Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjalanan Didi Kempot, dari 10 Tahun Ngamen hingga Menyandang The Godfather of Broken Heart

Kompas.com - 06/05/2020, 10:29 WIB
Retia Kartika Dewi,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dunia musik Tanah Air tengah berduka atas meninggalnya penyanyi campursari legendaris, Didi Prasetyo atau yang akrab disapa Didi Kempot, pada Selasa (5/5/2020).

Pelantun tembang "Cidro" dan "Stasiun Balapan" ini diketahui mengembuskan napas terakhir pada usia 53 tahun.

Meski begitu, kiprahnya di dunia tarik suara saat ini masih banyak diminati dari kalangan remaja hingga orang dewasa.

Baca juga: Mengenang Erwin Prasetya, Basis Pertama Dewa 19 yang Meninggal karena Pendarahan di Lambung

Berikut beberapa hal menarik terkait Didi Kempot selama kiprahnya di dunia musik.

Mengamen 10 tahun di Solo

Warga mengusung poster ucapan duka cita untuk mengenang penyanyi campursari Dionisius Prasetyo atau Didi Kempot yang meninggal dunia di Solo, Jawa Tengah, Selasa (5/5/2020). Didi Kempot meninggal dunia saat menjalani perawatan di Rumah Sakit Kasih Ibu, Solo, Selasa (5/5/2020), dan rencananya akan dimakamkan di tempat kelahiran Ngawi, Jawa Timur.ANTARA FOTO/MAULANA SURYA Warga mengusung poster ucapan duka cita untuk mengenang penyanyi campursari Dionisius Prasetyo atau Didi Kempot yang meninggal dunia di Solo, Jawa Tengah, Selasa (5/5/2020). Didi Kempot meninggal dunia saat menjalani perawatan di Rumah Sakit Kasih Ibu, Solo, Selasa (5/5/2020), dan rencananya akan dimakamkan di tempat kelahiran Ngawi, Jawa Timur.

Sebelum menjadi penyanyi terkenal dan muncul di layar kaca, Didi sempat mengisahkan bahwa dirinya sempat menjadi pengamen di daerah Keprabon, Solo.

"Sepuluh tahun saya mengamen di Keprabon (pusat jajanan di Solo)," kenang Didi dikutip dari pemberitaan Harian Kompas, 7 September 1999.

Ketika masih mencari uang dari rumah ke rumah dengan mengamen, Didi acapkali mengalami pengalaman tidak mengenakkan, seperti ditolak orang karena dianggap mengganggu, hingga dikejar anjing penjaga rumah.

Namun, hal itu membuat Didi menjadi sosok yang kuat dan banyak menginspirasi lagu-lagunya.

"Saya waktu itu mengamen bukan semata-mata cari duit. Dan saya bukan mau cari makan dari mengamen, karena orangtua saya masih mampu memberi saya makan dan pakaian," ujar Didi.

"Niat saya memang mau menyanyi untuk menghibur orang," lanjut dia.

Baca juga: 5 Fakta soal Didi Kempot, Sang Legenda Berjuluk The Godfather of Broken Heart...

Kedekatan dengan Suriname

Bidikan layar situs berita Suriname dwtonline.com. Meninggalnya Didi Kempot disebut mengejutkan warga di Surinamedwtonline.com Bidikan layar situs berita Suriname dwtonline.com. Meninggalnya Didi Kempot disebut mengejutkan warga di Suriname

Khas dengan tembang Jawa yang dinyanyikan membuat Didi Kempot juga dikenal baik di Suriname, negeri yang terletak di timur laut Amerika Latin.

Impresario keturunan Jawa yang berjasa mengenalkan Didi Kempot ke kancah internasional, seperti Belanda dan Suriname, Pat H Amatwarman mengungkapkan, bahwa Didi Kempot memiliki banyak penggemar di Suriname pada 1998.

Sebab, saat itu banyak warga keturunan Jawa yang bermukim di Belanda (25.000 dari 300.000 orang indonesia di sana), serta di Suriname (80.000 dari 400.000 jiwa populasi di Suriname).

Ketika Didi menggelar pentas di Suriname, masyarakat Jawa di Suriname seperti histeris, saking fanatiknya, Didi sempat diminta menyanyikan tujuh lagu sekaligus.

