Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Virus Corona, Perlambatan Ekonomi dan Penurunan Polusi Udara China...

Kompas.com - 01/03/2020, 12:03 WIB
Mela Arnani,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

"Saya tidak terkejut karena banyak kota di seluruh negeri telah mengambil tindakan untuk meminimalkan penyebaran virus," lanjutnya.

Baca juga: Deretan Pejabat Iran yang Terinfeksi Virus Corona

Bagaimana dengan kondisi ekonomi?

Sementara dikabarkan The Guardian, Sabtu (29/2/2020), pasar saham dunia diperkirakan akan jatuh lebih jauh pekan depan setelah survei pertama kesehatan ekonomi China sejak wabah virus corona menunjukkan hasil pabrik telah anjlok dan sektor jasa negara tersebut telah mengkerut.

Ini menggambarkan bagaimana virus dapat menghancurkan perkiraan ekonomi negara-negara lain yang terdampak, di mana ekonomi terbesar kedua di dunia telah melaporkan tingkat produksi manufaktur turun ke rekor terendah pada Februari.

Pasar saham anjlok pekan lalu, saat virus menyebar ke empat benua dan pejabat kesehatan PBB menaikkan tingkat ancaman virus menjadi sangat tinggi.

Data baru yang mengukur dampak ekonomi dari Beijing untuk menekan penyebaran virus, kemungkinan akan semakin menakuti investor, yang mengirim pasar global jatuh 11 persen minggu lalu dalam periode tujuh hari terburuk untuk saham sejak krisis keuangan pada 2008.

Biro Nasional Statistik mengatakan, dengan pabrik-pabrik terpaksa tetap tutup, Indeks Pembelian Manajer (PMI) resmi China, ukuran kegiatan ekonomi yang dipantau secara luas, turun lebih jauh di Februari dibandingkan kapanpun dalam 12 tahun terakhir.

Baca juga: Saat Negara-negara Berjibaku Perangi Virus Corona...

Ganggu pasokan pabrik

Survei serupa bulan depan diperkirakan mencakup Jepang dan Korea Selatan, di mana keduanya terkena dampak serius dari wabah virus corona, dapat memperpanjang kekalahan di pasar saham global.

Wabah Covid-19 telah menganggu pasokan ke pabrik-pabrik di Eropa, di mana perusahaan-perusahaan telah berjuang untuk mengakses komponen-komponen vital yang bersumber dari Asia Timur.

Investor berharap mengetahui dalam beberapa hari ke depan apakah wabah semakin cepat meluas di AS yang merupakan pusat ekonomi terbesar di dunia dan seberapa jauh bank sentral juga pemerintah bersiap menghadapi epidemi.

"Saat ini pasar mengatakan bahwa ini tidak terikat. Kami tidak tahu apa batasannya dan kami tidak tahu di mana puncaknya," tutur Kepala Investasi di Tanaka Capital yang berbasis di New York Graham Tanaka.

Akhir pekan lalu, Presiden China Xi Jinping menyampaikan bahwa daerah berisiko rendah harus melanjutkan produksi penuh dan kehidupan normal.

Pemerintah melaporkan bahwa pabrik yang lebih besar mencapai 85,6 persen dari kapasistas mereka pada pertengahan minggu lalu.

Analis di ING menjelaskan, jika produksi pabrik China dapat pulih pada Maret, masih akan menghadapi risiko tingkat pesanan ekspor yang rendah.

Hal tersebut dikarenakan rantai pasokan akan terus rusak, seperti Korea Selatan, Jepang, Eropa, dan AS, di mana virus corona telah mulai menyebar.

Baca juga: Tembus 44 Negara, Bagaimana Sebenarnya Virus Corona Menyebar?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com