Untuk itu, penting kesadaran untuk tidak panik dalam menghadapi situasi ini.
"Obat apa pun juga, atau penyakit apa pun juga, kalau sudah dengan panik itu tidak akan baik. Oleh karena itu, yang pertama, jangan panik," ujar dia.
Koentjoro menyebutkan, kepanikan yang terjadi saat ini salah satunya karena banyaknya informasi yang diterima masyarakat.
Ia juga mengingatkan pentingnya memahami bagaimana sebaiknya kita mengonsumsi informasi dan meresponsnya.
Menurut dia, banjirnya informasi tak akan memengaruhi psikologis seseorang jika orang tersebut siap menerima informasi tersebut.
"Kalau masyarakat siap, enggak masalah (akses informasi sebanyak mungkin)," ujar Koentjoro.
Baca juga: Virus Corona, Jumlah Kematian Tertinggi di Italia, dan Lonjakan Kasus Baru di Thailand
Jika tidak siap, maka akan terjadi kepanikan.
"Tidak ada batasan, Kalau akses bukan seberapa banyak yang dia konsumsi. Tapi seberapa jauh siap kita menghadapi kenyataan," lanjut dia.
Ketika ada kepanikan setelah menerima beragam informasi, menurut Koentjoro, ada ketidakjelasan informasi yang diterima.
Melihat perkembangan saat ini, Koentjoro mengatakan, ada kekhawatiran situasi yang berpotensi menimbulkan kepanikan masih akan berlangsung.
"Ini kan masih baru awal dari satu rangkaian yang nanti akan panjang. Sehingga kekhawatiran saya lebih pada paranoid massal sehingga nanti menjadi semacam bisa menjadi agresivitas," kata dia.
Oleh karena itu, masyarakat diingatkan untuk menjaga kewaspadaan dengan memahami soal virus corona, cara penularan, dan bagaimana mencegah agar tak tertular dari virus itu.
Diingatkan pula untuk mengikuti imbauan pemerintah agar selalu menjaga jarak minimal 2 meter ketika berada di ruang publik, dan tidak keluar rumah jika tidak ada kepentingan yang mendesak.
Social distancing dan pembatasan gerak dianggap efektif untuk menekan meluasnya penularan virus corona.
Selain itu, rajin mencuci tangan dan selalu membawa hand sanitizer saat bepergian.
Baca juga: Penjelasan soal Jenis, Pengaruh Usia, dan Musim terhadap Virus Corona