Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fokus Tangani Covid-19, Sejumlah Negara Hadapi Wabah Berbagai Penyakit

Kompas.com - 16/06/2020, 18:01 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

"Imunisasi adalah salah satu alat pencegahan penyakit yang paling kuat dalam sejarah kesehatan masyarakat," kata Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO.

“Kendala pada program imunisasi akibat pandemi Covid-19 berisiko untuk menggagalkan kemajuan selama beberapa dekade terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin seperti campak,” kata dia.

Akan tetapi, hambatan untuk memulai program imunisasi kembali cukup besar.

Persediaan vaksin masih sulit didapat dan petugas kesehatan sebagian besar masih berjuang melawan Covid-19.

Faktor lain adalah munculnya gelombang keraguan dari orangtua terhadap vaksin, yang menyebabkan orangtua enggan membawa anak mereka untuk diimunisasi.

Banyak negara belum dihantam dengan dampak besar pandemi Covid-19, yang akan melemahkan kemampuan mereka untuk menangani wabah penyakit lainnya.

“Kami akan meminta negara-negara untuk pulih dari Covid-19 dan kemudian menghadapi campak. Itu akan membebani sistem kesehatan mereka lebih lanjut dan memiliki konsekuensi ekonomi dan kemanusiaan yang serius," kata Dr. Robin Nandy, kepala program imunisasi UNICEF.

Baca juga: Imunisasi Tertunda Akibat Pandemi, Ini Saran IDAI

Campak sangat menular

Menurut para ahli di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), virus campak menyebar dengan mudah melalui aerosol, partikel kecil atau tetesan di udara, dan jauh lebih menular daripada virus corona.

"Jika ada orang-orang yang belum menerima imunisasi campak masuk ke ruangan di mana dua jam sebelumnya ada seseorang dengan campak, maka dapat dipastikan 100 persen dari orang-orang itu akan terinfeksi," kata Dr. Yvonne Maldonado, seorang ahli penyakit menular anak di Stanford University.

Di negara-negara miskin, angka kematian campak untuk anak di bawah usia 5 tahun berkisar antara 3 dan 6 persen, kondisi seperti kekurangan gizi atau kamp pengungsi yang padat dapat meningkatkan tingkat kematian.

Anak-anak dapat mengalami komplikasi seperti pneumonia, ensefalitis, dan diare berat.

Pada tahun 2018, tahun terakhir ketika data di seluruh dunia telah dikumpulkan, ada hampir 10 juta kasus campak dan 142.300 kematian terkait.

Saat itu, program imunisasi global lebih kuat dibanding sekarang.

Sebelum pandemi corona di Ethiopia, 91 persen anak-anak di Ibu Kota Ethiopia, Addis Ababa, menerima vaksinasi campak pertama mereka secara rutin.

Sementara, 29 persen di daerah pedesaan juga mendapatkannya.

Ketika pandemi corona melanda, negara itu menunda program imunisasi campak pada bulan April, tetapi pemerintah terus melaporkan banyak kasus baru.

"Patogen wabah tidak mengenal perbatasan. Terutama campak. Campak di mana saja adalah campak di mana-mana," kata Dr. O'Brien dari WHO.

Tidak hanya negara-negara miskin, negara dengan tingkat kekayaan yang lebih baik juga melaporkan penurunan imunisasi selama pandemi.

Beberapa negara bagian Amerika Serikat bahkan melaporkan turunnya imunisasi hingga 70 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya, imunisasi ini ditujukan untuk campak dan penyakit lainnya.

Baca juga: Ilmuwan Perancis Gunakan Vaksin Campak untuk Lawan Infeksi Corona

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com