"Karena Solidaritas dan Pemulihan adalah dua dari percobaan yang lebih besar, dan terlebih lagi mereka memiliki desain studi yang sangat, sangat mirip, kami telah berhubungan," ujar Kepala Ilmuwan WHO, Dr Soumya Swaminathan.
Swaminathan menambahkan, peneliti uji coba Solidaritas dan Pemulihan memberi tahu WHO mengenai hasil pendahuluan yang telah mereka tanyakan pada pers.
"Kami menunggu untuk melihat analisis data akhir dan publikasi yang akan keluar darinya dan tentu saja komite kami akan mempertimbangkan hasil ini saat kami melanjutkan penelitian," ujar Swaminathan.
Baca juga: Mulai Saat Ini, Masuk Batam Wajib Tunjukkan Surat Keterangan Bebas Corona
"Namun, mereka adalah dua uji coba yang berbeda, dengan protokol mereka sendiri, komite pengawasan mereka sendiri dan oleh karena itu kami akan melanjutkan uji coba dan komite kami akan mempertimbangkan data begitu tersedia," lanjut dia.
Dilansir dari Reuters, Jumat (5/6/2020), uji coba hidroksiklorokuin mendapat dukungan vokal dari Presiden AS Donald Trump.
Menurut para ahli, obat anti-malaria ini dapat menjadi alat yang murah dan tersedia secara luas, jika terbutki berhasil dalam memerangi pandemi yang telah menewaskan hampir 400.000 orang di dunia.
Awal pekan ini, percobaan acak dari University of Minnesota menemukan bahwa obat itu tidak efektif dalam mencegah infeksi pada orang yang terpapar virus corona.
Puluhan percobaan mencoba berbagai permutasi penggunaan obat terus berlanjut.
Baca juga: Negara Anggota G20 Sepakat Gelontorkan Rp 294 Triliun Lawan Corona
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.