Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menilik Bagaimana China Gunakan Kontrol Sosial untuk Atasi Pandemi Corona

Kompas.com - 23/04/2020, 08:02 WIB
Retia Kartika Dewi,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

Dorothy Wang mengatakan perubahan itu terlihat ketika pegawai negeri sipil dibawa masuk.

"Itu seperti sesuatu dari drama penjara," katanya.

“Setiap keluarga memiliki waktu yang ditentukan untuk berjalan-jalan di taman kompleks. Orang-orang dari manajemen perumahan dan komite perumahan mengawasi untuk memastikan hanya satu keluarga yang berjalan-jalan pada waktu tertentu,” ujar dia.

Pejabat masyarakat juga menyelenggarakan kegiatan patriotik seperti upacara pengibaran bendera virtual dan kontes karaoke dan kebugaran online dalam upaya untuk meningkatkan moral.

Menurut Pan dari Stanford University, tindakan pejabat setempat melakukan kegiatan tersebut sangat penting untuk keberhasilan sistem.

"Di beberapa lingkungan, pengendali jaringan sangat baik dalam pekerjaan mereka, tetapi beberapa sangat buruk. Seberapa baik fungsi sel-sel ini sangat bervariasi di seluruh negeri," ujar Pan.

Sementara itu, beberapa ahli epidemiologi internasional telah mempertanyakan keefektifan penguncian terbesar dalam sejarah manusia, sebab tindakan penguncian ini diperluas hingga hampir 60 juta orang di Hubei.

Baca juga: Simak, Ini 10 Cara Pencegahan agar Terhindar dari Virus Corona

Otoritas kesehatan China telah melaporkan sedikit atau tidak ada transmisi virus lokal sejak 17 Maret 2020. Sebagian besar kasus Covid-19 baru telah diimpor sejak saat itu.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga memuji langkah-langkah China setelah misi bersama ke negara itu pada 28 Februari.

Dalam sebuah laporan, WHO mengungkapkan, pendekatan berani yang dilakukan China untuk menahan penyebaran cepat dari patogen pernapasan baru ini telah mengubah arah pandemi yang meningkat cepat dan mematikan. Penurunan kasus Covid-19 ini adalah nyata.

WHO sejak itu telah dikritik karena tanggapannya, ketika tekanan internasional meningkat pada Beijing atas transparansi dan penanganan pandemi tersebut.

Karena virus ini telah menyebar dengan cepat ke seluruh dunia, lockdown serupa telah dilakukan di banyak negara lain. Tetapi sistem pengawasan dan pengawasan lingkungan China memungkinkan respons yang lebih ekstrem.

Seseorang dari asosiasi profesor dari pemerintahan di Cornell University, Jeremy Wallace mengatakan, sistem tersebut telah menjadi bagian berlanjut dari respons pengumpulan data besar-besaran China terhadap krisis, terutama melalui pemeriksaan demam dan pemantauan kepatuhan dengan kebijakan sosial jarak jauh.

Baca juga: Berikut Cara Membuat Hand Sanitizer Sendiri dengan Lima Bahan Sederhana

Respons unik warga China

Para pengamat mengatakan tindakan kejam yang dilakukan di Wuhan memainkan peran utama dalam penahanan virus di China, tetapi kontrol "China yang unik" tidak dimungkinkan di tempat lain.

Tanpa kontrol sosial yang ada di China, Pan mengatakan negara-negara seperti Amerika Serikat bergantung pada institusi seperti pengamat lingkungan, sekolah, gereja dan organisasi nirlaba komunitas yang dapat membantu memobilisasi penduduk untuk memerangi pandemi Covid-19.

Seorang profesor di Sekolah Kebijakan Publik Lee Kuan Yew, Universitas Nasional Singapura, Alfred Wu juga mencatat, sebagian besar negara-negara barat tidak memiliki struktur pemerintahan top-down Beijing, dan bahwa budaya China menekankan kebaikan kolektif daripada kebebasan individu dan privasi.

Ungkapan tersebut juga disepakati oleh Direktur SOAS China Institute di University of London, Steve Tsang.

"Akan sangat sulit untuk membuatnya bekerja dalam demokrasi. Implikasi pada instruksi terhadap hak-hak individu dan privasi adalah serius dan beberapa negara demokrasi akan menerima sistem seperti itu kecuali sebagai langkah darurat untuk periode terbatas yang sangat jelas," ujar Tsang.

Baca juga: Bagaimana Virus Corona Menyerang Tubuh Penderitanya?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com