"Setiap kali membawakan lagu 'Layang Kangen' (Surat Rindu), begitu musik jreng, serentak seluruh penonton tanpa diminta langsung koor: Layangmu tak tampa wingi kuwi/Wis tak waca/Apa sing dadi karepmu.... Saya tinggal menyodorkan mik ke arah mereka. Wah, jadi penyanyi kok seenak ini. Enggak susah payah, dibayar lagi," ucap Didi.

Selain itu, Didi dianggap berjasa di bidang kebudayaan berkat lagu "Angin Paramaribo" dan mendapatkan penghargaan dari Presiden Suriname.

Baca juga: Mengenang Kurt Cobain, Ikon Musik Rock Modern

Julukan The Godfather of Broken Heart

Warga melewati poster ucapan duka cita untuk mengenang penyanyi campursari Dionisius Prasetyo atau Didi Kempot yang meninggal dunia di Solo, Jawa Tengah, Selasa (5/5/2020). Didi Kempot meninggal dunia saat menjalani perawatan di Rumah Sakit Kasih Ibu, Solo, Selasa (5/5/2020), dan rencananya akan dimakamkan di tempat kelahiran Ngawi, Jawa Timur.ANTARA FOTO/MAULANA SURYA Warga melewati poster ucapan duka cita untuk mengenang penyanyi campursari Dionisius Prasetyo atau Didi Kempot yang meninggal dunia di Solo, Jawa Tengah, Selasa (5/5/2020). Didi Kempot meninggal dunia saat menjalani perawatan di Rumah Sakit Kasih Ibu, Solo, Selasa (5/5/2020), dan rencananya akan dimakamkan di tempat kelahiran Ngawi, Jawa Timur.

Pada Juni 2019, Didi Kempot sempat menggelar konser di Taman Budaya Sriwedari, Solo.

Setelah lama tidak terdengar kabar tentang permusikannya, Didi hadir di tengah masyarakat dengan tetap menyanyikan tembang-tembang lawasnya.

Tak anyal, penonton pun tidak sedikit. Semua menikmati suguhan musik bertemakan patah hati, kesedihan, dan kasmaran ini.

Dari kesenangan tersebut, salah satu penggemar Didi, Keyzie dari akun Twitter @trialdinoo mengunggah video berdurasi 29 detik yang menggambarkan kesenangan pria-pria dalam mendendangkan lagu tersebut.

Bahkan, julukan sadboy (penggemar laki-laki Didi Kempot) dan sadgirl (penggemar perempuan Didi Kempot) hingga The Godfather of Broken Heart untuk Didi muncul.

"Suasana surakarta sadboy club ketika menonton God Father of Broken Heart 'Didi Kempot' yang dipimpin langsung oleh @jarkiyo," tulis Keyzie dalam twitnya.

Hingga kini video singkat tersebut telah ditonton lebih dari 533.000 kali oleh pengguna Twitter lainnya.

Baca juga: Mengenang Perjalanan Hidup Pramoedya Ananta Toer...

Menjadi trending di Twitter

Makam Didi Kempot di TPU Desa Majasem disandingkan dengan makam Lintang, anak sulungnya yang meninggal pada usia enam bulan.
Tangkapan layar Instagram @sobatambyar Makam Didi Kempot di TPU Desa Majasem disandingkan dengan makam Lintang, anak sulungnya yang meninggal pada usia enam bulan.

Setelah menggelar konser tersebut, sejumlah penggemar yang hadir dalam konser tersebut mengungkapkan kgembiraannya kembali merasakan suasana konser Didi Kempot.

"Di dunia ini, tak ada yang bisa menandingi Didi Kempot. Robbie Williams, Frank Sinatra, Nat King Cole, semuanya tidak bisa. Sebab Didi Kempot adalah semesta yang lain," tulis @AgusMagelangan.

"Saya bertemu langsung dengan beliau pertama kali enam tahun lali di Sahid Jaya. Saya meminta foto. Dari ajrak sangat dekat, aura patah hati itu terasa sekali. Bersama Didi Kempot, kau bisa patah hati bahkan tanpa perlu jatuh cinta," lanjut Agus.

Kemudian, beberapa warganet lain pun merespons dari twit tersebut hingga nama "Didi Kempot" menjadi salah satu trending Twitter dengan lebih dari 5.300 orang me-twit kata kunci ini.

