Meski demikian, semakin besar gerakan mendukung kesederajatan itu, maka ketakutan orang kulit putih akan previlege-nya direbut pun semakin besar.
Baca juga: Unjuk Rasa Kasus George Floyd dan Kekhawatiran Klaster Baru Covid-19 di AS...
"Katakanlah sekarang ini pasti ada langkah maju, tapi langkah maju itu bukan tidak akan mengakibatkan munculnya back clash. Itu ibarat gelombang, semakin keras hempasannya maka akan muncul gelombang balik yang juga besar," kata Munjid.
Selain itu, ketimpangan ekonomi yang terjadi selama pandemi juga menjadi salah satu pemicu gelombang demonstran itu.
Munjid mengatakan, sebuah laporan yang dikeluarkan minggu lalu menyebutkan, harta orang-orang kaya di AS justru meningkat berkali lipat selama dua bulan pandemi.
Hal itu bertolak belakang dengan banyaknya warga AS yang kehilangan pekerjaan dan angka pengangguran yang meningkat tajam.
"Itu kan menunjukkan struktur ekonomi yang sangat timpang," kata Munjid.
Mengapa rasisme masih terjadi di AS dan bisa memicu gelombang aksi besar seperti ini?
Menurut Munjid, masalah rasisme di Amerika sangatlah kompleks.
Para presiden AS, kata dia, menekankan penyelesaian isu rasial ini dengan cara masing-masing.
Akan tetapi, hal itu tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Gerakan-gerakan mendukung kesetaraan pun seringkali dilakukan. Namun, ketika gerakan itu membesar, perlawanan besar juga datang dari ultra nasional kulit putih karena khawatir hak istimewa mereka direnggut.
"Ibarat gelombang, semakin keras hempasannya maka akan muncul gelombang balik yang juga besar," kata Munjid.
Dia mencontohkan, kemenangan Barack Obama sebagai capaian gerakan kesetaraan di AS. Kemenangan itu kemudian "dibayar" dengan kemengan Donald Trump yang anti dengan itu.
Munjid pun menyinggung pidato pendeta Al Sharpton pada upacara pemakaman George Floyd yang disebutnya menggambarkan kondisi di AS saat ini.
"Berulang kali dia mengatakan, 'Sebenarnya kami orang-orang African American mampu dalam bidang pendidikan, tapi karena leher kami ditekan dengan lutut kalian, kami enggak bisa melakukan itu'" kata dia.
Oleh karena itu, ia menilai, apa yang terjadi pada George Floyd dibaca secara simbolik bahwa sekian ratusan tahun dari masa perbudakan sampai sekarang, orang kulit hitam selalu dicurigai.
"Dengan melihat sejarah panjang itu, enggak mungkin kita berharap akan langsung semua berubah dalam waktu segera," ujar Munjid.
Baca juga: Israel Adesanya Ungkap Ketakutan Warga Kulit Putih saat Pidato Aksi George Floyd
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.