Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terus Mewabah, Menimbang Risiko dan Kerugian akibat Virus Corona Wuhan

Kompas.com - 10/02/2020, 05:30 WIB
Vina Fadhrotul Mukaromah,
Virdita Rizki Ratriani

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hampir dua dekade telah berlalu sejak SARS muncul di China dan menewaskan ratusan orang serta menciptakan kekhawatiran terhadap ekonomi global.

Saat ini, virus corona terbaru yang berasal dari Wuhan diperkirakan dapat lebih mengkhawatirkan.

Melansir CNN, China telah menjadi pihak yang sangat dibutuhkan dalam bisnis global sejak wabah SARS tahun 2003.

Negara ini telah menjadi 'pabrik dunia', memproduksi produk-produk seperti iPhone dan mengonsumsi komoditas-komoditas seperti minyak dan tambang.

China juga menyumbang ratusan juta konsumen yang menghabiskan pengeluaran yang besar untuk produk-produk mewah, wisata, hingga mobil.

Ekonomi China menyumbang sekitar 4 persen dari PDB dunia pada tahun 2003. Saat ini, China memiliki 16 persen dari output global.

SARS telah menginfeksi setidaknya 8.098 orang dan membunuh 774 orang sebelum virus tersebut dapat diatasi. 

Virus corona baru ini berasal dari pusat Kota Wuhan, yang telah menewaskan 811 orang di China dan 2 orang di luar negara China.

Berdasarkan data yang dikumpulkan John Hopkins Univesity, virus tersebut juga telah menginfeksi setidaknya 37.580 orang dengan 2.792 orang dinyatakan sembuh.

Pejabat berwenang China telah mengisolasi Wuhan dan beberapa kota lainnya, tetapi virus terus menyebar.

Baca juga: Kasus Virus Corona Negatif di Indonesia, Berikut Peringatan WHO

Risiko epidemi

Para ekonom masih berusaha untuk menghitung biaya potensial epidemi karena ciri-ciri uniknya. 

Mengutip CNN, penyakit ini dapat jauh lebih merusak daripada bencana alam seperti angin topan, tsunami, atau hal-hal yang tidak terduga lainnya.

Berdasarkan penelitian dari Bank Dunia, pandemi yang parah dapat menyebabkan kerugian ekonomi setara dengan hampir 5 persen dari PDB global atau lebih dari tiga triliun dollar AS. 

Sementara, kerugian dari pandemi flu lainnya, seperti flu babi pada tahun 2009, menghasilkan kerugian sebesar 0,5 persen dari PDB global.

Sebuah pernyataan dalam laporan pandemi dari Bank Dunia tahun 2013 menyebutkan bahwa pandemi yang parah dapat menyerupai dampak dari perang global yang tiba-tiba, mendalam, dan meluas.

Virus yang ada bukanlah faktor pendorong di balik kerugian yang dialami. Akan tetapi, bagaimana konsumen, bisnis, dan pemerintah merespon wabah tersebutlah yang memiliki peran paling besar.

Orang-orang cenderung akan tinggal di rumah selama wabah untuk menghindari sakit, mencegah mereka untuk bepergian, belanja, ataupun bekerja. Akibatnya, permintaan barang konsumsi dan energi pun terbatai. 

Perusahaan-perusahaan dan pemerintah pun menutup toko dan pabrik, membatasi produksi.

Menurut ketua kelompok ekonom di Capital Economics, Neil Shearing, pandemi sebelumnya menunjukkan bahwa ekonomi China memiliki kemungkinan terdampak secara signifikan pada kuartal pertama. 

Namun, kondisi tersebut akan kembali stabil dengan segera setelah virus dapat diatasi.

"Selama penutupan pabrik tidak berimbas pada penghilangan pekerjaan, tahun berikutnya, tingkat PDB kemungkinan besar tidak akan berbeda jauh dengan tanpa adanya virus," katanya. 

Baca juga: Otoritas Kesehatan Filipina Sebut Seorang Pasien Virus Corona Sembuh

Kecepatan penularan

Dari segi kecepatan penularan, penyebaran virus corona Wuhan lebih cepat dibandingkan dengan SARS ataupun MERS.

Mengutip Business Insider, menurut WHO, SARS tidak menyebar secepat virus corona dalam tiga minggu pertama. 

SARS membutuhkan waktu sekitar empat bulan untuk menular dan menyebar pada 1.000 orang. Sedangkan virus corona di Wuhan telah menginfeksi lebih dari 2.300 orang hanya dalam waktu 27 hari.

Menurut Kepala Petugas Medis di Healix International, Adrian Hyzler, satu orang yang terinfeksi virus corona dapat tiba-tiba menginfeksi 10,20, hingga 30 orang lainnya.

"Jadi, inilah mengapa ia (virus corona Wuhan) menjadi lebih mudah menular dan menjadi masalah yang lebih besar," tuturnya sebagaimana dikutip Business Insider.

Hal serupa juga disampaikan oleh mantan Komisioner FDA, Scott Gottlieb. Menurut dia, sejauh ini, penyebaran yang cepat dari wabah virus corona di China lebih mudah menular, tetapi tidak lebih mematikan daripada epidemi SARS tahun 2003.

Melansir CNBC, infeksi yang menyebar dengan cepat pun mendorong otoritas lokal untuk mengarantina beberapa kota besar dan membatalkan acara perayaan tahun baru Imlek.

Selain itu, beberapa perusahaan, termasuk Walt Disney Shanghai, juga menunda operasional hingga adanya pemberitahuan lebih lanjut untuk mencegah penyebaran wabah.

Baca juga: Antisipasi Virus Corona, Gala Dinner BATC 2020 Ditiadakan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com