Sejak saat itu, karier Didi Kempot melejit. Ia dapat kita temui di radio, televisi, bahkan di sejumlah iklan.

Ketika Didi menggelar konser di mana pun, acara tersebut tidak pernah sepi penonton, justru sebaliknya. Padatnya penonton tidak membuat Didi menjadi gugup.

Ia tetap menyanyi berbarengan dengan penonton dan acap kali menerima pertanyaan dari penonton, seperti dalam acara Ngobam di Wedangan Gulo Klopo, Kartosuro, yang dipimpin oleh Gofar Hilman pada 14 September 2019.

Baca juga: Mengenang Lukman Niode, Legenda Renang Indonesia yang Meninggal karena Covid-19

(Sumber: Rizal Setyo Nugroho, Andi Muttya Keteng Pangerang)

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: DIDI KEMPOT Godfather of Broken Heart (1966-2020)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Sunat Perempuan Dilarang WHO karena Berbahaya, Bagaimana jika Telanjur Dilakukan?

Sunat Perempuan Dilarang WHO karena Berbahaya, Bagaimana jika Telanjur Dilakukan?

Tren
UU Desa: Jabatan Kades Bisa 16 Tahun, Dapat Tunjangan Anak dan Pensiun

UU Desa: Jabatan Kades Bisa 16 Tahun, Dapat Tunjangan Anak dan Pensiun

Tren
Harga Kopi di Vietnam Melambung Tinggi gara-gara Petani Lebih Pilih Tanam Durian

Harga Kopi di Vietnam Melambung Tinggi gara-gara Petani Lebih Pilih Tanam Durian

Tren
Kasus Mutilasi di Ciamis dan Tanggung Jawab Bersama Menangani Orang dengan Gangguan Mental

Kasus Mutilasi di Ciamis dan Tanggung Jawab Bersama Menangani Orang dengan Gangguan Mental

Tren
Potensi Manfaat Tanaman Serai untuk Mengatasi Kecemasan Berlebih

Potensi Manfaat Tanaman Serai untuk Mengatasi Kecemasan Berlebih

Tren
Terkait Penerima KIP Kuliah yang Bergaya Hedon, UB: Ada Evaluasi Ulang Tiga Tahap

Terkait Penerima KIP Kuliah yang Bergaya Hedon, UB: Ada Evaluasi Ulang Tiga Tahap

Tren
Catat, Ini 5 Jenis Kendaraan yang Dibatasi Beli Pertalite di Batam Mulai Agustus

Catat, Ini 5 Jenis Kendaraan yang Dibatasi Beli Pertalite di Batam Mulai Agustus

Tren
Wacana Pembongkaran Separator di Ring Road Yogyakarta, Begini Kata Ahli UGM

Wacana Pembongkaran Separator di Ring Road Yogyakarta, Begini Kata Ahli UGM

Tren
BMKG: Wilayah yang Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang 9-10 Mei 2024

BMKG: Wilayah yang Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang 9-10 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG: Wilayah Hujan Lebat 9 Mei 2024 | Vaksin AstraZeneca Ditarik Peredarannya

[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG: Wilayah Hujan Lebat 9 Mei 2024 | Vaksin AstraZeneca Ditarik Peredarannya

Tren
Mengulik Racunomologi

Mengulik Racunomologi

Tren
Pemain Bola Malaysia Kembali Jadi Korban Penyerangan, Mobil Diadang Saat Berangkat ke Tempat Latihan

Pemain Bola Malaysia Kembali Jadi Korban Penyerangan, Mobil Diadang Saat Berangkat ke Tempat Latihan

Tren
Cara Mengetahui Jenis Vaksin Covid-19 yang Pernah Diterima

Cara Mengetahui Jenis Vaksin Covid-19 yang Pernah Diterima

Tren
Potensi Manfaat Tanaman Serai untuk Menurunkan Kolesterol Jahat

Potensi Manfaat Tanaman Serai untuk Menurunkan Kolesterol Jahat

Tren
Sejumlah Riset Sebut Hubungan Kekurangan Vitamin D dengan PCOS

Sejumlah Riset Sebut Hubungan Kekurangan Vitamin D dengan PCOS

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com