krisis yang terjadi.
Jika upaya ini tidak berhasil, harapan tampaknya tidak langsung diturunkan, tetapi kenyataan akan diwujudkan dengan cara-cara luar biasa atau extraordinary.
Cara-cara itu seperti dinyatakan dalam arahan Presiden adalah membubarkan lembaga, merombak dan mengganti menteri dan menerbitkan perppu lagi.
Kini, tampaknya Presiden Jokowi menunggu jeda kedua setelah jeda 10 hari. Tidak tahu sampai berapa jeda sebelum cara-cara luar biasa akan diambil.
Harapan perlu didekatkan dengan kenyataan. Apalagi, ini harapan 267 juta rakyat Indonesia yang menitipkan amanahnya.
Satu orang jengkel saja sudah membuat mules bawahan yang mendengarnya di Istana Negara. Tidak terbayangkan jika 267 juta rakyat Indonesia jengkel bersama-sama. Bisa jadi mules nasional.
Salam mules,
Wisnu Nugroho.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.