“Tidak asal observasi terus kita main melakukan adjudgement gitu, enggak. Jadi ada wawancara klinis, observasi klinis, kemudian jika diperlukan ditambah dengan psikotes,” terangnya.
Proses asesmen sendiri bermacam-macam, bisa dilakukan untuk asesmen kepibadian, atau asesmen untuk kondisi mental tertentu.
Beragam asesmen itu sendiri dilakukan sebagai prosedur awal.
“Setelah itu kita perlu merangkum apa yang terjadi pada orang ini, dinamika psikologisnya apa sampai orang seperti itu, baru kemudian kita rencanakan intervensinya,” terangnya.
Sehingga, ia menjelaskan pemeriksaan psikologis umumnya tidak bisa dilakukan satu jenis.
Dibutuhkan cek dan kroscek dari berbagai instrumen pemeriksaan.
“Nah kalau ternyata indikator atau aspek psikologis yang satu itu muncul terus, berarti ini relatif konsisten. Baru kita bisa mengatakan, ‘oh iya memang seperti itu’. Tapi kalau kemudian cuma lihat sekilas itu terus bilang ‘seperti itu’ kita kayak dukun,” kata dia.
Baca juga: Menurut Psikolog, Ini yang Akan Terjadi jika Seseorang Kecanduan Nonton Film Porno
Ia menyampaikan Doktor Psikologi belumlah tentu seorang psikolog.
Doktor Psikologi adalah ilmuwan dan belum tentu ia seorang Psikolog kecuali ia yang linier mengambil pendidikan S1 Psikologi.
“Kalau psikolog pasti S1 nya itu juga psikologi. Kalau dia mau inline, S1, S2, S3, itu psikologi,” terangnya.
Ia menyampaikan seorang dari pendidikan science bisa mengambil S2 dan S3 psikologi akan tetapi mereka tidak bisa dipanggil dengan psikolog dan tidak bisa melakukan konsultasi.
“Tidak (boleh konsultasi). Yang boleh profesi,” terangnya.
Sehingga seseorang yang disebut dengan psikolog ialah ia yang mengambil S1 psikologi kemudian mengambil magister profesi.
“Kalau S1 dan S2 dari disiplin ilmu lain, bisa ambil psikologi. Tapi dia bukan psikolog tapi ilmuwan psikologi,” jelasnya.
Baca juga: 10 Universitas di Indonesia yang Masuk 200 Besar Terbaik Asia
Saat seseorang merasa cemas, tak termotivasi, merasa menjadi jelek sekali, menurutnya saat itulah seseorang bisa datang berkunjung ke psikiater maupun ke psikolog.