Kemungkinan, embrio hanya terdiri dari 8 hingga 10 sel dan tidak dapat dilihat menggunakan mata telanjang.
Pendonor dan penerima tersebut juga dicocokkan dengan golongan darah, faktor Rh, hingga warna rambut dan mata.
Teknik ini harus terbukti diinginkan oleh wanita yang memiliki gangguan pada ovariumnya.
Selama pasangan kemudian bersedia menerima sel telur yang disumbangkan, teknik ini pun akan dapat dilakukan.
Fertility and Genetics Research Inc., sebuah perusahaan yang berbasis di Chicago dan membantu pengembangan teknik ini, mengumumkan rencananya mendirikan basis komputer nasional untuk mengelola persediaan sel telur yang telah dibuahi.
Mereka juga mengajukan paten pada instrumen-instrumen yang digunakan dalam proses transfer embrio manusia ini.
Usulan ini kemudian ditolak oleh Ketua Foundation for Economic Trends di Washington, Jeremy Rifkin.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Ham, Simpanse Pertama di Luar Angkasa
Rifkin mengungkapkan bahwa teknik-teknik ini mengurangi proses reproduksi manusia menjadi produk komersil yang diperjualbelikan di pasaran.
Saat itu, ia merencanakan gugatan di pengadilan terkait rencana paten tersebut.
Namun, Buster mengatakan, ibu penerima donor, yaitu seorang wanita berusia 30an, tidak kecewa dengan masalah-masalah seperti itu.
Sebelumnya, wanita ini memiliki sejarah infertilitas selama 8 tahun lamanya.
"Dia sangat senang dan memiliki bayi yang sangat cantik," kata Buster.
Hingga diumumkannya kelahiran bayi pertama hasil transfer embrio tersebut, tim peneliti telah mencoba 46 transfer dan dua di antaranya berhasil.
Wanita kedua yang tengah hamil dari teknik ini disebut akan segera melahirkan.
"Kami sangat bangga," ujar Buster dan tim peneliti saat itu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.