Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kajian Terbaru, Berikut Jenis Pasien Paling Rentan Terinfeksi Virus Corona

Kompas.com - 19/02/2020, 20:30 WIB
Vina Fadhrotul Mukaromah,
Virdita Rizki Ratriani

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Otoritas Kesehatan China telah mengeluarkan penelitian omnibus tentang lebih dari 70.000 kasus yang terkonfirmasi atau kasus dugaan virus corona. Hasil studi ini menunjukkan, epidemi tersebut menurun minggu lalu.

Namun, penulis sebuah penelitian tersebut memperingatkan bahwa infeksi ini dapat melonjak setelah orang-orang kembali bekerja dari libur tahun baru Imlek.

Penelitian ini diterbitkan pada Senin (17/2/2020) oleh Pusat Pengendalaian dan Pencegahan Penyakit China (CCDC) dan mencakup seluruh kasus yang tercatat dalam Sistem Informasi Penyakit Menular hingga 11 Februari 2020.

Cakupan menjadikannya studi terluas untuk kasus wabah virus corona yang kini dikenal dengan nama Covid-19.

Mengutip South China Morning Post (SCMP), Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan bahwa dirinya tetap waspada meskipun hasil penemuan dalam penelitian tersebut cenderung positif.

"Tren ini harus diinterpretasikan dengan sangat hati-hati. Tren dapat berubah seiring dengan populasi baru yang terdampak," kata Tedros.

Baca juga: WHO Puji Singapura Terkait Penanganan Virus Corona

Jenis pasien paling rentan terinfeksi 

Penelitian tersebut memberikan data granular pada parameter seperti kelompok umur dan jenis kelamin orang-orang yang terinfeksi ataupun terbunuh akibat virus ini.

Dari data-data tersebut, salah satu temuan yang paling mencolok adalah tingkat kematian bagi mereka yang berusia di atas 80 tahun mencapai 14,8 persen.

Sementara, untuk rentang usia 70-79 tahun, tingkat kematiannya adalah sebesar 8 persen.

Infeksi tersebut tersebar secara merata, baik pada perempuan maupun laki-laki, dengan persentase kasus yang dialami laki-laki sebesar 51,4 persen.

Baca juga: Plasma Pasien Sembuh Jadi Terapi China Obati Virus Corona

Tingkat kematian laki-laki lebih tinggi

Penelitian tersebut mencatat, tingkat kematian rata-rata untuk laki-laki juga lebih tinggi, yaitu sebesar 2,8 persen. 

Sementara tingkat kematian rata-rata perempuan yang sebesar 1,7 persen.

Pasien di Hubei memiliki tingkat kematian sebesar 2,9 persen. Sepanjang daratan China, setengah dari pasien yang mencapai kondisi kritis pun meninggal.

Dari kematian untuk kasus-kasus yang dikonfirmasi selama periode penelitian, 979 kematian atau 95,7 persen dari seluruh kematian akibat virus corona, terjadi di Hubei.

Data juga menunjukkan bahwa 1.716 tenaga kesehatan terinfeksi oleh virus Covid-19 ini. Jumlah ini berkontribusi sebanyak 3,8 persen dari total kasus yang terkonfirmasi. Lima dari tenaga kesehatan yang terinfeksi pun meninggal.

Dalam penelitian itu, dikaji apakah orang-orang yang terinfeksi baru-baru ini mengunjungi Wuhan beberapa waktu sebelumnya. Variabel ini disebut sebagai "hubungan paparan Wuhan".

Peneliti mengatakan bahwa jumlah orang yang diteliti untuk variabel tersebut terbilang lebih sedikit dari total kasus infeksi yang terkonfirmasi karena adanya beberapa data yang hilang.

Dari 37.269 orang yang dianalisis untuk variabel ini, 85,8 persen ditemukan memiliki hubungan dengan ibukota Hubei.

Baca juga: Bertambah, WNI Kru Diamond Princess yang Terinfeksi Corona Jadi 4 Orang

Tren infeksi

Hingga kini, lebih dari 70.000 kasus infeksi Covid-19 telah terkonfirmasi dan menyebabkan lebih dari 2000 kematian akibat virus ini.

Dari catatan 72.324 pasien yang dianalisis dalam studi CCDC, 44.672 dikonfirmasi sebagai kasus virus corona berdasarkan tes laboratorium, sedangkan 16.186 lainnya adalah berdasarkan dugaan infeksi. 

Kemudian, 10.567 orang penduduk Hubei dikategorikan sebagai kasus "diagnosis klinis".

Penelitian juga menunjukkan bahwa 81 persen dari seluruh kasus yang terkonfirmasi tergolong ringan dan menghasilkan tingkat kematian rata-rata sebesar 2,3 persen. 

Sebanyak 74,7 persen dari kasus yang terkonfirmasi tersebut terjadi di Hubei. Namun, menurut penulis dari penelitian tersebut, sebaran dari penyakit ini memiliki "pola wabah campuran".

Baca juga: Karantina Kapal Diamond Princess Usai, 542 Orang Termasuk 4 WNI Positif Virus Corona

Pada Desember, data menunjukkan sebuah sumber pola penyebaran yang umum. Artinya, orang-orang yang terinfeksi cenderung terpapar agen penular yang sama. 

Akan tetapi, pola ini berubah sejak Januari hingga akhir penelitian pada 11 Februari lalu, di mana data justru memperlihatkan "sumber pola tersebar", yang mengindikasikan penularan antarmanusia.

Peneliti mengatakan bahwa tren pola wabah campuran ini bersifat konsisten dengan teori yang berlaku pada beberapa kasus zoonosis di Pasar Makanan Laut Huanan, Wuhan.

Pasar ini merupakan awal di mana kasus virus corona baru Covid-19 terdeteksi.

"Kemudian, karena mutasi dan tingkat rekombinasi yang tinggi, ia (virus) beradaptasi untuk dapat dan meningkatkan kemampuan dalam menularkan antarmanusia," kata para peneliti. 

Baca juga: Ada Virus Corona Kelelawar di Gorontalo dan Garut? Ini Penjelasan Ahli

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com