Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gedung Teater di Jerman Atur Ulang Bangku Penonton Sesuai Prinsip Jarak Aman

Kompas.com - 30/05/2020, 19:03 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Gedung teater terkemuka di Jerman akan memberlakukan penataan kursi penonton yang sesuai dengan protokol pembatasan jarak aman.

Posisi antar-bangku akan dibuat lebih berjarak sehingga penonton tidak perlu berdesakan.

Meski saat ini Jerman terus melonggarkan pembatasan sosial untuk mencegah penyebaran virus corona, kelompok pertunjukan di sebagian besar kota masih menunggu tanggal resmi kapan mereka dapat membuka kembali akses publik.

Melansir The Guardian, Jumat (29/5/2020), senat Berlin mengumumkan, acara bersifat kebudayaan akan kembali diizinkan untuk digelar di ruang terbuka mulai 2 Juni 2020.

Akan tetapi, gedung teater kemungkinan akan tetap ditutup sampai September 2020.

Gedung teater terkemuka seperti Berliner Ensemble di Ibu Kota Jerman, Berlin, telah melakukan persiapan yang memberikan gambaran sekilas tentang seperti apa bentuk pertunjukan sandiwara dengan menerapkan social distancing.

Pekan lalu, teater yang didirikan oleh Bertolt Brecht pada tahun 1949 ini telah mencopot 500 dari 700 kursi yang ada di auditorium utamanya.

Hal ini memungkinkan penonton untuk merasakan pengalaman menonton pertunjukan teater seraya tetap mematuhi peraturan jarak aman 1,5 meter yang ditetapkan pemerintah setempat.

"Kami bisa saja memblokir kursi atau hanya mengambil seluruh baris, tetapi hal itu akan membuat gedung terasa menyeramkan," kata Direktur Artistik Oliver Reese.

Sebagai gantinya, pengelola gedung teater mencoba menata bangku tempat duduk dengan 70 persen kursi diatur berpasangan.

"Kami ingin menciptakan pengalaman yang istimewa, yang akan melekat pada ingatan emosional orang," kata Reese.

Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi Jerman Diprediksi Minus 6,6 Persen Tahun Ini

Penonton bebas pergi ke toilet

Selain mengatur jarak antar tempat duduk penonton, pengelola juga meniadakan waktu jeda pertunjukan. Hal ini dilakukan untuk mencegah tumpukan antrean orang yang ingin pergi ke toilet.

Sebagai gantinya, penonton diizinkan untuk pergi ke toilet kapan pun mereka membutuhkan, bahkan saat pertunjukan masih berlangsung.

"Ini akan menjadi pengalaman baru, dengan ritual baru," kata Reese.

Kabar baiknya, meski daya tampung penonton berkurang karena pengaturan baru ini, namun harga tiket pertunjukan tidak akan naik karena telah disubsidi oleh negara.

"Jika kami menaikkan harga tiket, itu akan menjadi preseden buruk ke masyarakat di mana banyak orang berjuang untuk mata pencaharian mereka saat ini," kata Reese.

Meski demikian, kelompok pertunjukan swasta Berlin seperti teater pemuda Grips, yang hanya bisa mengisi 70 dari 360 kursi di bawah aturan baru ini, berharap bisa menekan kerugian mereka dengan skema subsidi dari senat pendidikan kota.

Tantangan bagi pelaku teater

Di Jerman, gedung teater merupakan salah satu bangunan pertama yang dipaksa untuk menutup pintu ketika penyebaran pandemi meningkat pada pertengahan Maret 2020.

Gedung teater dikhawatirkan menjadi tempat penyebaran virus karena adanya kerumunan orang yang berdesakan dalam ruang tertutup.

Di Berliner Ensemble, yang telah ditutup sejak 13 Maret 2020, akan ada jarak 3 meter antara tepi panggung dengan deretan penonton pertama.

Beberapa pintu menuju auditorium juga akan tetap dibuka untuk memungkinkan udara bersirkulasi.

Sementara itu, direktur artistik Thomas Ostermeier bersama timnya di Teater Schaubühne, barat Berlin, tengah mempertimbangkan untuk memasang pembatas dari plexiglass yang memungkinkan auditorium untuk diisi dengan 150 penonton, lebih banyak dari rencana awal yang hanya 50 penonton.

Menurut Ostermeier, menerapkan jarak sosial, baik di depan maupun di belakang panggung sama sulitnya.

Schaubühne yang terletak di Kurfürstendamm rencananya akan dibuka kembali pada Oktober 2020.

Selain karena pandemi, gedung ini juga baru selesai melakukan renovasi yang telah dijadwalkan sejak lama.

Pembukaan kembali akan dimulai dengan monolog oleh sutradara Swiss Milo Rau dan pertunjukan satu orang berjudul Peer Gynt karya Ibsen, yang akan menampilkan Lars Eidinger, penampil tetap Schaubühne.

Sementara itu, di Berliner Ensemble, drama baru yang dijadwalkan oleh sutradara Belgia Luk Perceval telah ditunda selama lebih dari setahun.

Hal ini karena drama tersebut membutuhkan terlalu banyak aktor di atas panggung pada saat yang sama.

Selain itu, produksi Macbeth karya Shakespeare harus dibatalkan karena melibatkan adegan ciuman antar-pemerannya.

Teater tidak bisa diganti live-streaming

Ostermeier menyebut bahwa tradisi teater Jerman yang mengikat aktor mereka ke dalam kelompok memberi keuntungan ekonomi tersendiri selama pandemi.

Berbeda dengan teater di Inggris yang harus terus membayar honor pemainnya karena telah terikat kontrak, meskipun pertunjukannya dibatalkan.

Di Jerman, teater dapat menempatkan aktor mereka pada skema cuti paruh waktu yang diatur oleh pemerintah setempat.

Setelah membaca biografi Shakespeare, Ostermeier optimis bahwa penonton akan kembali ketika teater membuka pintu mereka setelah liburan musim panas.

“Antara tahun 1603 dan 1610, London Globe (gedung pertunjukan) berulang kali ditutup selama berbulan-bulan karena wabah pes, namun periode itu adalah salah satu zaman keemasan teater," kata Ostermeier.

“Saya berharap bahwa teater akan selamat dari pandemi ini. Keinginan untuk memiliki pengalaman bersama, untuk tertawa bersama dan bernafas bersama, itu bukanlah sesuatu yang bisa Anda matikan atau ganti secara permanen dengan live streaming," kata Ostermeier.

Baca juga: Saat Gereja Martha Lutheran Dipergunakan untuk Shalat Jumat Warga Jerman...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Tren
Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

Tren
Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Tren
Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Tren
Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Tren
Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Tren
Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Tren
ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

Tren
Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Tren
Daftar Harga Sembako per Awal Mei 2024, Beras Terendah di Jawa Tengah

Daftar Harga Sembako per Awal Mei 2024, Beras Terendah di Jawa Tengah

Tren
Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Berapa Suhu Tertinggi di Asia Selama Gelombang Panas Terjadi?

Berapa Suhu Tertinggi di Asia Selama Gelombang Panas Terjadi?

Tren
Menyusuri Ekspedisi Arktik 1845 yang Nahas dan Berujung Kanibalisme

Menyusuri Ekspedisi Arktik 1845 yang Nahas dan Berujung Kanibalisme

Tren
Apa Itu Vaksin? Berikut Fungsi dan Cara Kerjanya di Dalam Tubuh Manusia

Apa Itu Vaksin? Berikut Fungsi dan Cara Kerjanya di Dalam Tubuh Manusia

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com