Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertemuan Jatisari, Awal Mula Perbedaan Budaya Surakarta dan Yogyakarta

Kompas.com - 15/02/2020, 20:45 WIB
Rizal Setyo Nugroho

Penulis

KOMPAS.com - Hari ini, 15 Februari, 265 tahun yang lalu menandai perubahan kebudayaan antara Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dengan Keraton Surakarta Hadiningrat. 

Hari ini pada 1755, terjadi pertemuan antara Susuhunan Paku Buwono (PB) III dengan sang paman, Pangeran Mangkubumi yang bergelar Sri Sultan Hamengku Buwono I di Lebak Jatisari.

Pertemuan itu berselang dua hari dari pertemuan yang juga tak kalah bersejarah yaitu Perjanjian Giyanti atau Palihan Nagari pada 13 Februari 1755.

Dikutip dari buku Vincent Houben, Kraton and Kumpeni (1994) dalam Perjanjian Giyanti disebutkan pembagian wilayah antara Kraton Yogyakarta dan Kraton Surakarta.

Sri Sultan Hamengku Buwono I mendapatkan bagian:
1. Separuh dari wilayah Negaragung yaitu daerah-daerah sekeliling Nagari (kedudukan Raja: Kraton), luasnya mencakup 53100 karya, meliputi wilayah Mataram (Yogyakarta), Pojong, Sukowati, Bagelen, Kedu, Bumigede.

2. Separuh dari wilayah Manca Negara, luasnya mencakup 33950 karya, meliputi Madiun, Magetan, Caruban, separuh Pacitan, Kertosono, Kalongbret, Ngrowo (Tulungagung), Djapan(Mojokerto), Jipang (Bojonegoro), Teras-Karas, Selo, Warung, dan Grobogan.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah, Perjanjian Giyanti Memecah Wilayah Mataram Islam

Pertemuan Jatisari

Dua hari setelah Perjanjian Giyanti, tepatnya pada tanggal 15 Februari 1755, Nicolaas Hartingh Gubernur VOC, Sultan Hamengku Buwono dan beberapa pengawalnya berangkat ke Jatisari yang berada di titik pertengahan antara Surakarta dan Giyanti, untuk bertemu dengan Paku Buwono III dengan tujuan melakukan rekonsiliasi.

Menurut penelitian Baha' Uddin dan Dwi Ratna Nurhajarini dari Prodi Sejarah, Universitas Gadjah Mada, di Jatisari kedua penguasa Jawa yang merupakan paman dan keponakan itu, bertemu sebagai raja yang berkedudukan sama.

Pada kesempatan itu, Paku Buwono III menghadiahi sang paman Sultan Hamengku Buwono I Keris Kyai Kopek, yang diturunkan dari Sunan Kalijaga, dan kemudian menjadi pusaka ageng Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.

Selain itu, pada pertemuan di Jatisari tersebut juga terdapat sebuah kesepakatan penting yang berhubungan dengan tradisi budaya yang masing-masing akan dikembangkan oleh Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta.

Pada kesempatan itu disepakati bahwa Sultan Hamengku Buwono akan melestarikan, dan mengembangkan tradisi budaya dan adat istiadat Kerajaan Mataram sebelum terjadinya peristiwa Palihan Nagari.

Sementara itu Sunan Paku Buwono III memilih akan membangun sebuah kebudayaan dan tradisi budaya baru yang tetap berlandaskan pada budaya lama.

Baca juga: Terjadinya Perjanjian Giyanti

Perbedaan budaya

Dikutip dari Harian Kompas, 25 September 2016, Sejarawan UGM Sri Margana, menjelaskan sesudah Kerajaan Mataram pecah menjadi beberapa kerajaan, terjadi sopistikasi atau penguatan identitas di masing-masing kerajaan.

Penguatan identitas itu terjadi pada berbagai produk kebudayaan, misalnya tari, wayang, karawitan, dan busana.

”Kenapa terjadi sopistikasi? Karena masing-masing kerajaan ingin mengembangkan identitas sendiri yang berbeda satu sama lain, sekaligus ingin mengklaim sebagai pewaris asli dari kebudayaan Jawa,” katanya.

Keinginan itulah yang kemudian memunculkan perumitan motif dan gaya dalam produk budaya yang dihasilkan, salahs atunya batik.

Margana menuturkan, sopistikasi itulah yang kemudian menghasilkan keragaman pada budaya Jawa.

”Jadi, Jawa tidak lagi tunggal,” ujarnya.

Perbedaan antara budaya Yogyakarta dan Surakarta dapat dilihat dari bentuk blangkon, baju surjan dan beskap, wayang, corak batik, gamelan, adat pernikahan dan keris.

Baca juga: Mengenal 3 Situs Peninggalan Keraton Mataram Islam di Yogyakarta

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com